World's Last Chance

Nubuatan Alkitab, Pembelajaran Alkitab, Video, Artikel, & Masih Banyak Lagi!

While WLC continues to uphold the observance of the Seventh-Day Sabbath, which is at the heart of Yahuwah's moral law, the 10 Commandments, we no longer believe that the annual feast days are binding upon believers today. Still, though, we humbly encourage all to set time aside to commemorate the yearly feasts with solemnity and joy, and to learn from Yahuwah's instructions concerning their observance under the Old Covenant. Doing so will surely be a blessing to you and your home, as you study the wonderful types and shadows that point to the exaltation of Messiah Yahushua as the King of Kings, the Lord of Lords, the conquering lion of the tribe of Judah, and the Lamb of Yahuwah that takes away the sins of the world.
WLC Free Store: Closed!
Nubuatan Alkitab, Pembelajaran Alkitab, Video, Artikel, & Masih Banyak Lagi!

BERITA BOHONG! ”Hari Sabtu adalah hari Sabat”

Sebuah pembelajaran yang seksama pada sejarah, Alkitab, dan ilmu astronomi mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa hari Sabtu bukanlah Sabat hari ketujuh dari Alkitab, dan juga hari Minggu bukanlah hari kebangkitan Sang Juruselamat!

life-saverArthur S. Maxwell menceritakan kisah tentang sebuah asumsi yang dibuat
pada saat perang yang mengubah hasil sejarah. Menurut Maxwell, Armada Spanyol
mengejar kapal-kapal Inggris yang dikepalai oleh Wakil Laksamana Lord Nelson.
Kapal-kapal Spanyol melebihi jumlah kapal-kapal Inggris dan sebuah kemenangan
mudah tampaknya akan diraih.
Namun, tiba-tiba,
seorang pelaut Inggris jatuh ke laut. Dalam keadaan seperti ini, kebanyakan
komandan akan terus berlayar. Mengapa mempertaruhkan nyawa semua orang hanya untuk
menyelamatkan nyawa satu orang?

Namun, bukan itu yang
terjadi. Perintah dikeluarkan
untuk menyelamatkan pelaut Inggris itu. Kapal-kapal Inggris melambat. Sekoci diturunkan dan dikirim
untuk menyelamatkan satu orang
itu.

Melihat hal ini, komandan Spanyol tersebut tidak dapat percaya bahwa ada orang yang mau mengambil resiko mengalami
kekalahan demi
menyelamatkan nyawa satu orang
pelaut. Dia membuat asumsi bahwa komandan Inggris pasti telah melihat
bala bantuan di udara.
Mengapa lagi mereka berhenti dan meluangkan waktu untuk menyelamatkan satu
orang? Dengan asumsi yang keliru ini, kapal-kapal Spanyol berbalik dan
melarikan diri, meninggalkan kapal-kapal Inggris tanpa kerusakan dan sanggup melawan dikemudian hari.

Pada akhirnya, asumsi ini berkontribusi pada penghancuran angkatan laut Spanyol
saat Spanyol bergabung dengan Prancis untuk melawan Inggris dalam Pertempuran
Trafalgar. Kemenangan Inggris di Trafalgar, “Menghancurkan strategi maritim dan
rencana invasi Napoleon . . . [Ini] membatasi kerajaan Napoleon, dan menuntun jalan pada kejatuhannya.”1
​​Jika komandan Spanyol tidak membuat asumsi palsu, Nelson mungkin telah
dikalahkan sebelumnya, dan Pertempuran Trafalgar bisa saja berbuah hasil yang berbeda. Sejarah pasti
akan menjadi sangat
berbeda seandainya satu
asumsi kecil yang salah ini
tidak dilakukan.

Bahaya Asumsi

Asumsi menggunakan fakta-fakta yang diketahui (atau gagasan yang benar-benar
diterima) untuk meramalkan kemungkinan keyakinan akan sesuatu yang sebenarnya
tidak terbukti. Masalah muncul ketika asumsi yang salah diterima sebagai
kebenaran yang solid.

Meramal Kemungkinan: “Menyimpulkan atau memperkirakan
dengan memperluas atau memproyeksikan informasi yang diketahui.”

American Heritage Dictionary
of the English Language

Beberapa asumsi itu lucu. Ambillah, sebagai contoh, peringatan Dr. Dionysius Lardner di awal tahun 1800-an bahwa setiap
orang yang melakukan perjalanan dengan kecepatan penuh pada kereta api akan
mengalami sesak napas karena kekurangan oksigen. Asumsi lain yang bisa berbahaya, seperti asumsi yang
dibuat pada abad ke-17 bahwa semua darah sama, menyebabkan dokter melakukan transfusi darah
hewan ke manusia. Manusia pasti
akan mati. Dan semakin
meluasnya anggapan itu, semakin
kuat pula kemampuannya untuk menipu.

Hari ini, kekristenan telah tertangkap dalam sebuah tipuan. Sebuah tipuan yang berdasarkan pada sebuah asumsi. Sedihnya, Asumsi
tersebut telah didukung
hampir 1.600 tahun lamanya,
untuk mencoba
membungkam semua orang yang
hendak mengungkapkan
kebenarannya.

Asumsi ini adalah bahwa
mingguan moderen, hari Minggu sampai hari Sabtu, telah bersiklus terus menerus dan tanpa henti
sejak masa Penciptaan. Asumsi ini telah menciptakan tipuan
bahwa hari Sabtu adalah
Sabat hari ketujuh dari Kitab Suci, sementara hari Minggu – sebagai hari
pertama pada mingguan ini – adalah hari dimana
Yahushua bangkit dari kubur. Tipuan
tersebut menggunakan asumsi ini. Tapi asumsi ini adalah salah.

Kebenarannya adalah
hari Sabtu yang ada sekarang
adalah bukan
hari Sabat yang asli dimana Yahuwah beristirahat pada masa Penciptaan. Ini bukan Sabat
kuno yang diabadikan dalam 10 Perintah di Sinai, dan dikuduskan oleh Yahushua dan para murid.
Ini bukan hari Sabat yang benar yang dipelihara oleh orang-orang Kristen
mula-mula pada beberapa abad pertama zaman kita. Hari Minggu bukanlah hari
dimana Yahushua bangkit dari kematian. Pernyataan semacam itu bisa mengejutkan
dan adalah normal jika ada yang bereaksi secara spontan, dan menganggapnya salah.
Namun, sejarah, Alkitab, dan bahkan ilmu astronomi,
semuanya membuktikan bahwa asumsi adanya siklus
mingguan yang tidak terputus
adalah salah.

Alih-alih segera menolak pernyataan ini sebagai ajaran sesat -“Karena itu sudah sebenarnya salah!”- WLC
mengundang anda untuk
mempelajari dengan saksama fakta-fakta yang terlupakan dalam sejarah, dan tersembunyi di dalam Alkitab,
namun tetap terjaga dengan
baik di dalam surga. Harap tetap berpikiran terbuka: pikiran yang mau
menerima dan patuh jika
Roh Kudus meyakinkan anda
bahwa itu benar. Anda dapat mempercayai Yahuwah untuk menjaga pikiran anda tetap aman saat anda meninjau kembali bukti
dengan saksama, menyusun “Perintah.
. . di atas perintah, aturan di atas aturan, baris di atas baris, ayat di atas ayat, sedikit di sini, dan sedikit di sana.” (Yesaya 28:10, KJV).

Terlupakan
dalam Sejarah

Percakapan itu sama-sama membuat frustasi dan mengejutkan. Saya menghormati
teman saya. Dia berpendidikan tinggi. Dia memegang gelar Master Theologi. Saya percaya dia
adalah orang yang dapat dipercaya
​​dan jujur ​​secara intelektual. Sebagai seorang pendeta Advent Hari Ketujuh,
saya pernah mendengarnya berbicara dalam pertemuan penginjilan, menjelaskan
mengapa beribadah pada hari yang tepat (Sabat hari ketujuh) itu penting; Itu
tidak dapat dilakukan pada sembarang
hari (baca: hari Minggu).

Jadi, ketika saya mengetahui bahwa Sabat di zaman Alkitab ditentukan oleh kalender yang berbeda,
dia adalah salah satu orang yang
pertama yang ingin saya beri
tahu. Dengan kecintaannya pada kebenaran dan pengetahuannya yang jeli, saya tahu dia
juga ingin mendengarnya. (Saya belum tahu bahwa seringkali paling sulit untuk
berbagi dengan mereka yang yakin
bahwa mereka lebih tahu dari anda).

Pada awalnya, dia menolak gagasan bahwa konsep siklus mingguan tidak terputus sejak masa Penciptaan hanyalah sebuah asumsi yang salah.

“Ketika kalender beralih dari kalender Julian ke kalender Gregorian (Masehi), tidak ada hari dalam sebuah minggu yang hilang. Hari Kamis, tanggal 4 Oktober, langsung disusul dengan hari Jumat, tanggal 15 Oktober,” katanya, menjelaskan fakta yang sudah
saya ketahui.

Dia benar, tapi dia tidak melihat
kembali cukup jauh ke belakang. Kebenaran
tersembunyi di masa lalu yang kelam,
dan untuk menemukan
kebenaran, kita perlu
menggali jauh lebih dalam dan kembali lebih jauh dari 400 tahun yang lalu.
Perubahan dalam siklus mingguan – dan bahkan panjang sebuah minggu – terjadi lebih dari ribuan tahun lebih
awal sebelum kalender Masehi moderen diperkenalkan.

Kalender yang paling kuno, dari masyarakat paling maju, adalah kalender luni-solar. Mesir
adalah negara pertama yang pindah ke kalender matahari, namun awalnya, kalender
selalu dikaitkan dengan bulan, baik sebagai kalender lunar (yang memiliki
masalah bulan melayang sepanjang tahun, dan musim datang pada waktu yang tidak
terduga), atau
luni-solar, dimana bulan-bulan (bulanan)
bersandar pada tahun
matahari, sehingga mencegah musim
“tergelincir”.
Fakta ini telah berulang kali diakui
oleh berbagai arkeolog. Seperti yang
ditulis oleh Dr. Nicholas Campion dari Universitas Wales: “Penggunaan
ilmu astronomi untuk
tujuan kolektif, baik religius maupun politis, terlihat dalam catatan astronomi
paling awal, dari bukti kalender bulan Palaeolitik sampai monumen megalitik dan
laporan tanda-langit
mesopotamia”.

Waktu itu sendiri, tentu saja, berjalan
terus menerus. Namun, itu tidak berarti bahwa metode yang digunakan untuk menghitungnya selalu
berlanjut juga. Mingguan
pada kalender moderen
melakukan siklus terus menerus. Tapi, hal ini tidak selalu seperti itu dan kita tidak perlu pergi kembali ke kalender bulan
Paleolitik untuk memastikan
fakta ini.

Mingguan Planet

Para ilmuwan merujuk pada mingguan
moderen yang digunakan
saat ini sebagai “mingguan
planet”. Hal ini disebabkan fakta bahwa hari-hari dalam setiap minggu dinamai sesuai dengan berbagai
nama planet atau, lebih
tepatnya, dewa-dewa planet. Dalam bahasa Inggris, nama untuk hari Selasa, Rabu,
Kamis, dan Jumat, berasal dari dewa-dewa Norwegia: Tiw, Woden, Thor, dan dewi
Frigg, istri Woden.2

nama hari dari mingguan planetari

Bergantung pada bahasa, ini adalah konsep yang sulit untuk diseberangi, karena sekali berkuasa,
Gereja Katolik Roma ingin menyembunyikan asal usul berhala dari mingguan planet dan menipu orang agar percaya
bahwa itu hanyalah perpanjangan dari
mingguan
Alkitab. (Keberhasilan mereka dapat dilihat dalam fakta bahwa banyak orang saat ini masih
menganggap hari Sabtu moderen
adalah hari Sabat Alkitab). Upaya bersama dilakukan untuk mengubah
nama-nama hari kafir
menjadi nama hari Alkitab. Dengan kata lain: “Hari Pertama,”
“Hari Kedua,” “Hari Ketiga,” dll.

Dalam usaha ini, Gereja Katolik hanya berhasil sebagian. Dalam beberapa bahasa
hari ini, “hari Sabtu”
asli (atau hari dewa Saturnus)
digantikan oleh kata “Sabat” sedangkan “hari Minggu” asli
(hari dewa Matahari)
disebut sebagai “Hari Tuhan.”

Menggelapkan: “Membingungkan atau memburamkan sehingga sulit untuk dilihat atau dimengerti.
Membuat tidak jelas atau redup; menghitamkan.”

Jangan sampai terjadi kesalahan. Tujuannya adalah untuk menipu dan
menyembunyikan Sabat Alkitab yang benar. Eviatar Zerubavel, seorang profesor
sosiologi Israel di Universitas
Rutgers, menulis sebuah buku menarik berjudul The Seven Day Circle: The History and Meaning of the Week. Di
dalamnya, dia dengan jelas mendokumentasikan asal-usul berhala dari mingguan moderen dan juga upaya Katolik Roma untuk
mengaburkan asal-usul itu. Dia menulis:

Terlepas dari usaha yang jelas untuk membuat mingguan
ini memiliki ciri
Kristen yang khas, Gereja tetap memilih untuk melestarikan bentuk irama dari mingguan tujuh
hari Yahudi. Ini tidak boleh dianggap
terlalu ringan;
Karena bias saja dipilih untuk berkumpul
secara teratur sesuai dengan siklus mingguan delapan hari Romawi tradisional. .
.
Namun, dalam membatalkan hari Sabat, Gereja juga menghancurkan
raison d’etre (alasan keberadaan) dari minggu
an tujuh hari
Yahudi.

Pelestarian irama tujuh hari itu, sebagian, merupakan hasil
nyata dari keterikatan mendalam dan jernih Gereja terhadap paham Yahudi, dan juga sebuah upaya pragmatis untuk
menghindari pengasingan
komponen Yahudi yang cukup penting dari keanggotaannya secara tidak perlu. Namun, sekilas nama hari dalam mingguan di kebanyakan bahasa di Eropa seharusnya mengingatkan kita
bahwa minggu
an Yahudi bukanlah satu-satunya konteks
di mana evolusi siklus tujuh hari gerejawi seharusnya dilihat
. Seperti yang
akan kita lihat, pertemuan mingguan Yahudi dan
astrologi
di sekitar waktu Kekristenan
diperkenalkan ke dalam Kekaisaran Romawi yang menghasilkan siklus tujuh hari
yang sejak saat itu menyebar ke sebagian besar
peradaban dunia.3

Dengan kata lain, Zerubavel mengatakan, penyusunan mingguan
moderen adalah pilihan
yang disengaja, bukan perpanjangan otomatis dari bagaimana waktu telah dihitung sebelumnya. Panjang mingguan lain dengan sengaja
ditolak dan mingguan
tujuh hari sengaja dipilih untuk meniru mingguan tujuh hari Yahudi tersebut.

Ketika orang-orang diperhadapkan
pada fakta sejarah: bahwa hari Sabtu moderen bukanlah
Sabat Suci, maka banyak
orang menunjukkan fakta bahwa banyak bahasa mengacu pada hari ketujuh dalam sebuah minggu sebagai
“Sabat” ketimbang
menggunakan penunjukan planet asli dari Hari dewa Saturnus.
Zerubavel menjelaskan hal ini juga. Dia berkata:

Ketika Gereja Katolik
Roma secara resmi berpegang teguh pada nomenklatur tradisional Yahudi [sistem
penamaan] pada hari-hari dalam mingguan ini, rancangan planetari dari nama-nama hari
ini muncul pada awal abad ke-2 dalam tulisan-tulisan para
bapak gereja, dan populer digunakan oleh orang-orang Kristen.
Setidaknya sejak tahun 269 M. (Satu-satunya upaya terorganisir Kekristenan yang signifikan untuk mengembalikan
tata nama Ibrani asli pada hari-hari dalam mingguan ini tampaknya merupakan penghilangan
resmi “nama-nama berhala”
oleh Majelis Umum Pertama Pennsylvania, yang jelas mewakili semangat dari Serikat Sahabat,
antara tahun 1682 dan 1706. Kebetulan, sampai hari ini, Quaker masih menyebut sekolah hari Minggu
mereka sebagai “Sekolah
Hari Pertama”).
Seperti yang dapat kita ketahui dari fakta yang aneh secara etimologis bahwa
tidak ada rancangan nama-nama
hari planet dari sebuah mingguan yang dapat ditemukan dalam
bahasa Yunani atau bahasa Slavia, hanya
Gereja Timur yang tampaknya telah berhasil menekan pengaruh yang cukup besar
dari ilmu perbintangan. Roma jelas kurang berhasil, karena nama-nama planet paling sedikit beberapa hari dalam seminggu di
Inggris, Jerman, Belanda, Denmark, Norwegia, Islandia, Swedia, Finlandia, Lapp,
Hungaria, Albania, Rumanian, Italia, Prancis, Katalan, Spanyol, Breton, Gaelik,
Welsh, dan Cornish nampaknya menunjukkan
.

Jelas dari bukti etimologis [sejarah bahasa] bahwa ilmu perbintangan telah menyebar ke
seluruh Kekaisaran Romawi sebelumnya, dan mungkin jauh lebih cepat, daripada
kekristenan. Jadi, pada awal abad
keempat, ketika Gereja akhirnya menguasai Kekaisaran, ternyata usaha gerejawi
yang serius untuk sepenuhnya menghilangkan
kaitan ilmu
perbintangan dengan mingguan tujuh hari ini
. . . . Bahkan di jantung
Kekaisaran Romawi, di mana bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa Latin
berlaku, hanya dihargai dua
hari “kunci” dari mingguan Yahudi-Kristen, yaitu hari Sabtu (Sabat) dan Minggu (Hari
Tuhan ), bahwa Gereja
telah berhasil menggantikan astrologi. Pengaruh
astrologi jelas semakin terasa di sekitar pinggiran Kekaisaran Romawi, di mana
kekristenan tiba beberapa saat kemudian. Inggris, Belanda, Breton, Welsh, dan
Cornish, yang merupakan satu-satunya bahasa Eropa yang sampai hari ini
mempertahankan nama-nama planet asli dari semua hari dalam mingguan tujuh hari ini, semuanya diucapkan di
daerah yang bebas dari pengaruh Kristen selama Abad pertama
di era kita, saat mingguan astrologi menyebar ke
seluruh Kekaisaran
. Tidak ada bahasa-bahasa ini yang berasal dari bahasa
Yunani atau Latin, bahasa-bahasa yang paling dekat hubungannya dengan Gereja. Dan kebetulan, juga berlaku
untuk semua bahasa lain yang mempertahankan urutan nama-nama planet setidaknya satu dari
dua hari “kunci” dari
mingguan Yahudi-Kristen
 –Jerman,
Gaelik, Denmark, Norwegia, Islandia, Swedia, Finlandia, Hungaria, dan Albania.4

Inilah sebabnya mengapa banyak bahasa menggantikan “hari Sabtu” lama
dengan “Sabat” dan “hari Minggu” yang asli dengan
“Hari Tuhan”.

Sebuah survei mengungkapkan bahwa setidaknya dalam enam puluh lima bahasa,
hari-hari dalam mingguan
dinamai sesuai dengan tujuh dewa planet berhala kuno –Matahari, Bulan, Mars, Merkurius, Jupiter, Venus, dan Saturnus. Dan kebiasaan menyebut nama-nama hari berdasarkan nama dewa-dewa berhala itu sekarang paling umum dilakukan di daerah-daerah di mana agama Kristen itu dominan.

“Berdoa kepada planet-planet pada hari-hari mereka masing-masing adalah bagian dari pemujaan terhadap benda-benda langit.”

Robert L. Odom, Sunday in Roman Paganism, hal. 158.

Namun, akan menjadi tidak masuk akal
jika menganggap
penghormatan hari-hari dalam mingguan berdasarkan pada
benda-benda langit adalah berasal dari bahasa Ibrani atau Kristen.
Alkitab mengungkapkan bahwa orang-orang Yahudi kuno dan
orang-orang Kristen mula-mula yang menentukan
penamaan hari-hari
dengan nomor,
dimana hari yang keenam dan
yang ketujuh disebut juga
masing-masing sebagai “hari Persiapan” dan “hari Sabat”.


Kamus, ensiklopedi, dan sumber informasi umum lainnya praktis
menyebut nama-nama hari dalam kalender bersumber dari berhala.5

Sekali lagi, seperti yang sebelumnya: mingguan planet tidak diambil dari mingguan Alkitab. Itu berasal dari agama berhala. Gereja
berusaha menyembunyikan fakta
ini dengan mengubah nama-nama hari dalam mingguan ini dan dalam hal ini, mereka hanya berhasil sedikit.

Asal Usul Mingguan Planet

Mingguan moderen sama panjangnya dengan
mingguan Alkitab. Tapi,
seperti yang sudah dicatat,
nama-nama hari dalam mingguan
ini, dan juga bagaimana siklus mingguan itu berjalan, tidak berasal dari Alkitab. Seperti yang
Zerubavel katakan sebelumnya, “Gereja tetap memilih untuk melestarikan
bentuk irama dari mingguan
tujuh hari Yahudi. Ini tidak boleh
dianggap terlalu ringan;
Karena bias saja dipilih
untuk berkumpul secara teratur sesuai dengan siklus mingguan delapan hari
Romawi tradisional.
” Banyak
lagi yang akan dikatakan
mengenai hal ini nanti,
tapi untuk saat ini cukuplah untuk bisa memahami bahwa mingguan moderen
ini bukanlah sebuah perpanjangan
alami dari mingguan Alkitab. Sebaliknya, mingguan ini berasal
dari agama berhala dan dipilih dengan sengaja untuk meniru panjang mingguan
Alkitab.

Kalender tempel ditemukan di Permandian Titus di Roma.

Kalender tempel ditemukan di Permandian Titus di Roma.

Mingguan planet
memiliki semua sejarahnya sendiri, terlepas dari Kitab Suci.
Saat mingguan planet
pertama kali ditemui dan mulai diterima dalam kalender Julian, mingguan tujuh hari yang baru
dimulai pada hari Sabtu! Lihatlah, kalender “tempel” yang ditemukan di Permandian Titus, yang dibangun
di Roma pada tahun 81 Masehi.
Di bagian atas adalah tujuh dewa planet, sesuai dengan hari-hari dalam
seminggu. Dewa pertama yang terlihat
adalah dewa Saturnus.
Dia memegang sabit karena dia diakui
sebagai “dewa
panen.”

Dewa berikutnya dalam urutan,
pada hari kedua dalam minggu ini, adalah Sol, atau dewa matahari, dimahkotai
dengan sinar terang. Hari ketiga adalah milik dewi bulan, Luna, dinobatkan oleh bulan sabit.
Dewa-dewa lainnya mengikuti: Mars, dewa perang, memakai helm; Merkurius,
memakai helm bersayap dan memegang
sebuah tongkat ular; Jupiter, mencengkeram buntelan petirnya; dan akhirnya, hari terakhir
dalam mingguan  dimiliki dewi cinta, Venus.

Ini jelas-jelas menetapkan
bahwa mingguan
moderen tidak mungkin ditarik dari Kitab
Suci karena, pada saat itu mulai digunakan dalam kalender Julian, mingguan itu dimulai pada Hari Saturnus dan berakhir
pada Hari Venus, yaitu hari Jumat.
Barulah dikemudian hari
mingguan ini dimulai pada hari Minggu dan berakhir pada hari Sabtu.


Mingguan Julian Mula-mula

Kalender Julian adalah sebuah penemuan
yang cukup baru pada saat
Sang Juruselamat berjalan di bumi. Orang
Romawi aslinya menggunakan kalender
Republik Romawi, yang sama seperti
kalender Ibrani, yaitu
kalender luni-solar.

Kalender Republik Romawi didasarkan
pada fase bulan. Imam
agama berhala Romawi, yang disebut paus,
bertanggung jawab atas pengaturan
kalender. . . .

Pada zaman Julius
Cæsar, bulan benar-benar tidak sesuai dengan musimnya. Julius Cæsar menjalankan
haknya sebagai pontifex maximus (imam
besar) dan mereformasi apa yang menjadi kalender yang tidak praktis dan tidak
akurat.6

Julius Cæsar kemudian
mengundang Sosigenes, seorang astronom Aleksandria untuk menemukan cara
baru untuk menghitung waktu.

Sosigenes memutuskan bahwa satu-satunya langkah praktis adalah dengan meninggalkan
kalender lunar sama sekali. Bulan harus diatur berdasarkan musim, dan sebuah
tahun tropis (matahari) digunakan, seperti pada kalender Mesir. . . . Kesulitan besar yang dihadapi setiap
pengubah [kalender] adalah bahwa tampaknya tidak ada cara untuk membuat perubahan
kalender yang masih akan memungkinkan bulanan bulan tetap sejalan dengan fase
Bulan [dilangit] dan tahun tetap sejalan dengan musim. Sehingga dipandang perlu untuk membatalkan dasar perhitungan
tradisional
untuk menyusun kalender musiman yang efisein.7

Julius Cæsar Statue

Kalender Julian adalah kalender berhala yang diberi nama sesuai dengan nama dia yang bertanggung jawab menyingkirkan kalender Republik Roma yang berdasarkan pada bulan di langit.

Kalender baru disebut kalender “Julian” sesuai nama Julius Cæsar.
Pada tahun 45 SM, 90
hari penuh ditambahkan pada
kalender untuk membawa bulan kembali tepat selaras dengan musim-musim. Tapi di sinilah terdapat fakta penting yang
kebanyakan orang tidak tahu. Kalender Julian yang baru memiliki siklus mingguan
yang berlangsung terus-menerus.
. . tapi mingguan itu panjangnya delapan hari!
“Kalender Julian awal tidak dibangun seperti kalender moderen, namun tanggalnya
tercantum dalam kolom, dengan hari-hari dalam minggu yang ditentukan oleh huruf
A sampai H.”8

Ini adalah fakta yang mudah ditemukan
dalam sejarah dan
arkeologi. Bahkan, semua kalender
Julian awal, yang disebut fasti, yang masih ada sampai sekarang menunjukkan
mingguan dengan panjang
delapan hari. Selanjutnya, kalender
ini berasal dari periode Kaisar
Agustus sampai Kaisar Tiberius,
atau dari tahun 32 SM
smapai tahun 37 M. Ini lebih dari sekedar mencakup
kehidupan Yahushua di bumi. Mingguan delapan hari dari
kalender Julian digunakan oleh orang-orang Romawi selama kehidupan Yahushua. Inilah yang ditempatkan
tentara Romawi di Palestina. Yang membawa kita pada sebuah hal yang menarik: Ada dua jenis kalender yang
diketahui oleh orang-orang Yahudi pada zaman Yahushua:

  1. Kalender matahari milik orang Romawi yang menjajah mereka dengan siklus
    mingguan tidak terputus dengan
    panjang delapan hari; atau,
  2. Kalender luni-solar masa Penciptaan, yang ditegaskan kembali dalam peristiwa Keluaran, dengan siklus mingguan yang dimulai
    ulang setiap Hari Bulan
    Baru
    dengan panjang tujuh hari.

Kalender manakah yang menurut anda akan digunakan oleh orang-orang Yahudi? Menarik untuk
dicatat bahwa sebagian besar gulungan Laut Mati mengandung sedikit lebih banyak
upaya untuk mengkorelasikan dua metode penentuan waktu yang berbeda. Hal ini saja sudah mengungkapkan bahwa setidaknya ada dua
kalender berbeda yang dikenal di tanah Palestina pada saat itu. Ini juga memberikan bukti tidak
langsung bahwa orang-orang Yahudi menggunakan kalender yang berbeda daripada
yang digunakan oleh orang-orang
Romawi yang menguasai mereka.

Paglunas Ng Langit | Mga Likas Na Remedyo image

Fragmen batu dari kalender Julian awal ini menunjukkan bulan Agustus sampai Desember. Huruf A sampai H menjadi penentu hari dalam seminggu. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada fragmen-fragmen batu, yang membuktikan kalender Julian awal memiliki mingguan dengan panjang delapan hari.

Kalender Julian adalah
kalender matahari dan juga sekaligus adalah merupakan kalender berhala.
Kalender Masehi yang
digunakan saat ini, juga, adalah
kalender matahari dan juga merupakan kalender berhala. Hal ini hampir
identik dengan kalender berhala,
kalender matahari Julian,
dan sama sekali tidak memiliki
keserupaan dengan kalender luni-solar Alkitab milik Yahuwah.


Tulisan
pada Batu Nisan

Nisan yang diukir oleh
orang-orang Kristen pada pekuburan memberikan
bukti arkeologis tambahan bahwa orang-orang Kristen paling awal memiliki
pengetahuan tentang kalender Julian dan kalender Alkitab, dan perbedaan dalam
dua siklus mingguan kalender tersebut. Jadi, adalah tidak terbantahkan untuk menyimpulkan bahwa mereka memilih
untuk beribadah dengan
kalender Alkitab bahkan pada saat
mereka bekerja dengan menggunakan kalender Julian sekuler. Dalam Prasasti Latinæ Christianæ Veteres,
Ernst Diehl mencatat tulisan
pada nisan berikut ini dari
tahun 269 M:

Dalam konsulsi Claudius dan Paternus, pada Nones November, pada hari Venus, dan
pada tanggal 24 bulan lunar, Leuces menempatkan [peringatan ini] untuk putri tercintanya
Severa, dan Roh Kudus-Mu. Dia meninggal [pada usia] 55 tahun, dan 11 bulan
[dan] 10 hari.9

Ini adalah salah satu batu
nisan Kristen tertua yang bisa ditemukan di Roma dan sangat menarik
karena memberi dua tanggal yang berbeda! “Nones” November mengacu
pada tanggal 5
November. Pada tahun
itu, tanggal ini jatuh
pada “hari Venus” atau hari Jumat. Dalam penanggalan
bulan dilangit waktu itu jatuh pada hari ke 24 yang akan menjadi
“Hari Kedua” pada mingguan Alkitab.

Ini sangat penting karena jika “Hari Kedua” dalam prosesi tersebut
jatuh pada hari Jumat, maka hari
ketujuh –dan hari
Sabat- bertepatan dengan hari hari Rabu atau “hari dewa Merkurius” pada kalender berhala!

Pengakuan
para Sarjana Yahudi

Sudah terlalu lama, fakta bahwa orang-orang Yahudi beribadah pada hari Sabtu sebagai hari Sabat telah digunakan untuk
“membuktikan” bahwa hari Sabtu adalah hari Sabat Alkitab. Tapi itu tidak lebih
dari sebuah penalaran
melingkar belaka:
Orang-orang Yahudi beribadah pada hari Sabat. Oleh karena itu, hari Sabtu adalah hari Sabat
karena pada hari itulah
orang-orang Yahudi
beribadah.

Faktanya adalah, para ilmuwan Yahudi sangat sadar bahwa hari Sabtu adalah bukan hari Sabat asli dari Kitab Suci.
Berikut ini adalah kutipan dari para ilmuwan Yahudi, semua penekanan diberikan.

Dalam sebuah surat kepada Dr. LE Froom, tertanggal 20 Februari 1939, [Rabbi
Louis] Finklestein [dari Seminari Teologi Yahudi Amerika] dengan santai mengakui,
“Kalender Yahudi saat ini ditetapkan pada abad keempat.” Maimonides
dan sebagian besar Kronolog Yahudi lainnya setuju bahwa kalender Yahudi moderen didasarkan pada
“gerakan rata-rata matahari dan bulan, kalender [yang sebenarnya] telah
disingkirkan.”10,11

Maimonides (1135-1204), rabbi, philosopher and physician

Maimonides (1135-1204), rabbi, filsuf dan dokter.

Bulan Baru masih tetap ada, dan
hari Sabat awalnya,
bergantung pada siklus bulan. . .
Awalnya,
Bulan Baru dirayakan dengan cara yang
sama seperti hari Sabat
; Lambat laun menjadi kurang penting sementara hari
Sabat menjadi semakin hari semakin menjadi hari agamawi
dan kemanusiaan, untuk
melakukan meditasi dan pengajaran rohani, untuk perdamaian
dan menyenangkan jiwa.12

Dengan berkembangnya makna
hari Sabat sebagai hari pengudusan dan penekanan yang diberikan pada angka tujuh dalam jumlah yang
signifikan, minggu-minggu menjadi semakin banyak terpisah dari ikatannya dengan bulan di langit. . . .13

Bulan-bulan dalam setiap tahun adalah berdasarkan bulan di langit, dan dimulai dengan bulan baru (hodesh, yang
berarti “bulan”).
Selama zaman para Raja, bulan baru dirayakan dengan perayaan dua hari. (1
Samuel 20:24-47).14

Perhatikan dalam kutipan di atas bahwa Rabbi Finklestein secara terbuka
mengakui bahwa kalender Yahudi sekarang berbeda dari yang digunakan sebelum
abad keempat dan Maimonides melangkah lebih jauh dengan mengatakan bahwa kalender yang asli
telah “dikesampingkan”.

Hal itu disebabkan oleh karena
penganiayaan ekstrim
yang dilakukan oleh gereja Kristen awal (Katolik Roma) setelah memperoleh
kekuasaan pada abad keempat Masehi.
Sekali lagi, orang-orang Yahudi sangat terbuka tentang fakta sejarah ini, mereka dengan santai mengakui bahwa mereka
mengubah kalender di bawah tekanan penganiayaan yang ekstrem.

“Di bawah pemerintahan Konstantius (tahun 337 M – 362 M) penganiayaan orang-orang Yahudi mencapai puncaknya. . . Perhitungan kalender dilarang dan diancam dengan hukuman
berat
“.15

Menyatakan bulan baru melalui pengamatan bulan
baru, dan tahun baru pada saat
musim semi, hanya bisa dilakukan oleh Sanhedrin. Pada masa Hillel II,  Presiden Sanhedrin terakhir, [abad ke-4 M.], orang Romawi melarang praktik ini. Oleh karena itu Hillel II dipaksa untuk
membuat kalender tetapnya, hal ini kemudian, membuat Sanhendrin
memberikan pra-persetujuan pada semua tahun-tahun kalender di masa datang.16

(Untuk informasi lebih lanjut, baca “Konstantin I & Hillel II: Dua Orang yang telah Menipu Seluruh Dunia“).

Pengakuan para Sarjana
Katolik

Council of Nicæa

Konsili Nicæa masih dianggap sebagai salah satu dewan gereja paling berpengaruh yang pernah ada.

Yang cukup menarik, para
sarjana Katolik Roma juga sangat tumpul mengenai fakta bahwa mereka
bertanggung jawab atas perubahan kalender yang mempengaruhi hari ibadah orang
Kristen. Hal ini terjadi pada konsili Nicea dan telah dengan baik dirangkum oleh

Heinrich Graetz dalam karyanya
yang monumental, History of the Jews, yang diterbitkan oleh Jewish Publication Society of America
pada tahun 1893!

Kemudian dunia menyaksikan tontonan yang sampai sekarang tak terbayangkan dari
pertemuan umum pertama Nice [Nicæa], yang terdiri dari beberapa ratus uskup dan
imam, dengan kaisar sebagai
kepala mereka. Kekristenan berpikir untuk
merayakan kemenangannya, namun hanya berhasil me
mperlihatkan
kelemahan dan
perpecahan internalnya. Karena pada kesempatan ini, pada penampilan resmi pertamanya, dalam
kemegahan kekuatan rohani
dan fananya, tidak ada jejak karakter aslinya. . . Pada Konsili Nice, penghubung terakhir yang
menghubungkan Kekristenan dengan induknya telah diputuskan. Perayaan Paskah
Easter yang sampai hari ini dirayakan oleh sebagian besar orang bersamaan
dengan Paskah Passover Yahudi, dan bahkan pada hari-hari yang telah dihitung
dan ditetapkan oleh Sanhedrin di Yudea untuk dirayakan; namun di masa depan
perayaan hari-hari tersebut telah sepenuhnya terbebas dari kalender Yahudi.

Sebab adalah merupakan tindakan diluar kepantasan jika pada perayaan-perayaan
Paskah Easter yang paling kudus ini kita harus mengikuti kebiasaan-kebiasaan
orang-orang Yahudi.  Untuk selanjutnya,
jangan sampai kita memiliki kesamaan dengan orang-orang najis ini; Juruselamat
kita telah menunjukkan kepada kita jalan yang lain. Hal ini memang akan terlihat
konyol jika orang-orang Yahudi dapat menyombongkan diri bahwa kita tidak dapat
merayakan Paskah tanpa bantuan dari aturan-aturan mereka (perhitungan-perhitungannya)”. Pernyataan
ini dikaitkan dengan Kaisar Konstantin .
. . [dan menjadi]
prinsip Gereja sekarang untuk menentukan nasib orang-orang Yahudi.17

Tidak diragukan lagi bahwa karena tindakan para uskup Katolik Roma
di Konsili Vatikan inilah yang
secara langsung bertanggung jawab atas perubahan gerejawi perihal kalender yang digunakan oleh
orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen kerasulan untuk beribadah. Sebagai ahli kronologi, David Sidersky
menjelaskan, ” Adalah sudah lebih tidak mungkin lagi di bawah pemerintahan
Konstantius untuk menerapkan kalender
yang lama
.”18

Dalam tahun-tahun berikutnya, orang-orang Yahudi berjalan melalui “besi
dan api”. Kaisar Kristen [kepausan
Roma] melarang perhitungan
kalender Yahudi
, dan tidak mengijinkan pengumuman hari-hari raya. Graetz
mengatakan, “Masyarakat Yahudi yang tersisa telah dibiarkan berada dalam
keraguan mengenai keputusan keagamaan yang paling penting: contohnya yang
berkaitan dengan perayaan-perayaan agama mereka”. Dampaknya kemudian
adalah pembuatan sebuah kalender dan perhitungan Ibrani yang tetap oleh Hillel
II.19

Dekrit dari Nicea,
“menghancurkan Hukum Bait Suci di Yudea,” sebagaimana adanya, dan peraturan kuno
Musa untuk menyelaraskan jalannya bulan dengan matahari pada akhirnya
digantikan oleh perhitungan yang melibatkan titik balik matahari musim semi, kemudian melihat bulan purnama terdekat untuk dipilih sebagai bulan
paskah. Dari titik balik
matahari ini, gereja [Katolik] membangun kalender gerejawi dan perayaan
Paskahnya. Sangat mudah untuk mengabaikan
pentingnya Konsili Nicæa dan pengaruhnya terhadap sistem waktu Yahudi, karena
walaupun gereja tersebut ingin meninggalkan perhitungan Yahudi, dan untuk
mengadopsi hari-hari raya yang dapat dige
ser, namun pada
akhirnya, ternyata
bahwa baik hari-hari raya Yahudi
maupun Katolik Roma dihitung dari titik waktu yang sama- . . . Titik Balik Matahari Musim Semi
.20

“Untuk mendamaikan para penyembah berhala dengan Kekristenan yang sedikit, Roma, mengusahakan kebijakan umum, mengambil tindakan-tindakan untuk menggabungkan perayaan penyembah berhala dan perayaan Kristen, dan melalui penyesuaian kalender yang sulit namun terampil, tidak lagi ditemukan masalah, secara umum, untuk mengabungkan penyembahan berhala dengan Kekristenan – sekarang sudah jauh tenggelam dalam penyembahan berhala . . . untuk bekerja sama.”

Alexander Hyslop, The Two Babylons, hal. 105, penekanan diberikan.

Para ilmuwan Katolik mengetahui hal ini. Inilah sebabnya, American Catholic Quarterly Review dapat
menerbitkan sebuah pernyataan sepert
i ini: “Hari Minggu
… adalah murni ciptaan Gereja Katolik.”21 Atau, seperti yang
diterbitkan dalam Ecclesiastical Review:

“Mereka [umat Protestan] menganggap kewajiban mereka untuk menjaga
kekudusan hari Minggu. Mengapa? Karena Gereja Katolik memberitahu mereka untuk
melakukannya. Mereka tidak memiliki alasan lain. . . pengudusan hari Minggu
menjadi sebuah aturan gerejawi yang sama sekali berbeda dengan hukum Sabat
Ilahi. . . Pembuat hukum hari Minggu. . . adalah Gereja Katolik”22

Ini penting karena hal itu membuktikan
bahwa hari Minggu bukanlah hari kebangkitan Yahushua. Sementara para pemelihara Sabat hari Sabtu
telah lama berkeras bahwa perintah keempat masih mengikat dan adalah hal penting bagi Yahuwah mengenai pada hari mana seseorang
beribadah, kebanyakan pemelihara hari Minggu menolak klaim semacam itu
dengan bersikeras, bahwa “saya beribadah pada semua hari”.

Ini adalah sebuah pendapat
yang dibuat karena ketidaktahuan. Pertama, perintah keempat tidak hanya
mengatakan untuk beribadah pada hari ketujuh. Tapi perintah itu juga melarang orang bekerja
pada hari ketujuh, pekerjaan harus
dilakukan pada enam hari lainnya dalam sebuah minggu. Selanjutnya, alasan yang diberikan secara tradisi untuk ibadah pada hari Minggu didasarkan
pada argumen bahwa hari Minggu adalah hari kebangkitan Yahushua. Namun, seperti
yang telah kita lihat, hari Minggu tidak ada pada mingguan delapan hari dari kalender Julian awal. Karena itu, Sang Juruselamat tidak bisa
bangkit pada hari itu. Hari Minggu
tidak memiliki dasar untuk
dijadikan hari beribadah karena ini adalah tradisi Gereja Katolik Roma, seperti yang selalu mereka klaim.

Catholic author and radio host, Patrick Madrid

Patrick Madrid, Penulis biografi dan pembawa acara radio beragama Katholik.

Bahkan parngetahui fakta ini. Patrick Madrid
adalah seorang warga
Amerika yang bekerja sebagai penulis, apologis, dan pembawa acara radio, yang beragama Katholik.
Pada tanggal 5 Januari 2006, Madrid berada di EWTN, Jaringan Radio Global Katholik. Pada sesi tanya jawab melalui telepon,
seorang pendengar menelepon
dengan sebuah pertanyaan. Saudara ipar pendengar mengatakan bahwa Gereja
Katolik telah mengubah hari Sabat dari hari Sabtu ke hari Minggu. Tanggapan Madrid, sambil
memberi sebuah “puntiran” Katolik untuk
membenarkan posisi mereka yang
tidak lagi beribadah pada Sabat Suci, mengungkapkan bahwa dia sangat menyadari
fakta sejarah dan Kitab Suci. Dia berkata:

Apa yang saudara iparmu mungkin tidak mengerti adalah bahwa Gereja Katholik
tidak mengubah perintah [Sabat]
itu. Gereja Katholik menaati perintah untuk menguduskan hari hari Sabat, tetapi dilakukan
di Hari Tuhan , dan umat Kristen
mula-mula mengubah ketaatan mereka terhadap perintah itu dari hari Sabtu
menjadi hari Minggu.

Terutama, karena adanya pemisahan yang kontras antara
tuntutan-tuntutan Perjanjian Lama: ritual-ritual dan tuntutan-tuntutan perjanjian
Musa berhadapan dengan ibadah Hari Sabat dan pengorbanan binatang, dan hal
semacamnya. Dan mereka ingin menunjukkan Kekristenan yang berbeda dari agama
Yahudi. Itu berasal dari agama
Yahudi, tetapi itu berbeda dari agama Yahudi. . . . merayakan kematian dan kebangkitan
Tuhan pada hari di mana Dia bangkit dari kematian tampaknya paling tepat.

Hal lain yang harus
kita ingat juga adalah bahwa kalendar yang kita ikuti, termasuk yang diikuti
oleh Gereja Advent Hari Ketujuh, bukan hanya sebuah kalendar yang dirancang
oleh Gereja Katholik, tetapi juga itu adalah kalendar yang berdasarkan tahun
matahari, bukan tahun lunar. Dan kalendar Yahudi yang dipakai
pada zaman Kristus, mengikuti kalendar lunar yang beberapa hari lebih pendek
dari kalendar
matahari.

Sehingga ironi
besarnya adalah bahwa bahkan Gereja Advent Hari Ketujuh sendiri tidak beribadah
pada hari Sabat yang sama seperti Sabat Yahudi pada zaman Kristus, karena
beberapa hari libur zaman sekarang
, telah diubah dan tidak lagi
mengikuti kalendar lunar
.23

Seluruh perihal ini
jauh lebih besar daripada hanya
hari Sabtu lawan hari
Minggu. Ini berkaitan dengan keseluruhan sistem penyembahan palsu: penyembahan
berhala/kepausan melawan
penyembahan Alkitabiah
yang murni dari Yang Mahakuasa.

Ketika saya mengemukakan fakta sejarah kalender mula-mula kepada teman pendeta Advent Hari Ketujuh saya,
dia terdiam beberapa saat. Akhirnya, dia berkata, “Anda benar. Tapi yang
Tuhan inginkan adalah agar kita tetap kudus pada
hari ketujuh dari kalender manapun
yang dipakai masyarakat.”

Aku tercengang. Pernyataan seperti itu dengan jelas bertentangan dengan setiap
pernyataan yang pernah dia buat bahwa Bapa mengharapkan kita untuk beribadah
pada sebuah hari yang tepat dan spesifik.

Hilang dalam Alkitab

Ada satu kesalahan yang hampir semua orang lakukan saat membaca Alkitab. Ini
sangat umum dan sangat bisa dimengerti. Artinya, ketika orang membaca Alkitab,
mereka melakukannya dengan memakai “kacamata” ideologis. Kacamata ini
dibuat oleh latar belakang budaya dan pendidikan masing-masing dan membentuk
bagaimana mereka menafsirkan apa yang mereka baca.

preacher in front of congregation

Orang-orang Kristen beribadah pada hari Sabtu atau hari Minggu karena mereka menganggap mingguan seperti sekarang ini telah bersiklus terus menerus dan tanpa henti sejak zaman Yahushua.

Tidak ada tempat  lain di mana hal ini terlihat lebih
jelas selain dari perihal
hari Sabat. Seluruh dunia telah bersatu dalam menggunakan kalender Masehi kepausan sejak tahun
1940-an. Oleh karena
itu, wajar bila orang membaca tentang Sabat di dalam Kitab Suci, mereka
menganggap ini mengacu pada hari ketujuh dalam mingguan moderen: hari Sabtu. Namun,
asumsi ini, adalah salah.

Perbedaan terbesar antara kalender Alkitab dan kalender moderen ditemukan dalam siklus mingguan dari setiap metode penentu waktu ini. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya,
kalender moderen
memiliki siklus mingguan tidak
terputus. Ini berarti
bahwa setiap bulan dimulai pada sebuah hari dalam
sebuah minggu yang berbeda. Tidak demikian halnya dengan kalender
Alkitab. Siklus mingguan kalender Yahuwah dimulai ulang
pada setiap bulan baru. Tapi lebih dari itu, kalender moderen, yang disusun
berdasarkan matahari, dan
tidak memiliki hubungan antara mingguan dan apapun di alam. Sebaliknya, siklus mingguan kalender
Yahuwah sudah pasti
terikat pada fase bulan.

Tidak ada satupun teks dalam Alkitab yang menjelaskan bagaimana penanggalan
Alkitab bekerja dengan satu alasan yang sangat sederhana: itu sudah menjadi
pengetahuan
umum. Semua orang menggunakan
kalender itu. Tidak perlu menguraikan bagaimana kalender itu bekerja. Sama seperti kalender Masehi pada hari ini,
adalah tidak perlu untuk menjelaskan bagaimana kalender Masehi bekerja karena semua
orang sudah tahu.

Namun, ada petunjuk yang
tersedia dan tersebar bebas
di seluruh Alkitab. Jika
asas ajaran Alkitab: “aturan
di atas aturan, ayat di atas ayat, sedikit di sini, dan sedikit di sana” diterapkan, maka perbedaannya akan menjadi sangat jelas.


Hari-hari
Bulan Baru

Alkitab berisi banyak referensi mengenai kategori hari tertentu yang tidak ada
dalam kalender moderen:
Bulan Baru. Jelas, sebuah cara
menghitung waktu yang berbeda digunakan. Penghitung waktu ini pertama kali ditemukan pada minggu
penciptaan pada hari keempat: “Kemudian Elohim berkata, “Jadilah benda-benda
penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda
penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari
dan tahun-tahun . . . dan jadilah demikian”. (Kejadian 1:14, 15, NKJV)

Kata yang diterjemahkan “tanda” berasal dari kata Ibrani owth, yang
artinya: sebuah tanda, monumen, suar, penanda atau tanda. Yang lebih penting lagi adalah kata yang
diterjemahkan “musim”. Ini berasal dari kata Ibrani mo’ed yang berarti waktu atau musim yang
tetap, khususnya hari-hari raya. Ini digunakan
di seluruh kitab Imamat
pasal 23, mengacu pada
hari raya Yahuwah: “Yahuwah berfirman kepada Musa:”Berbicaralah
kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Hari-hari raya yang ditetapkan
Yahuwah yang harus kamu maklumkan sebagai waktu pertemuan kudus, waktu perayaan
yang Kutetapkan, adalah yang berikut”. (Imamat 23: 1-2, KJV). Hari raya pertama yang terdaftar adalah hari raya mingguan yaitu Sabat hari ketujuh. Dan kemudia diberikan hari-hari raya
tahunan.

“Karena hari-hari
raya Yahudi terjadi pada interval yang teratur, kata ini menjadi sangat dekat dengan mereka. . . Mo’ed
digunakan dalam arti luas untuk semua acara agama. Itu terkait erat dengan
Kemah Suci itu sendiri. . . [Yahuwah] bertemu orang Israel di sana pada waktu
tertentu untuk mengungkapkan kehendak-Nya. Ini
adalah istilah umum untuk waktu perkumpulan ibadah umat [Yahuwah]
.”24

Dasar kalender yang ditetapkan oleh Yahuwah pada masa Penciptaan adalah pergerakan bulan. Hanya dengan pergerakan, waktu dapat diukur. Tujuan pelacakan gerakan bulan adalah
untuk menetapkan
hari-hari suci! “Dia telah
menetapkan bulan menjadi penentu waktu.” (Mazmur 104: 19, KJV). Di sini, sekali lagi, kata yang diterjemahkan
“waktu” adalah mo’ed, atau, ” waktu perkumpulan
ibadah umat [Yahuwah]”.

Hari-hari Bulan Baru adalah hari-hari yang terpenting, dari keseluruhan metode tata cara pengukuran waktu luni-solar Alkitabiah karena hari-hari ini adalah
hari-hari yang mengatur awal bulan dan juga awal dari siklus mingguan. Hanya
karena fakta-fakta ini tidak diketahui kebanyakan orang Kristen, tidak berarti
bahwa para sarjana
Kristen juga tidak
mengetahuinya:

Bulan kalender itu
adalah satuan waktu yang terkait
erat dengan bulan di
langit. Kata Ibrani untuk “bulan [kalender]” juga berarti “bulan [di langit]”. . . Alasan dari adanya hubungan
antara bulan
[kalender] dan bulan [di langit] adalah karena awal bulan [kalender] ditandai oleh sebuah bulan baru [di langit]. Bulan [di langit] diamati dengan
cermat oleh orang-orang
pada zaman Alkitab. Saat itu
muncul sebagai bulan sabit yang tipis, itu menandai awal bulan baru.

Bulan lunar sekitar 29 hari
panjangnya. Oleh karena itu, bulan sabit pertama pada bulan baru akan muncul 29 atau 30
hari setelah bulan baru sebelumnya. Terkadang bulan sabit tidak terlihat karena
awan. Tapi ada aturan yang
mengatur bahwa bulan baru tidak akan pernah diperhitungkan lebih dari 30
hari setelah bulan baru yang lalu. Hal ini untuk mencegah terlalu banyak variasi dalam kalender.25

Siklus Mingguan

Perbedaan dalam siklus mingguan biasanya merupakan hal tersulit bagi
orang-orang yang mempelajari kalender luni-solar, itu menutupi otak mereka pada awalnya.26 Namun,
sekali lagi, para sarjana
cukup mengenal fakta-fakta ini, bahkan jika mereka tidak pernah berkhotbah
tentang tentang hal itu.
Emil G. Hisrch, dalam sebuah artikel berjudul, “Week: Connection with Lunar Phases” dalam Ensiklopedi Yahudi
menyatakan:

Mingguan tujuh hari itu
terhubung dengan bulan lunar, yang kira-kira, seperempatnya. Empat bagian dari bulan ini terbukti
digunakan di antara orang Ibrani dan orang-orang kuno lainnya; Tapi tidak jelas
apakah itu berasal dari yang pertama. Oleh karena itu, tidak perlu diasumsikan
bahwa itu berasal dari bangsa Babilonia, karena sama mungkinnya pengamatan
empat fase bulan menyebabkan orang-orang nomaden Ibrani secara spontan dan
independen merancang sistem untuk membagi interval antara bulan baru
berturut-turut. Menjadi masing-masing empat kelompok tujuh hari. . . . Penekanan yang diberikan pada persyaratan
[Imamat 23:15] bahwa minggu Pentakosta seharusnya “lengkap”
(“temimot”) menunjukkan bahwa minggu
an dapat saja diperhitungkan sedemikian rupa sehingga melanggar perintah
ini.

Kutipan ini menarik karena, pertama, dengan benar menghubungkan siklus mingguan
kuno dengan fase lunar; Dan, kedua, ini menunjukkan bahwa penghitungan sampai
Pentakosta yang membutuhkan minggu “lengkap” tampaknya menyimpulkan
bahwa siklus mingguan yang digunakan tidak akan secara otomatis menyediakan
minggu-minggu yang lengkap.

Bukti Tanggal

Karena hari pertama setiap bulan (hari Bulan Baru) selalu memulai kembali
siklus mingguan, maka hari Sabat
selalu jatuh pada tanggal yang sama
setiap bulan lunar. Hari Bulan Baru ada di sebuah kelas dengan sendirinya, tapi hari itu adalah hari ibadah. Jadi, hari yang kedua setiap bulan
juga merupakan hari pertama dari
setiap pekan kerja. Bahkan di kalender Masehi, terkadang kita memiliki tampilan bulan seperti ini.
Misalnya, pada bulan April
2017 memiliki bentuk yang sama
seperti itu seperti itu:

bulan April tahun 2017

Satu-satunya perbedaan antara tata letak bulan April 2017
dalam kalender masehi dengan bulan luni-solar adalah bahwa ini adalah
tata letak bulanan/mingguan untuk setiap bulan
pada kalender luni-solar.
Karena hari yang
pertama setiap bulan adalah hari ibadah Bulan Baru, maka Sabat hari ketujuh selalu jatuh pada hari ke 8, 15, 22 dan
29 dari sebuah bulan
lunar. Hal ini didukung oleh fakta bahwa setiap kali tanggal Sabat hari ketujuh
diberikan dalam Kitab Suci, itu
selalu jatuh pada tanggal-tanggal ini. Selain itu, setiap kali sebuah tanggal untuk Sabat hari
ketujuh dapat dibentuk dari
ayat-ayat di sekitarnya, itu
juga jatuh pada tanggal yang sama ini. Hal ini tidak mungkin terjadi pada siklus mingguan yang berlangsung terus-menerus.27


Sabat yang hilang

“Setiap tempat di dalam Alkitab di mana hari Sabat dan Bulan Baru diindikasikan, hari ke 2 bulan [di langit] atau bulan [kalender] akan selalu merupakan hari kerja pertama, dan hari ke 8, 15, 22 dan 29 dari setiap bulan adalah hari Sabat tanpa kecuali!

John D. Keyser, “Biblical Proof for the Lunar Sabbath.”

Yang cukup menarik, orang-orang yang paling sulit menerima fakta bahwa hari Sabtu bukanlah Sabat yang sejati adalah mereka yang
paling memahami betapa
pentingnya hari Sabat itu: yaitu mereka yang sudah
beribadah pada hari Sabtu. Mereka akan memprotes, “Tuhan tidak akan
membiarkan hari Sabat dilupakan! Tidak mungkin! Karena itu, hari Sabtu harus menjadi hari Sabat.”

Pendapat seperti ini adalah
sebuah fikiran yang salah. Bukan saja karena hari Sabtu telah
terbukti bukan
menjadi hari Sabat yang sejati,
namun juga karena di
dalam Kitab Suci, Yahuwah sendiri menyatakan bahwa hari Sabat akan dilupakan
dan bahwa Dialah yang menjamin bahwa itu akan dilupakan!

Nabi Yeremia, meratapi apa yang telah menimpa Yerusalem saat jatuh ke tangan
orang-orang Babel.
Tetapi karena “Babel” juga merupakan simbol bagi keseluruhan
infrastruktur penyembahan palsu, ratapan Yeremia juga memiliki aplikasi nubuatan sekunder yang mengarah ke suatu
masa ketika pengetahuan tentang hari Sabat kuno yang asli benar-benar hilang.

Yahuwah menjadi seperti seorang seteru; Ia menghancurkan Israel, meremukkan
segala purinya, mempuingkan benteng-bentengnya, memperbanyak susah dan kesah
pada puteri Yehuda.

Ia melanda kemah-Nya seperti kebun, menghancurkan tempat
pertemuan-Nya. Di Sion Yahuwah menjadikan
orang lupa akan perayaan dan sabat
, dan menolak dalam kegeraman murka-Nya
raja dan imam. (Ratapan 2: 5-6, KJV)

Bagian Alkitab ini bukan
satu-satunya tempat di Alkitab dimana Yahuwah menyatakan bahwa Dia akan
menyebabkan hari Sabat dilupakan. Kitab Hosea mengilustrasikan ketidaksetiaan
umat Yahuwah dengan
mempersamakannya dengan istri yang tidak setia yang pergi melacur pada kekasih
lain. Yahuwah adalah suami ilahi bagi orang percaya. “Sebab yang menjadi
suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, Yahuwah semesta alam nama-Nya; yang
menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus dari Israel, Ia disebut Elohim seluruh
bumi.” (Yesaya 54: 5)

Dengan berpaling pada peribadatan
palsu, “pengantin” Yahuwah (orang percaya) telah tidak setia
kepada-Nya.

Ada banyak janji indah yang tercatat di dalam kitab Hosea
pasal dua. Kita
suka membaca janji-janji itu; Kita
ingin mengklaim janji-janji
itu. Tetapi janji-janji
itu harus dibaca dalam konteks, dan konteksnya adalah bahwa pertama-tama
dinyatakan sebuah
pernyataan mengenai
ketidaksetiaan rohani.

Adukanlah ibumu, adukanlah, sebab dia bukan isteri-Ku, dan Aku ini bukan
suaminya; biarlah dijauhkannya sundalnya dari mukanya, dan zinahnya dari antara
buah dadanya,

Supaya
jangan Aku menanggalkan pakaiannya sampai dia telanjang, dan membiarkan dia
seperti pada hari dia dilahirkan, membuat dia seperti padang gurun, dan membuat
dia seperti tanah kering, lalu membiarkan dia mati kehausan.

Sebab ibu mereka telah menjadi sundal; dia yang mengandung
mereka telah berlaku tidak senonoh. Sebab dia berkata: Aku mau mengikuti para
kekasihku. (Hosea 2: 2, 3, 5, KJV)

Apa hukuman untuk
perzinahan rohani? Hari Sabat
yang diberikan diambil kembali:

Dan sekarang, Aku akan menyingkapkan kemaluannya, di depan mata para
kekasihnya, dan seorangpun tidak akan melepaskan dia dari tangan-Ku.

Aku akan menghentikan segala kegirangannya, hari rayanya,
bulan barunya dan hari Sabatnya dan segala perayaannya. (Hosea 2: 10-11, KJV)

“Bulan Baru” adalah sebuah
referensi yang jelas untuk kalender dimana hari Sabat dan “hari-hari raya penting”
(mo’edim) dihitung. “Karena kompromi dengan agama berhala, maka gereja Kristen mula-mula
kehilangan kemurnian kerasulannya.
Ini membuka gerbang masuknya banjir
tipuan dari Setan.
Dengan tidak menghargai dan memelihara
kebenaran, umat [Yahuwah] kehilangan kebenaran itu. Bila
kebenaran surga tidak dihargai sebagaimana mestinya, [Yahuwah] akan menghilangkannya; Dia
menyebabkannya dilupakan.”28 Dan justru itulah yang terjadi.

Pengadopsian mingguan kafir oleh
otoritas gerejawi yang menyatukan kekuasaan mereka dengan otoritas sekuler pada
abad keempat menyebabkan penganiayaan terhadap semua orang yang ingin tunduk
pada penanggalan
Alkitab. Seperti yang diamati oleh Robert Odom dalam karyanya, Sunday in Roman Paganism: “Ini nampaknya seperti jika
beberapa orang yang pandai dalam hal rohani memegang kontrol atas dunia kafir
yang meminta agar mingguan planetari yang sesat diperkenalkan, dan ini menjadi waktu yang
tepat bagi sebuah kelompok penyembah matahari yang paling terkenal, untuk
muncul dan meninggikan hari Matahari sebagai hari yang paling tinggi dan lebih
suci dari pada yang lain. Sungguh ini bukanlah kecelakaan.”29

Perubahan lambat dari
kekristenan kerasulan
murni menjadi kekristenan yang terkait dengan prinsip-prinsip kalender berhala sebagian besar
bertanggung jawab atas kurangnya pengetahuan yang ada saat ini mengenai
kalender sejati dari Sang Pencipta.
Siklus mingguan kafir
bersiklus terus menerus tanpa henti, diasumsikan bahwa siklus mingguan
terus-menerus itu
selalu ada. Fakta sejarah kalender Julian telah dilupakan dan penalaran
melingkar telah digunakan untuk “membuktikan” bahwa hari Sabtu adalah Sabat Alkitab: yaitu,
mingguan kalender
masehi moderen
telah terus bersiklus selama
tujuh hari dalam satu minggu, karena itu mingguan selalu bersiklus tanpa henti.
Hari Sabtu, kemudian, harus menjadi “hari Sabat
ketujuh” dari perintah keempat.30

Kalender Surga

Disepanjang Kitab Suci,
hari Sabat itu penting. Dari kitab
Kejadian sampai kitab Wahyu,
ini adalah benang emas, yang merajut
janji-janji Yahuwah. Namun adalah tidak masuk akal bahwa Sang Pencipta, Penguasa langit dan bumi,
tidak akan menentukan metode penghitungan waktu dimana setiap orang, di semua tempat dan waktu,
dapat mengetahui kapan hari Sabat tiba. Poin ini digambarkan dengan baik oleh
pengalaman seorang pelayan
pemelihara sabat hari sabtu yang ditangkap oleh KGB dan dimasukkan ke
dalam penjara selama era Soviet. Awalnya, dia ditahan di sel isolasi. Kemudian,
dia dikirim ke penjara Rusia.
Dengan sangat hati-hati dia terus melacak kamp kerja paksahari setiap hari sehingga dia bisa mengetahui kapan hari Sabat datang.

Akhirnya, dia kehilangan jejak. Entah dia kehilangan
kesadaran untuk beberapa waktu karena perlakuan buruk terhadapnya, atau sesuatu
yang lain, pada akhirnya tidak masalah. Apapun penyebabnya, dia akhirnya
kehilangan jejak, sehingga dia
tidak mengetahui lagi jenis hari pada minggu itu..

Oh, dia dipermainkan oleh para
penjaga! Mereka menyiksanya tanpa ampun. Dan dia benar-benar menderita
penderitaan mental. Dia mengasihi
Yahuwah dan ingin menghormati Dia. Dia dipenjara justru karena dia menolak
berkompromi perihal
keyakinannya. Dan sekarang, dia tidak tahu kapan hari Sabat datang dan juga tidak tahu apakah dia telah
bekerja atau tidak pada hari itu.

Ini adalah hasil dari ketidaktahuan
akan sabat sejati dan kalender sejati Yahuwah yang ditetapkan pada masa Penciptaan. Dia tidak menghendaki orang-orang tetap berada
dalam ketidaktahuan. Dia juga tidak memberikan kepada Adam dan Hawa selembar kertas untuk diikat di pohon agar mereka dapat
tetap menghitung. Sesuatu yang begitu penting tidak akan pernah
dipercayakan pada sesuatu yang mudah dihancurkan atau dengan mudah diubah!

Ingat, Yahuwah, adalah Sang Pencipta Segala Sesuatu. Dia tidak
perlu memberi Adam dan Hawa sebuah kalender yang tercetak di selembar kertas.
Dia menanamkan sistem penghitung
waktu-Nya ke dalam struktur penciptaan dan menanamnya di langit agar semua
orang dapat melihatnya di manapun
posisi mereka di bumi.

Fungsi bulan sebagai kalender secara eksplisit dijabarkan dalam Mazmur 104:19
dan Kejadian 1:14-15. Sifat fungsi bulan yang tidak berubah bahkan
direferensikan dalam mazmur lain: “seperti bulan yang ada selama-lamanya,
suatu saksi yang setia di awan-awan”. (Mazmur 89:37, KJV).

Sama seperti tidak masuk akal untuk
menganggap bahwa Yahuwah akan mempercayakan pengetahuan tentang sistem
penghitung waktu-Nya pada selembar kertas atau
bahkan sebuah balok
batu, adalah di luar
semua logika untuk berasumsi bahwa Dia akan mempercayakan penghitungan
Sabat-Nya yang Kudus ke dalam perawatan
musuh-Nya, Lusifer.
Namun, justru sebaliknya jika, dalam menghadapi semua bukti yang mengatakan sebaliknya, seseorang
berkeras bahwa hari Sabtu adalah Sabat hari ketujuh dari Alkitab.

Kalender matahari “Masehi”
moderen adalah penemuan
paus. Bahkan diberi nama berdasarkan
nama Paus Gregorius XIII,
kalender Masehi dalam bahasa Inggris bernama kalender Gregorian! Ketika
pertama kali diperkenalkan, hanya tiga negara yang menerimanya dan semua itu
adalah negara-negara Katolik. Negara-negara lain menolaknya karena itu milik Katolik.

Namun, kalender Julian juga tidak
lebih baik karena itu juga merupakan
kalender matahari kafir.
Hanya kalender pada masa penciptaan
yaitu kalender luni-solar yang memiliki kemampuan
untuk menentukan mo’edim sejati milik Yahuwah, waktu yang ditentukan oleh Surga
untuk beribadah.

Semua waktu didasarkan pada pergerakan. Oleh karena itu, hanya ada empat jenis kalender. Semua alat penentu waktu adalah seperti salah satu dari yang ada di bawah ini:

Sidereal [Bintang]: Kalender sidereal melacak waktu berdasarkan pergerakan relatif bintang-bintang yang diamati. Kalender Hindu menggunakan kombinasi penentu waktu sidereal dan matahari.

Solar [Matahari]: Pada kalender matahari, tahun didasarkan pada waktu yang dibutuhkan matahari untuk kembali ke posisi yang sama dalam siklus musim, atau 365 hari. Kalender Julian dan kalender Masehi adalah contoh penentu waktu matahari. Pada sebuah kalender matahari, tidak ada kaitan antara siklus mingguan dengan benda apapun di alam.

Lunar [Bulan]: Kalender lunar hanya didasarkan pada fase bulan. Karena tahun lunar adalah 354 hari lebih pendek dari tahun solar yang panjangnya 365 hari, maka bulanan kalender melayang sepanjang musim. Kalender yang digunakan oleh umat Islam adalah kalender lunar, itulah sebabnya Ramadan melayang mundur sepanjang tahun, dari satu tahun ke tahun berikutnya.

Luni-Solar [Bulan-Matahari]: Kalender Luni-Solat adalah yang paling elegan dan akurat dari semua kalender yang digunakan. Siklus mingguan dan bulan didasarkan pada pergerakan bulan, sementara tahun berlabuh ke matahari. Jadi, tidak ada musim yang melayang seperti kalender lunar yang ketat. Kalender Alkitab adalah luni-solar.


Tercatat di Surga

Kebenaran telah begitu berhamburan
dan terkubur di bawah kesalahan dan asumsi selama berabad-abad, dibutuhkan kesabaran dan perhatian mendalam
terhadap detail untuk mengumpulkan berbagai “potongan teka-teki” yang hilang dari
kebenaran. Namun, masih ada
dua bukti lagi yang tercatat di langit berbintang yang membantu menetapkan tanpa keraguan
bahwa hari Sabtu
bukanlah Sabat Alkitab. Itu
adalah tanggal penyaliban dan Garis Tanggal Internasional.

Tanggal Penyaliban

Singkirkan
spekulasi fiksi-ilmiah
yang menyenangkan tentang perpecahan dalam “ruang-waktu kontinum,”
waktu itu sendiri, tentu saja, berlangsung
terus-menerus. Itulah sebabnya kebanyakan masyarakat moderen mengalami kesulitan yang membungkus otak mereka di sekitar
sistem perhitungan waktu di mana siklus mingguan tidak berlanjut. Orang-orang menganggap siklus
mingguan moderen selalu
ada. Oleh karena itu, mereka cenderung berpikir dalam ruang kalender moderen bahkan pada saat sedang mengingat kejadian sejarah.

Sebagai contoh,
Pertempuran Marathon. Tanggal yang diterima secara umum adalah tanggal 12 September 490 SM. Apakah anda dapat melihat ada sebuah masalah di sini?
Sebenarnya, ada beberapa masalah (agak lucu) dengan tanggal itu. Pertama,
kalender Masehi tidak
ada pada tahun 490 SM. Lebih jauh lagi, meskipun kalender Julian memiliki satu
bulan yang disebut bulan September, tanggalnya juga hampir 450 tahun sebelum kalender Julian muncul!

Kesimpulannya, bulan “September”
tidak ada dalam kalender Yunani pada
tahun 490 SM. Kalender Yunani, seperti kalender Israel saat itu, adalah kalender luni-solar dengan
beberapa variasi yang berbeda antar
negara-kota di Yunani. Nama-nama bulan di Athena
disebut:

Hekatombion

Metageitnion

Boedromion

Pyanepsion

Maimakterion

Poseidon

Gamelion

Anthesterion

Elaphebolion

Munychion

Thargelion

Skirophorion

Sebuah Kalender Yunani kuno dari tahun 1600 SM

Sebuah Kalender Yunani kuno dari tahun 1600 SM.

Perhatikan tidak satupun bulan
“September” di antara nama-nama
bulan itu! Jadi apa artinya Pertempuran Marathon berlangsung pada 12
September?

Menggunakan tanggalan kalender
moderen sebelum
kalender itu benar-benar muncul sebenarnya menjadi sebuah alat yang berguna. Ini
memungkinkan orang dewasa untuk mengerti, relatif terhadap sistem penentu waktu yang moderen, saat sebuah peristiwa terjadi. Menghitung mundur menggunakan
kalender moderen adalah sebuah tindakan yang disebut menggunakan kalender proleptic. Kalender proleptik
hanyalah sebuah kalender yang memperluas sistem penanggalannya ke belakang
sebelum pengenalan sebenarnya. Namun, meski berguna, penting untuk mengetahui
kapan hal ini terjadi. Orang-orang yang percaya saat ini telah mencoba untuk menghitung mundur sampai ke masa Yahushua,
untuk “membuktikan” bahwa Dia disalibkan pada hari Jumat. Orang-orang  lain juga telah melakukan hal yang sama, mencoba untuk
“membuktikan” bahwa Yahushua
sebenarnya disalibkan pada hari Rabu.

Seperti yang telah ditetapkan, dua hal ini adalah tidak mungkin karena alasan
lain selain fakta bahwa “hari
Jumat” maupun “hari
Rabu” belum diperkenalkan ke dalam kalender Julian. Selama hidup
Yahushua di bumi, kalender Julian masih menggunakan mingguan dengan panjang delapan hari. Oleh karena
itu, setiap klaim bahwa Sang Juruselamat
mengorbankan nyawa-Nya pada hari Jumat atau hari Rabu didasarkan pada tanggal proleptic, tidak lebih.

Memang benar, bahwa Yahushua disalibkan pada hari keenam dalam sebuah minggu. Kitab Imamat pasal 23 memberikan tanggal
untuk Paskah: “Dalam bulan yang pertama, pada tanggal empat belas bulan
itu, pada waktu senja, ada Paskah bagi Yahuwah.” (Imamat 23: 5, KJV). Pada kalender Luni-solar, hari ke 14 setiap
bulan selalu jatuh pada hari keenam dalam sebuah minggu. Jadi, tanpa diragukan lagi, Yahushua wafat pada hari sebelum Sabat
hari ketujuh.

Karena alasan inilah, para pemimpin Yahudi meminta Pilatus untuk mematahkan kaki ketiga orang yang disalibkan itu, sehingga mereka yang saat itu masih bernafas dapat mati
dengan cepat dan dapat dikuburkan: “Karena hari itu hari persiapan dan
supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib
 â€”  sebab Sabat itu adalah hari yang besar  â€”  maka
datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki
orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan.” (Yohanes 19:31, KJV).

Hari setelah Paskah bukan hanya Sabat hari ketujuh, hari itu juga merupakan hari pertama dari Hari Raya Roti Tidak
Beragi. “Dan pada hari yang kelima belas bulan itu ada hari raya Roti
Tidak Beragi bagi Yahuwah; tujuh hari lamanya kamu harus makan roti yang tidak
beragi.” (Imamat 23: 6, KJV). Dengan kata lain, hari itu adalah “Sabat” yang besar.

Banyak dari para ilmuwan
saling beragumen
tentang tahun berapa penyaliban
terjadi karena, berulang-ulang, mereka mencari satu tahun di mana hari ke
14 bulan lunar (Paskah pada tanggal
14 bulan Abib) bertepatan dengan hari Jumat jika menggunakan penghitungan kalender secara
proleptik. Dengan menggunakan perhitungan dari Departemen Aplikasi
Astronomi Observatorium Angkatan Laut Amerika Serikat, adalah mungkin untuk
membuktikan bahwa hari ke 14 bulan lunar tidak dapat bertepatan dengan sebuah
hari Jumat pada tahun
yang paling mungkin menjadi tahun penyaliban Sang Juruselamat: yaitu tahun 31 M.31 Ini adalah
Fakta astronomi, terpelihara di langit, mudah dihitung karena sangat mudah
ditebak.

Yahuwah tidak akan membiarkan
generasi akhir tetap berada
dalam ketidaktahuan akan hal-hal penting semacam itu. Dia menetapkan
prinsip-prinsip astronomi yang memungkinkan kita untuk mengetahui dengan sangat
akurat pergerakan bulan 2.000 tahun yang lalu! Dan dengan gerakan yang sama ini, ketika diaplikasikan
pada sebuah kalender
luni-solar dan
dibandingkan dengan mingguan
moderen yang
membuktikan tanpa keraguan bahwa
Yahushua, saat disalibkan pada hari keenam mingguan lunar, tidak disalibkan pada hari
Jumat.

Ini penting karena hal ini meneguhkan dua fakta tambahan:

  1. Sabat kuno yang masih dikuduskan pada saat penyaliban Sang Juruselamat bukan hari Sabtu;
  2. Hari kebangkitan Yahushua – alasan yang
    diberikan untuk beribadah pada hari Minggu – bukanlah hari Minggu.

Kedua fakta ini saja sudah dengan
jelas mengungkap kesalahan perhitungan hari ibadah seseorang jika menggunakan kalender
matahari moderen. Hari Sabtu bukanlah hari Sabat yang benar, bukan hari Sabat kuno dari Alkitab, dan
hari Minggu bukanlah hari kebangkitan
Yahushua dan oleh karena itu, bukan hari dimana seseorang harus beribadah secara khusus untuk
menghormati kebangkitan.

Garis Tanggal Internasional

Garis Tanggal Internasional adalah salah satu bukti yang paling jelas dan paling lucu,
bahwa kalender moderen
tidak dapat digunakan untuk menetapkan hari Sabat Suci. Ini adalah penemuan buatan manusia. Ini murni
sewenang-wenang dan telah berubah
beberapa kali tanpa alasan lain selain kenyamanan.

Badan Administrasi
Kelautan dan Atmosfer Nasional dari Departemen Perdagangan Amerika Serikat
mengakui sifat Garis Tanggal
Internasional yang murni sewenang-wenang, dengan menyatakan:

Garis Tanggal Internasional,
ditetapka pada tahun
1884, melalui pertengahan
Samudra Pasifik dan secara kasar mengikuti 180 derajat garis bujur utara-selatan di Bumi. Terletak di
tengah dunia dari meridian utama – bujur nol derajat yang ditetapkan di Greenwich, Inggris, pada
tahun 1852.

Garis Penanggalan Internasional berfungsi sebagai “garis demarkasi”
yang memisahkan dua tanggal kalender yang berturutan. Saat anda melewati garis
tanggal, anda menjadi penjelajah waktu! Dengan menyeberang ke barat anda telah
berada satu hari di depan; dengan menyeberang ke timur anda telah “kembali
ke masa lalu.”

Terlepas dari namanya, Garis Tanggal Internasional
tidak memiliki status internasional yang sah dan negara bebas untuk memilih
tanggal yang mereka amati
. Sementara garis tanggal umumnya membentang dari
utara ke selatan dari kutub hingga kutub, garis itu berbentuk zigzag di sekitar
perbatasan politik seperti di Rusia
timur dan di Kepulauan
Aleutia di Alaska.32

Bagian paling timur Rusia sebenarnya lebih jauh ke timur daripada bagian paling
barat Alaska! Pada peta di
bawah ini kita dapat sekilas melihat betapa sewenang-wenangnya garis itu.

Sebuah peta dunia yang menunjukkan jalur Garis Tanggal Internasional, bergaris zig-zag melintasi Samudera Pasifik.

Sebuah peta dunia yang menunjukkan jalur Garis Tanggal Internasional, bergaris zig-zag melintasi Samudera Pasifik.

Yang paling baru, Garis Tanggal Internasional ini
diubah pada tahun 2012. Hal ini menciptakan sebuah masalah pada orang-orang Kristen pemelihara hari Sabat-Sabtu di Samoa. Apakah mereka akan beribadah pada Sabat
hari ketujuh yang baru? Atau, apakah mereka tetap akan berpegangan pada yang lama, yang berarti bahwa, dengan tanggal baru, mereka
sekarang akan beribadah
pada hari Minggu?

Perubahan Garis Tanggal Internasional 2011-2012

Garis Tanggal Internasional bersifat imajiner dan benar-benar sewenang-wenang. Sangat
menggelikan untuk menganggap bahwa Yahuwah mengizinkan sesuatu yang sama
pentingnya dengan Sabat-Nya bergantung pada sesuatu yang sangat mudah berubah seperti
kalender moderen yang,
dengan permintaan sederhana,
dapat diubah.

Garis Tanggal Internasional buatan manusia diperlukan hanya jika anda mau menghitung hari Sabat dengan menggunakan kalender Masehi milik kepausan. Namun, jika anda menggunakan bulan di langit untuk menetapkan
awal bulan kalender,
dan selanjutnya hari Sabat, maka
perangkat buatan semacam itu tidak diperlukan. Bulan di langit diciptakan untuk menetapkan musim (mo’edim). Hal ini akurat bagi semua orang, di mana pun mereka
tinggal.


Hanya Satu Sabat yang Benar

Agama-semu ibarat sains-semu. Ini palsu, sebuah
penipuan menyamar sebagai kebenaran. Dalam sains-semu dan agama-semu,
sebuah hipotesis didasarkan pada sebuah asumsi dan kemudian usaha dikeluarkan
untuk membuktikan hipotesis, bukan
untuk sampai pada kebenaran. Namun,
jika anggapan itu salah, tidak ada “bukti” yang akan mengubah
kesalahan menjadi kebenaran.

Demikian juga, sebuah tradisi
panjang yang menyebut hari
Sabtu sebagai hari
“Sabat” tidak membuatnya menjadi seperti demikian. Fakta bahwa orang-orang Yahudi moderen sekarang beribadah pada
hari Sabtu tidak membuktikan
apapun selain dari apa
yang telah diakui oleh ilmuwan mereka sendiri: mereka tidak lagi beribadah dengan menggunakan kalender Alkitab.

Fakta arkeologi, Alkitab, dan astronomi menunjukkan kebenaran: Sabat asli
Alkitab ditentukan dengan
kalender Luni-solar, berdasarkan pada
pergerakan bulan di langit.
Ini berarti bahwa hari Sabtu bukan “hari Sabat Yahuwah Eloahmu.” (Keluaran 20:10,
KJV). Ini juga berarti
bahwa hari Minggu bukanlah hari kebangkitan Yahushua. Keduanya adalah hari
pemujaan palsu, yang ditetapkan
oleh Setan untuk merebut penyembahan
yang hanya layak di berikan kepada Yahuwah sendiri.

Dr. Martin Luther King, Jr.
Namun, fakta ini tetap tidak akan pernah meyakinkan siapa saja yang tidak mau
mengakui kebenaran karena
kebenaran ini adalah kebenaran yang tidak enak. Abraham Lincoln pernah berkata: “Ketika
seseorang yang benar-benar keliru mendengar kebenaran, dia akan berhenti melakukan kesalahan atau
berhenti bersikap jujur.” WLC menghimbau anda untuk mengesampingkan setiap asumsi
dan prasangka yang selama ini
sudah dihargai. Dahulukanlah
kebenaran di tempat
yang pertama dan ikuti Anak Domba itu kemanapun Dia memimpin.

Keputusan sekarang ada di tangan Anda. Dengan
adanya fakta yang terbuka di hadapan Anda, apa
yang akan Anda putuskan? Sebagai penutup, kata-kata Dr. Martin Luther King, Jr berikut ini adalah sangat
sesuai: “Yang pengecut
bertanya: apakah aman? Yang
bijak bertanya: apakah itu politis? Yang sombong bertanya: apakah itu populer? Yang berhati nurani bertanya: apakah itu benar? Dan ada saatnya
seseorang harus mengambil posisi yang tidak aman, tidak politis, atau tidak populer; tapi kita harus mengambilnya
karena itu benar.”



2 “Beberapa ilmuwan mengatakan namanya Frigg; Yang lain mengatakan namanya adalah Freya; Sarjana lain mengatakan Frigg dan Freya adalah dua dewi yang berbeda. Apapun namanya, dia sering dikaitkan dengan Venus, sang dewi cinta, kecantikan dan kesuburan Romawi. ‘Hari Jumat’ berasal dari Bahasa Inggris Kuno ’FrÄ«gedæg.’” (https://www.livescience.com/45432-days-of-the-week.html)

3 Eviatar Zerubavel, The Seven Day Circle, p.
23, penekanan diberikan.

4 S.d.a., halpp. 23-24, penekanan diberikan.

5 Robert L. Odom, Sunday in Roman Paganism,“The Pagan Planetary Week,” http://4angelspublications.com/Books/SiRP/CHAPTER%201.pdf, penekanan diberikan.

6 eLaine Vornholt & Laura Lee Vornholt-Jones, Calendar Fraud, “Time’s Greatest Conspiracy Theory: The Continuous
Weekly Cycle.”

7 “The Julian Calendar,” Encyclopædia Britannica, penekanan diberikan.

8 Calendar Fraud, op cit., hal.  31.

9 Inscriptiones
Latinæ Christianæ Veteres,
Vol.
2, hal. 118, #3033.

10 Calendar Fraud, op cit.

11 Maimonides, Kiddusch Ha-hodesch, Tr. Mahler, Wein, 1889.

12 “Holidays,” Universal Jewish Encyclopedia, hal. 410.

13 The
Universal Jewish Encyclopedia,
Isaak
Landman (ed.), Vol. X, “Week,” (1943 ed.), hal. 482.

14 The
Universal Jewish Encyclopedia,
“Calendar,” hal. 631.

15 “Calendar,” The Jewish Encyclopedia, penekanan diberikan.

16 “The Jewish Calendar and Holidays (incl.
Sabbath)”: The Jewish Calendar; Changing the Calendar, www.torah.org, penekanan diberikan. 

17 Heinrich Graetz, History of the
Jews
, Vol. II, hal. 563-564, penekanan diberikan.

18 David Sidersky, Astronomical Origin of Jewish Chronology, Paris, 1913, hal. 651, penekanan diberikan

19 Grace Amadon, “Report of Committee on Historical Basis, Involvement,
and Validity of the October 22, 1844, Position”, Bagian V, Sec. B, hal. 17-18, penekanan diberikan; Box 7, Folder 1, Grace Amadon Collection, Center for
Adventist Research, Andrews University, Berrien Springs, Michigan.

20 S.d.a.

21 January, 1883

22 February, 1914

23 Untuk mendengar pembicaraanya. klik disini.

24 Mo’ed (#4150), The Key Word Study Bible, King James Version, “Lexical Aids to the
Old Testament.”

25  Nelson’s
Illustrated Bible Dictionary
, Thomas Nelson Publishers, 1986, penekanan diberikan.

26 Adalah bukan skop dari artikel ini untuk menjelaskan secara rinci bagaimana sebuah kalender Alkitab bekerja. Untuk informasi lebih lanjut, klik disini dan disini.

27 For a detailed and in-depth study of this subject, see Weekly Sabbath Days Are Determined By The
Moon
by Arnold Bowen and Matthew Janzen.

28 eLaine Vornholt & Laura Lee Vornholt-Jones, The Great Calendar Controversy, p. 87, emphasis in original.

29 Odom, op cit., p. 157.

30 Calendar Fraud, op cit. p. 44.

31 For a detailed explanation on why 31 C.E. is the only year possible for the crucifixion date, read: “When Was Christ Really Crucified?”

This site is registered on wpml.org as a development site. Switch to a production site key to remove this banner.