Kebenaran
Alkitabiah yang mengejutkan
Kebenaran-kebenaran
Alkitab sangat luas, mendalam dan selaras. Terkadang, ayat-ayat tertentu dapat
tampak bertentangan dengan ayat-ayat lainnya karena adanya pemahaman yang salah
atau kurangnya pengetahuan. Salah satu yang menyebabkan kebingungan yang meluas
yakni menyangkut upah
orang fasik. Alkitab mengajarkan, “Orang mati
tidak tahu apa-apa.” (Lihat Pengkhotbah
9:5, 6). Namun, Alkitab juga
mengajarkan tentang api kekal yang menghanguskan yang tidak pernah padam.
Kebenaran kedua hal yang selaras ini, yang tampaknya merupakan hal yang
bertentangan adalah indah dan meneguhkan iman.
Kitab Yesaya
memiliki kunci untuk memecahkan teka-teki ini. Kitab Yesaya menanyakan sebuah
pertanyaan: “Orang-orang yang berdosa terkejut di Sion; orang-orang murtad
diliputi kegentaran. Mereka berkata: “Siapakah di antara kita yang dapat
tinggal dalam api yang menghabiskan ini? Siapakah di antara kita yang dapat
tinggal di perapian yang abadi ini?” (Yesaya
33:14, KJV) Hal ini, dalam arti tertentu, merupakan sebuah pertanyaan yang
menjebak untuk orang yang dapat hidup di dalam api? Tetapi, ayat berikutnya
mengandung jawaban:
Orang yang hidup
dalam kebenaran, yang berbicara dengan jujur, yang menolak untung hasil
pemerasan, yang mengebaskan tangannya, supaya jangan menerima suap, yang
menutup telinganya, supaya jangan mendengarkan rencana penumpahan darah, yang
menutup matanya, supaya jangan melihat kejahatan,
Dialah
seperti orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi, bentengnya ialah kubu
di atas bukit batu, rotinya disediakan, air minumnya terjamin.
Engkau akan
memandang Raja dalam semarak-Nya, akan melihat negeri yang terbentang jauh. (Yesaya
33:15-17, NKJV)
Itulah orang
benar yang akan hidup dan bersukacita dalam perapian kekal. Hanya orang-orang kudus yang dapat hidup
dengan Eloah yang kudus, “Sebab Eloah kita adalah api yang menghanguskan.” (Ibrani
12:29)
Yahuwah adalah
sumber dari segala kehidupan. “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak,
kita ada.” (Kisah Para Rasul 17:28) Energi yang murni mengalir dari-Nya di
dalam semburan yang tak terputus. Ada beberapa kali di Alkitab yang menjelaskan
kehadiran Yahuwah Sendiri. Setiap kali, kemunculan sumber terang, kehidupan dan
energi yang kudus ini, digambarkan sebagai “api.”
Sebelum
kejatuhannya, Lucifer adalah kerub
yang berjaga. Sinar terang yang tanpa henti dan energi yang mengalir dari Sang
Pencipta memandikan dia dalam cahaya tanpa matahari yang abadi. Sebagai kerub
yang berjaga, Lucifer diam di dalam api kekal dari hadirat langsung Yang
Mahakuasa. Ia hidup tanpa cedera dalam api itu.
Kuberikan
tempatmu dekat kerub yang berjaga, di gunung kudus Elohim engkau berada dan berjalan-jalan di tengah batu-batu yang
bercahaya-cahaya.
Engkau tak
bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat
kecurangan padamu. (Yehezkiel 28:14 dan 15.)
Di dalam
penglihatannya, nabi Daniel diperlihatkan gambaran sekilas tentang ruang takhta
Sorgawi dimana kemuliaannya mengalir dari Yahuwah yang tampak seperti sungai
api:
Sementara aku
terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya;
pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba;
kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar.
Suatu sungai api timbul dan mengalir dari
hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia,
dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis
Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab. (Daniel 7:9 dan 10, KJV).
Demikian juga, ketika
Yahushua di dalam wujud sebelum
menjadi manusia, Ia terkadang muncul dengan api.
Adapun Musa, ia
biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali
ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia
ke gunung Elohim, yakni gunung Horeb. Lalu Malaikat Yahuwah menampakkan diri
kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan
tampaklah; semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. (Keluaran 3:1, 2)
Kemudian, ketika
Yahuwah Sendiri datang ke gunung Sinai untuk menyampaikan hukum-Nya, Ia datang
dalam api yang cemerlang yang bagi orang banyak tampak seolah-olah seluruh
gunung terbakar: “Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena Yahuwah
turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan
seluruh gunung itu gemetar sangat.” (Keluaran 19:18)
Karena
Yahuwah
Sendiri adalah api yang menghanguskan, semakin seseorang dekat kepada-Nya, semakin
ia dekat kepada perapian kekal. Setelah menghabiskan 40 hari dalam hadirat
ilahi di gunung Sinai, wajah Musa mencerminkan kemuliaan ilahi karena ia telah
melihat sampai ketingkat tersebut sehingga orang ketakutan olehnya.
Ketika Musa
turun dari gunung Sinai . . . tidaklah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya
oleh karena ia berbicara dengan Yahuwah. Ketika Harun dan segala orang Israel
melihat Musa, tampak kulit mukanya bercahaya, maka takutlah mereka mendekati
dia.
Tetapi Musa
memanggil mereka dan . . . diselubunginyalah mukanya.
Tetapi apabila
Musa masuk menghadap Yahuwah untuk berbicara dengan Dia, ditanggalkannyalah
selubung itu sampai ia keluar; dan apabila ia keluar dikatakannyalah kepada
orang Israel apa yang diperintahkan kepadanya. Apabila orang Israel melihat
muka Musa, bahwa kulit muka Musa bercahaya, maka Musa menyelubungi mukanya
kembali sampai ia masuk menghadap untuk berbicara dengan Yahuwah. (Keluaran
34:29-31, 33-35).
Hadirat Yahuwah adalah
api yang kekal di mana hanya orang benar dan kudus yang dapat bertahan. Apabila
dosa ada di dalam hadirat Yahuwah, api kekal yang menghanguskan dari Eloah yang
kudus akan menghanguskannya. Orang-orang dengan hati yang tidak kudus akan
takut dengan adanya perapian kekal. Ketika Yahuwah berbicara dari gunung Sinai,
orang-orang menjadi panik.
Seluruh bangsa
itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi
dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri
jauh-jauh. Mereka berkata kepada Musa:”Engkaulah berbicara dengan kami, maka
kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Elohim berbicara dengan kami, nanti
kami mati. (Keluaran 20:18, 19)
Satu-satunya hal
yang api Yahuwah hanguskan adalah dosa – dan orang-orang berdosa, jika mereka
memilih untuk melekat kepada dosa. Hal ini secara nyata ditunjukkan menurut
pengalaman Nadab dan Abihu. “Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing
mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas
api itu. Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan Yahuwah api yang
asing yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka. Maka keluarlah api dari
hadapan Yahuwah, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan
Yahuwah.” (Imamat 10:1, 2).
Nadab dan Abihu telah
dihormati di hadapan semua orang Israel. Mereka telah terpilih, bersama ayah
mereka dan seisi rumah ayah mereka, untuk melayani Yahuwah secara langsung
sebagai imam-imam. Tetapi kehormatan tinggi yang diberikan kepada mereka tidak
membuat mereka dipenuhi dengan penghormatan, kasih dan kekaguman. Karena dengan
terang-terangan melanggar hukum Yahuwah yang kudus, mereka terbunuh oleh api
yang keluar dari Yahuwah. Namun Alkitab berisi detail menarik yang
mengungkapkan banyak hal tentang nyala api kekal. “Kemudian Musa memanggil
Misael dan Elsafan, anak-anak Uziel, paman Harun, lalu berkatalah ia kepada
mereka, ‘Datang ke mari, angkatlah saudara-saudaramu ini dari depan tempat
kudus ke luar perkemahan.’ Mereka datang, dan mengangkat keduanya, masih berpakaian kemeja, ke luar perkemahan,
seperti yang dikatakan Musa.” (Imamat 10:4, 5).
Sangat menarik! Kedua orang ini yang telah “dilahap” oleh “api”
yang keluar dari Yahuwah masih berpakaian kemeja! Jika seseorang mengarahkan
pelempar api pada anda yang cukup lama membunuh anda, bagaimanakah anda
berpikir bahwa pakaian anda akan baik-baik saja? Pakaian anda akan terbakar lebih cepat dari
pada tubuh anda, yang sebagian besarnya terdiri dari air!
Hal kecil, yang
seringkali diabaikan ini, memberikan wawasan menarik tentang nyala api kekal
dari hadirat Yahuwah. Api Yahuwah
bukanlah sebuah api dari pembakaran. Ketika Sadrakh,
Mesakh, dan Abednego, tiga teman-teman Daniel, dijatuhi hukuman dibakar sampai
mati dalam tungku api karena menolak untuk sujud dan menyembah berhala raja Nebukadnezar
yang telah didirikan di dataran Dura, mereka dicampakkan dengan pakaian lengkap:
“Lalu diikatlah ketiga orang itu, dengan jubah, celana, topi dan
pakaian-pakaian mereka yang lain, dan dicampakkan ke dalam perapian yang
menyala-nyala.” (Daniel 3:21, KJV).
Ada sesuatu yang hangus: tali yang mengikat mereka. Orang-orang
itu sendiri tidak terluka. Bahkan pakaian mereka tidak rusak!
Lalu keluarlah
Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dari api itu. Dan para wakil raja, para penguasa,
para bupati dan para menteri raja datang berkumpul; mereka melihat, bahwa tubuh
orang-orang ini tidak mempan oleh api itu, bahwa rambut di kepala mereka tidak
hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaran pun tidak ada
pada mereka. (Daniel
3:26 dan 27, KJV)
Rahasia dari
keberanian orang-orang ini, pahlawan-pahlawan Sorga, jawabannya sederhana: mereka
berdiri dalam hadirat Anak Yahuwah!
Tetapi ketiga
orang itu, yakni Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, jatuh ke dalam perapian yang
menyala-nyala itu dengan terikat.
Kemudian
terkejutlah raja Nebukadnezar lalu bangun dengan segera; berkatalah ia kepada
para menterinya: “Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat
ke dalam api itu?”
Jawab mereka
kepada raja, “Benar, ya raja.”
Katanya:” tetapi
ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu;
mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti Anak El.” (Daniel
3:23-25)
Semua orang yang
telah menyerahkan kehendak-kehendak mereka dan hidup selaras dengan hukum ilahi
dapat hidup, tidak terluka, di dalam api dari hadirat Yang Mahakuasa yang
menghanguskan. Karena taat kepada Hukum Yahuwah,
tiga pasukan istimewa itu dapat hidup di dalam hadirat perapian kekal yang
kudus dan nyala api tidak berkuasa
atas mereka.
Perapian kekal
dari hadirat Yahuwah
menghanguskan semua dosa dan keegoisan. Dosa terdiri dari 1) Dusta dan seringkali
2) kekuatan (di pihak Setan). Setan adalah
bapa segala dusta, tetapi kenyataannya, kebenaran kekal yang keluar dari Dia
yang diam dalam api yang menghanguskan, akan menghancurkan dusta. Kekuatannya
ditaklukan oleh kasih ilahi. Roh
Kudus adalah Kebenaran dan Kasih. Pada Hari
Pentakosta, Roh Kudus memenuhi orang-orang percaya yang berkumpul. “Dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah
seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka
penuhlah mereka dengan Roh Kudus.”
(Kisah
Para Rasul 2:3, 4, KJV).
Orang-orang percaya mula-mula ini tidak hangus oleh api ilahi. Setelah itu, mereka
bersatu dalam kasih dan menyebarkan injil Kerajaan Sorga ke seluruh dunia.
Doktrin tentang neraka
abadi yang menghanguskan didasarkan pada alasan
palsu: bahwa Adam dan Hawa diberikan kehidupan kekal saat Penciptaan. Dengan
demikian, maka penalaran yang berlaku, ketika mereka berdosa dan telah dijatuhi
hukuman, Yahuwah tidak memiliki pilihan selain mengirim mereka ke kehidupan
kekal di dalam api neraka. Kepercayaan tersebut tidak didasarkan pada Alkitab.
Menurut maksud Yahuwah, 1 Timotius 6:16 menyatakan dengan tegas: “Dialah
satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak
terhampiri. Seorang pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat
melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal.”
“Yahuwah adalah
kasih.” (1 Yohanes 4:8). Ia juga menyukai keadilan.
Beginilah firman
Yahuwah, “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah
orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena
kekayaannya;
Tetapi siapa
yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan
mengenal Aku, bahwa Akulah Yahuwah yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan
kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman Yahuwah. (Yeremia
9:23 dan 24).
Sebagai Eloah yang
penuh kasih dan keadilan, Yahuwah tidak ingin memberikan kehidupan kekal kepada
setiap orang saat mereka masih di bawah masa pencobaan, dalam menentukan
pilihan mereka untuk melayani Dia atau bergabung dengan Setan dalam
pemberontakan. Yahuwah bahkan tidak
ingin orang berdosa yang paling buruk sekali pun menderita selamanya di dalam
penderitaan. Hal ini bukanlah
kasih atau keadilan!
![]() |
Kehidupan kekal adalah sebuah karunia. Itu diberikan hanya kepada orang-orang yang menang melalui iman di dalam jasa-jasa Yahushua. Hukuman orang-orang yang memilih untuk melekat kepada dosa bukanlah kehidupan kekal di dalam penyiksaan. Melainkan kematian. |
Kehidupan kekal
adalah sebuah karunia.
Itu diberikan hanya kepada orang-orang yang menang melalui iman di dalam
jasa-jasa Yahushua. “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Yahuwah ialah hidup yang kekal dalam Yahushua Yang
Diurapi, Tuan kita.” (Roma 6:23).
Hukuman orang-orang yang
memilih untuk melekat kepada dosa bukanlah kehidupan kekal di dalam penyiksaan.
Melainkan kematian. Kehidupan kekal diberikan hanya kepada mereka yang memilih
untuk tunduk kepada Hukum Kasih ilahi yang penuh kebajikan.
Alkitab
mengungkapkan bagaimana hal ini dilakukan:
Karena itu
tunduklah kepada Yahuwah, dan lawanlah iblis, maka ia akan lari dari padamu. Mendekatlah
kepada Yahuwah, dan ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu
orang-orang berdosa! Dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!
Rendahkanlah dirimu di hadapan Yahuwah, dan Ia akan meninggikan kamu. (Yakobus
4:7, 8 dan 10).
Semua orang yang
mengizinkan api kekal menghanguskan dosa-dosa dan kotoran mereka akan diberikan
sebuah kehidupan yang diukur dengan kehidupan Yahuwah. Api hadirat Yahuwah akan
membakar sepanjang kekekalan. Itu adalah janji! “Dan kota itu tidak memerlukan matahari
dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Yahuwah meneranginya dan Anak
Domba adalah lampunya.” (Wahyu
21:23). Orang yang telah
ditebus akan hidup dalam hari kekekalan tanpa cahaya matahari, bersukacita
dalam hadirat Yahuwah. Mereka dapat hidup ditengah-tengah perapian kekal karena
mereka telah menyerahkan kehendak-kehendak mereka, membiarkan dosa mereka
menjadi hangus di dalam api pemurnian.
Sebuah
kelompok belajar Alkitab wanita membaca seluruh kitab
Maleakhi. Ketika kelompok itu mempelajari pasal yang ketiga, para wanita
tertarik dengan sebuah janji yang membahas masalah ini:
Siapa yang dapat
tahan akan hari
kedatangan-Nya? Dan siapakah yang
dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan
seperti sabun tukan penatu. Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan
mentahirkan perak . . . menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak,
supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada
Yahuwah. (Maleakhi 3:2, 3).
Karena tidak
memahami proses pemurnian perak, para wanita itu ingin lebih belajar lagi
sehingga mereka dapat sepenuhnya memahami proses yang digambarkan di dalam
Alkitab. Salah satu wanita, yang
mengenal seorang tukang perak, menawarkan diri untuk pergi dan mengamati dan
melaporkan kembali kepada kelompok apa yang ia telah pelajari. Setelah membuat
perjanjian dengan tukang perak itu untuk melihat pekerjaannya, tibalah waktu
yang telah disepakati.
Dengan memegang
sepotong perak di atas api yang menyala, tukang perak menjelaskan bahwa, saat
pemurnian perak, perlu untuk memegangnya di tengah-tengah api di nyala api yang
terpanas untuk membakar habis semua kotoran. Wanita itu bertanya kepada tukang
perak jika benar bahwa ia harus tetap dalam posisi tersebut, dengan api, di
sepanjang waktu perak itu sedang dimurnikan di dalam api.
Pria itu
menjawab, “Ya. Saya tidak hanya harus tetap memegang perak tersebut, tetapi
saya juga tetap memperhatikannya di sepanjang waktu itu. Apabila perak itu
ditinggalkan dalam waktu yang begitu lama, perak itu akan hancur.”
Wanita itu
menyaksikan dalam keheningan yang sedikit lebih lama, lalu ia bertanya: “Bagaimana
anda tahu ketika perak itu telah sepenuhnya murni?”
“Itu sederhana,”
ia tersenyum, saat ia dengan hati-hati membalik potongan itu. “Saya tahu perak
itu telah sepenuhnya murni ketika saya melihat rupa saya di dalamnya.”
Yahuwah sedang
menunggu dengan kerinduan yang sungguh-sungguh untuk hari saat gambar-Nya akan
dengan sempurna tercermin di dalam anak-anak-Nya dan mereka dapat dibawa pulang
untuk hidup bersama-Nya. Undangan belas kasih-Nya masih diberikan kepada semua
orang yang akan memperhatikannya:
Carilah Yahuwah selama
Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat. Bailah orang fasik
meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia
kembali kepada Yahuwah, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Tuan kita sebab
Ia memberi pengampunan dengan limpahnya. (Yesaya 55:6 dan 7).
Semua orang yang
tunduk kepada api Sang Pemurni akan bersukacita selamanya di dalam api hadirat
Yahuwah. “Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu
tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal . . . Dan
orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah
menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk
selama-lamanya.” (Daniel 12:2 dan 3).
Perhatikan
dengan cermat hal utama yang ditekankan yaitu meskipun orang benar yang abadi
akan diam dan bertumbuh selamanya di dalam perapian hadirat Yahuwah yang kekal,
api yang sama ini akan menjadi api “neraka” yang menghanguskan, sebab
orang-orang berdosa yang fana hanya ada dalam waktu yang sangat singkat.
Silahkan
pertimbangkan juga ayat-ayat berikut, yang dengan jelas menunjukkan bahwa
hadirat Yahuwah adalah api yang kekal dan menghanguskan:
“Sekarang,
Aku akan bangkit, firman Yahuwah, sekarang, Aku akan bangkit berdiri, sekarang,
Aku akan berdiri tegak! Kamu [orang
fasik] mengandung rumput kering, dan melahirkan jerami; amarahmu seperti api
yang memakan kamu sendiri. Bangsa-bangsa akan dibakar menjadi kapur dan akan
dibakar di dalam api seperti semak duri yang ditebang. Hai orang-orang
yang jauh, dengarlah apa yang telah Kulakukan, hai orang-orang yang dekat,
ketahuilah keperkasaan-Ku! Orang-orang yang berdosa terkejut di Sion,
orang-orang murtad diliputi kegentaran. Mereka berkata: “Siapakah di antara kita yang dapat tinggal dalam api yang
menghabiskan ini? Siapakah di antara kita yang dapat tinggal di perapian yang
abadi ini?” Orang yang hidup dalam kebenaran, yang berbicara dengan jujur, yang
menolak untung hasil pemerasan, yang mengebaskan tangannya, supaya jangan
menerima suap, yang menutup telinganya, supaya jangan mendengarkan rencana
penumpahan darah, yang menutup matanya, supaya jangan melihat kejahatan,
dialah seperti orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi, bentengnya
ialah kubu di atas bukit batu; rotinya disediakan, air minumnya terjamin.”
(Yesaya 33 :10-16).
Musa meminta
untuk melihat Yahuwah:
“Dan dia [Musa] berkata:
“Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku.” (Keluaran 33:18).
Yahuwah menjawab
dengan terus terang, dan memberitahukan kepada Musa bahwa tak ada manusia yang
memandang Dia dapat hidup.
“Dan Dia [Yahuwah] berfirman:
“Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang
Aku dapat hidup.” (Keluaran 33:20).
“Bahwasanya
Aku, Yahuwah, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan dihanguskan.” (Maleakhi 3:6).
Yahushua mulanya
memiliki api hadirat yang mulia sama dengan Bapa-Nya, namun Ia memilih
menanggalkannya untuk menjadi seorang manusia yang lemah dan biasa sehingga Ia
dapat hidup di tengah-tengah orang-orang berdosa tanpa membuat mereka binasa. Namun,
itu akan menjadi hal yang sangat berbeda saat Kedatangan
Kedua-Nya:
“Apabila
mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman – maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh
kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin –
mereka pasti tidak akan luput.” (1 Tesalonika 5:3)
“Pada waktu
itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Yahushua akan menghanguskannya dengan nafas
mulut-Nya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali.” (2 Tesalonika
2:8)
“Cahaya”
kedatangan-Nya yang menghancurkan semua orang fasik dan kejahatannya – orang
berdosa [1 Tesalonika.5:3, 2 Tesalonika.2:8] adalah hadirat Yahushua yang
menyala dalam keadaan mulia-Nya semula
yang dikembalikan ketika Ia bertemu kembali dengan Bapa-Nya, Yahuwah di Sorga, sesuai
dengan doa-Nya: “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu
sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.” (Yohanes 17:5). Itulah “kemuliaan”
yang dikembalikan kepada Yahushua, cahaya yang membutakan Saulus: “Tiba-tiba,
ya raja Agripa, pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan itu cahaya
yang lebih terang dari pada cahaya matahari, turun dari langit meliputi aku dan
teman-teman seperjalananku.” (Kisah Para Rasul 26:13).
Orang benar
mampu bertahan saat Kedatangan Kedua-Nya hanya karena mereka diberikan
kekekalan dalam sekejap: “Dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang
terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan
dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.” (1 Korintus
15:52).
Kebinasaan orang jahat saat Kedatangan
Kedua-Nya akan terjadi tetapi didahului dengan perapian hadirat Yahuwah yang
kekal yang pada akhirnya akan membersihkan seluruh bumi yang belum bertobat, orang-orang
berdosa yang tidak mau bertobat dan semua bentuk dosa.
Setan memulai pertikaian di Sorga dan
perlawanannya ditujukan pada Yahuwah yang hadirat-Nya menyala-nyala akan
melakukan pemusnahan akhir seperti yang digambarkan di dalam kitab Wahyu.
“Sebab
Eloah kita adalah api yang menghanguskan.” (Ibrani 12:29).
“Ia
menghujani orang-orang fasik dengan arang berapi dan belerang; angin yang
menghanguskan, itulah isi piala mereka.” (Mazmur11:6)
“Seperti
asap hilang tertiup, seperti lilin meleleh di depan api, demikianlah
orang-orang fasik binasa di hadapan Yahuwah.” (Mazmur 68:2)
“Maka naiklah
mereka ke seluruh dataran bumi, lalu
mengepung perkemahan tentara orang-orang kudus dan kota yang dikasihi itu.
Tetapi dari langit turunlah api menghanguskan mereka.” (Wahyu 20:9).
Baik Yahushua dan
Yahuwah membagi hadirat api yang terang ini dan keduanya datang untuk diam di
Yerusalem Baru di mana cahaya Mereka mengalahkan matahari dan bulan:
“Bagimu
matahari tidak lagi menjadi penerang pada siang hari dan cahaya bulan tidak
lagi memberi terang pada malam hari, tetapi Yahuwah akan menjadi penerang abadi
bagimu dan Eloahmu akan menjadi
keagunganmu.” (Yesaya 60:19).
“Dan kota
itu tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Yahuwah
meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya.” (Wahyu 21:23).