World's Last Chance

Nubuatan Alkitab, Pembelajaran Alkitab, Video, Artikel, & Masih Banyak Lagi!

While WLC continues to uphold the observance of the Seventh-Day Sabbath, which is at the heart of Yahuwah's moral law, the 10 Commandments, we no longer believe that the annual feast days are binding upon believers today. Still, though, we humbly encourage all to set time aside to commemorate the yearly feasts with solemnity and joy, and to learn from Yahuwah's instructions concerning their observance under the Old Covenant. Doing so will surely be a blessing to you and your home, as you study the wonderful types and shadows that point to the exaltation of Messiah Yahushua as the King of Kings, the Lord of Lords, the conquering lion of the tribe of Judah, and the Lamb of Yahuwah that takes away the sins of the world.
WLC Free Store: Closed!
Nubuatan Alkitab, Pembelajaran Alkitab, Video, Artikel, & Masih Banyak Lagi!

Hari Bulan Baru: Fajar Setelah Konjungsi

Saudara-saudari yang terkasih,

World’s Last Chance sangat gembira untuk berbagi apa
yang sungguh-sungguh kami yakini akan menjadi terang yang benderang pada
kalender Sang Pencipta kita. Dalam rahmat dan panjang sabar-Nya yang besar,
Yahuwah telah bersabar begitu lama dengan kami karena kami telah menganut apa
yang sekarang kami sadari sebagai sebuah kesalahan. Terpujilah Nama-Nya! Sejak
kami pertama kali menerima terang yang mulia kalender luni-solar Yahuwah dan tugas
ilahi dalam menentukan semua Hari-hari Raya, termasuk Sabat hari ketujuh, dalam
ketidaktahuan kami, kami telah menyatakan bahwa Hari Bulan Baru ditentukan oleh
bulan sabit pertama yang terlihat. Sekarang kami, setelah melalui banyak doa
dan pembelajaran, bertobat dari kesalahan ini dan dengan rendah hati hendak berbagi
apa yang kami yakini bahwa Hari Bulan Baru yang  akan diamati, berawal pada saat fajar, pada
hari setelah konjungsi bulan dengan matahari terjadi (yang bertolak belakang
dengan hari setelah bulan sabit pertama yang dapat dilihat).

Kami juga mengakui bahwa kami lambat dalam melihat
kesalahan dari penentuan tanggal 1 Abib (Tahun Baru Alkitab) yang berdasarkan kematangan
gandum. Beberapa mantan anggota WLC kami telah melihat kesalahan ini sejak awal
dan telah menunjukkan itu kepada kami dalam kata-kata tanpa keraguan. Walaupun
dulu kami tidak bisa melihat kesalahan itu tapi, sekarang kami berharap kami
telah menjadi lebih tanggap, dan Terpujilah Nama-Nya kami telah melihat
kesalahan itu sekarang. Bagi para anggota yang tersinggung karena kami telah
melakukan kesalahan dalam perihal gandum dan kesalahan yang terkait lainnya,
kami sungguh-sungguh dengan tulus dan rendah hati mengajukan permintaan maaf dan
meminta pengampunan dari Dia dan dari anda.

World’s Last Chance berkomitmen untuk mengikuti Anak
Domba ke mana saja Dia pergi, apapun harganya. Kami berkomitmen untuk mengejar
dan merangkul terang Kebenaran yang tidak berubah pada setiap kesempatan, dan kami
berdoa agar anda juga akan berkomitmen pada diri sendiri untuk berpegang pada
bukti yang paling kuat. Semoga Bapa kita yang pengasih menuntun kita ke dalam
seluruh kebenaran hanya bagi kemuliaan-Nya! Di bawah ini, anda akan menemukan
apa yang kami yakini sebagai bukti yang cukup untuk membuang cara penentuan
dengan bulan sabit pertama yang dapat terlihat dan mendukung metodologi fajar
setelah konjungsi. Semoga Yahuwah memberkati anda dan membimbing anda sebagaimana
anda mempercayakan seluruh hidup anda di dalam pemeliharaan-Nya.

Dalam pelayanan & pemeliharaan Yahushua,

Team WLC

Hari Bulan
Baru Dimulai pada saat Fajar Setelah Konjungsi.

Sayangnya, kita tidak menemukan dalam Alkitab
penjelasan tentang bagaimana cara melakukan perhitungkan Hari Bulan Baru. Dengan
menyadari kenyataan ini, kita harus banyak berdoa dan berhati-hati dalam
memilah-milah setiap bagian dari bukti yang tersedia sebelum menarik sebuah kesimpulan.
Bahkan dengan tidak adanya bukti yang dianggap luar biasa, kita harus setia
dengan apa yang kita miliki di depan kita; kita harus bersedia untuk selalu
mengikuti bukti-bukti yang paling kuat ke mana pun bukti-bukti itu menuntun.

Penjelasan dibalik Metode ini

Bulan mulai menyinari segera
setelah konjungsi terjadi. Walaupun, kita tidak dapat melihatnya, sampai
matahari terbenam karena bulan tersamarkan oleh sinar matahari yang lebih
terang. Namun, fakta bahwa kita tidak dapat melihat bulan segera setelah
konjungsi terjadi, tidak menghilangkan fakta bahwa sebuah revolusi baru telah
dimulai dengan adanya penyinaran yang baru itu. Sering terjadi, bulan sabit
pertama yang dapat terlihat akan terlihat pada sore hari di Hari Bulan Baru,
memperlihatkan sinarnya yang baru pada pengamatnya.

Fase bulan; Hari demi Konjungsi = Bulan Hari Baru

Bulan mulai menyinari kembali segera setelah melewati konjungsi dengan matahari.

Alasan untuk menjadikan hari setelah konjungsi sebagai Hari Bulan Baru, yang bertentangan dengan
hari aktual dimana konjungsi terjadi, adalah karena suatu hari tidak bisa
secara bersamaan menjadi bagian dari bulan yang lama dan menjadi bagian dari
bulan baru juga. Oleh karena itu, fajar pertama setelah konjungsi terjadi adalah awal bulan baru. Ada dua pendapat
utama, yang telah memaksa kita untuk membuat pergeseran dari Bulan Sabit
Pertama yang Terlihat ke Fajar Pertama Setelah Konjungsi:

(I) Pendapat Alkitab


Perlunya
Memelihara Hari Suci Yahuwah pada waktunya yang tetap (Im 23: 4).

Inilah hari-hari raya yang ditetapkan Yahuwah,
hari-hari pertemuan kudus, yang harus kamu maklumkan masing-masing pada waktunya
yang tetap [pada waktunya yang telah ditentukan]. (Lihat Imamat 23: 4).

Perintah ilahi untuk memelihara hari suci Yahuwah pada
waktunya yang telah ditentukan tidak bisa benar-benar dipenuhi dan dipatuhi
kecuali melalui metode Fajar Pertama Setelah Konjungsi. Kami sangat percaya
bahwa ada satu hari Sabat yang harus dikuduskan oleh seluruh dunia, dan bahwa
seluruh dunia akan memelihara hari raya Yahuwah pada satu hari tertentu, dan bukan
pada beberapa hari yang berbeda. Metode Fajar Pertama Setelah Konjungsi secara unik
dan ajaib menyatukan seluruh planet pada
satu revolusi matahari
. Berikut adalah cara kerjanya:

Ketika perhitungan dari fajar setelah konjungsi
sebagai awal dari Hari Bulan Baru, maka seluruh dunia akan bersatu dalam
mengamati hari yang sama. Walaupun itu mungkin tampak seperti ada dua hari yang
berbeda sedang diamati ketika menghubungkan tanggal pada kalender Gregorian,
pada kenyataannya semua orang di dunia ini akan mengamati Bulan Baru, hari-hari
Sabat, dan Hari-hari Raya dalam revolusi matahari yang sama, mereka masing-masing
memulai hari dalam waktu satu periode 24 jam yang sama. Dengan kata lain, semua
negara di dunia akan mengalami kedatangan hari Sabat-Nya dan Hari-hari Raya
dalam satu revolusi matahari dalam waktu satu periode 24 jam. Dengan demikian,
seluruh dunia benar-benar bersatu dalam memulai hari Kudus-Nya dalam satu
periode 24 jam. Dengan menggunakan metode ini, batas Penanggalan Global yang
ditentukan secara ilahi dibentuk setiap bulan oleh Sang Pencipta.

Namun, metode bulan sabit pertama yang dapat terlihat untuk menentukan
Hari Bulan Baru, tidak dapat secara konsisten menyatukan dunia dalam mengawali
hari-hari raya dalam 24 jam revolusi yang sama. Kitab suci memerintahkan kita
untuk merayakan Sabat, bukan sebuah
Sabat. Apakah masuk akal bahwa akan ada banyak Sabat dalam minggu yang sama?
Apakah masuk akal jika orang-orang yang ada ditempat yang berbeda merayakan
Sabat dengan jarak waktu lebih dari 48 jam? Hanya dengan menentukan hari
setelah konjungsi sebagai Hari Bulan Baru yang akan secara konsisten dapat
membuat semua orang di bumi merayakan satu
hari Sabat.

Bulan Hari Baru - Ilustrasi 1

Bulan Hari Baru - Ilustrasi 2

Metode ini memungkinkan seluruh dunia memulai Bulan Baru, hari-hari Sabat, dan Hari-hari Raya mereka dalam waktu 24 jam Revolusi Matahari yang sama.


Batas
Penanggalan Internasional…

Batas Penanggalan InternasionalBatas Penanggalan Internasional (BPI) hanyalah sebuah garis
imajiner yang dibuat oleh Konferensi Meridian Internasional di Washington, DC
pada bulan Oktober tahun 1884. Konferensi ini terdiri dari astronom dan
perwakilan dari 25 negara.1 Peserta menciptakan BPI pertama dengan
sedikit atau tanpa memperhatikan negara-negara pulau yang terbagi. Saat ini, BPI
disekitar jalur zig-zags yang melalui Samudera Pasifik sekitar garis bujur 180°,
pada dasarnya membagi dunia menjadi dua tanggal kalender Gregorian. Tidak ada
fenomena alam yang terjadi di sana; dengan kata lain, itu benar-benar dibuat
seenaknya. Lokasi BPI dipilih karena terletak persis berlawanan dengan Meridian
utama (sungguh memperlihatkan tindakan yang seenaknya, konstruksi buatan
manusia) dan titik koordinat waktu universal – Coordinated Universal Time (UTC)
atau Greenwich Mean Time (GMT). Hal ini juga karena didominasi oleh lautan.
Waktu dan tanggal di pasang bersama sepanjang itu nampak seperti teratur dan
dapat diprediksi, benar-benar terlepas dari penanda di alam, sama seperti mesin
yang telah rusak dan dibiarkan. Seperti yang anda lihat pada gambar di sebelah
kiri, BPI dan zona waktu yang ada sangat rumit.2 Batas penanggalan
dan zona waktu ini relatif baru dirancang oleh manusia dan lokasinya sepenuhnya
dalam posisi teracak. Apakah ini cara yang dirancang oleh Sang Pencipta kita
yang penuh kasih untuk menyusun waktu-Nya? Apa yang Alkitab katakan tentang penanggalan?

Dan
Elohim berfirman: jadilah benda-benda
penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda
penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari
dan tahun-tahun…
(Kejadian 1:14)

Dengan menggunakan Kalender Sang Pencipta dan penerang
ilahi-Nya di langit, maka tidak akan ada batas penanggalan dan waktu yang
dibuat seenaknya dan tidak signifikan. Fase-fase bulan, terbit dan terbenamnya
matahari, dan bahkan posisi bintang-bintang adalah semuanya relevan.3
Ketika menggunakan Kalender Sang Pencipta, fajar pertama setelah Konjungsi bulan/matahari
akan menandai awal dari garis batas penanggalan. Sinar fajar kemudian bergerak
maju dari titik itu untuk menyajikan Hari Bulan Baru kepada dunia. Metode ini
pada akhirnya akan menyatukan seluruh dunia di dalam satu periode 24 jam
revolusi matahari yang tidak mungkin terjadi pada metode perhitungan Bulan Baru
yang lain. Metode ini membuat matahari dan bulan kembali menjadi pengatur musim-musim,
atau mô’ēd <Strong H#4150>, bulan, hari-hari Sabat, dan Hari-hari Raya.
Jika Metode “Fajar Setelah Konjungsi” telah dipelihara selama
berabad-abad sejak masa penciptaan, maka tidak akan ada alasan untuk memandang
BPI buatan manusia. Meskipun batas penanggalan Yahuwah, yang juga bisa disebut
“garis fajar-Nya”, berubah secara geografis dari satu bulan ke bulan
berikutnya, Fajar setelah Konjungsi adalah salah satu metode lunar yang secara ajaib
menyatukan seluruh dunia pada satu revolusi matahari dalam periode 24 jam. (Ini
akan dibahas kemudian mengapa Bulan Purnama tidak dapat dijadikan sebagai Bulan
Baru. Lihat bagian yang berjudul “Masalah dengan Menggunakan Hari setelah
Bulan Purnama”.)

Metode ini tidak hanya menyatukan dunia dalam merayakan
Hari-hari Raya dalam satu periode 24-jam Revolusi Matahari, tetapi juga tidak
akan ada orang yang akan memulai Hari Bulan Baru lebih dari 24 jam setelah
konjungsi yang sebenarnya terjadi. Hebatnya, hanya ada 24 jam dari waktu Konjungsi
sampai fajar Hari Bulan Baru di wilayah geografis terakhir yang akan menerima hari.
Ini adalah kesaksian luar biasa dari keunikan dan konsistensi garis batas
penanggalan global Yahuwah.


1  http://www.staff.science.uu.nl/~gent0113/idl/idl_imc1884.htm

2  http://en.wikipedia.org/wiki/File:International_Date_Line.png

3 Posisi bintang dalam kaitannya dengan matahari dan
bulan dalam penanggalan Alkitab adalah perihal yang masih terus dipelajari oleh
Tim WLC.


Kekonsistenan: Mengawali Hari di saat Fajar (bukan pada saat matahari terbit)

Hari yang Alkitabiah berawal di kala fajar, pada saat terang paling pertama mulai muncul, dan berakhir pada
saat senja, pada saat terang sudah benar-benar telah hilang. Dalam sebuah pola
yang konsisten, bulanan dimulai pada fajar pertama setelah bulan dilangit mulai
menyinari dan berakhir pada saat bulan dilangit sudah benar-benar tanpa cahaya
pada saat konjungsi. (ketidakmampuan kita melihat bulan mulai bersinar tidak
merubah fakta bahwa hal itu telah terjadi. Sinar pada bulan sabit pertama yang
terlihat hanyalah bukti pada apa yang telah mulai terjadi segera setelah bulan
berkonjungsi dengan matahari).


Bulan
Baru: Chodesh (H#2320)

Kata Ibrani untuk “Bulan Baru” adalah Chodesh (H#2320), yang juga
diterjemahkan sebagai “bulan.” Chodesh
muncul dalam Alkitab lebih dari 270 kali, namun tidak digunakan walaupun hanya
sekali untuk menunjukkan sesuatu yang terlihat (yaitu bulan yang terlihat,
bulan sabit, dll). Sebaliknya, kata Ibrani yang menandakan secara fisik, bulan yang
terlihat adalah yerach (H#3391, H#3393,
& H#3394). Yerach diterjemahkan
28 kali sebagai “bulan [dilangit]” dan 13 kali sebagai “bulan
[kalender]”, tapi tidak pernah digunakan untuk menandai Bulan Baru.

Catatan: Ada kata Ibrani untuk
“bulan sabit” – śaharōnîm
(H7720). Namun, digunakan secara eksklusif dalam kaitannya untuk berhala-berhala
(Hakim 8:21 & 26; Yesaya 3:18), dan tidak pernah berhubungan dengan “Bulan
Baru” atau bahkan “bulan.” Lebih lanjut tentang hal ini. Lihat
bagian bawah, yang berjudul “Masalah dengan Menggunakan Bulan Sabit
Pertama yang Terlihat.”


Mazmur
81: 3

“Tiuplah
sangkakala pada bulan baru, pada waktu yang telah ditetapkan[H#3677], pada hari raya kita[H#2282].”
(Mazmur 81: 3, KJV)

H#3677 (keh’-seh) – Berasal dari H#3680; penuh betul
atau bulan purnama, yaitu perayaan yang: – (waktu) telah ditentukan. (Strong Greek & Hebrew Dictionary)1

H#2282 (khag) – kata ini mengacu terutama untuk
“perayaan para peziarah.” (The New Strong’s Expanded Dictionary of
Bible Words
)

Mazmur 81: 3, kemudian, memberitahu kita dua hal:

  1. Sebuah sangkakala (shofar)
    harus ditiup pada Hari Bulan Baru.
  2. Sebuah sangkakala (shofar)
    harus ditiup pada bulan purnama, pada saat perayaan para peziarah.

Dalam konteksnya, Mazmur pasal 81 berbicara tentang keluarnya
bangsa Israel dari tanah Mesir. Tampaknya masuk akal untuk menyimpulkan
kemudian bahwa perayaan para peziarah yang disebut di sini adalah hari raya
Roti Tidak Beragi, yang dimulai pada tanggal 15 bulan lunar (pada hari yang
sama ketika bangsa Israel dipimpin keluar dari Mesir). Beberapa orang berpendapat
bahwa Mazmur 81: 3 mengacu pada Hari Raya Terompet (Hari Bulan Baru) dan Hari
Raya Pondok Daun (yang dimulai pada tanggal 15) di bulan ketujuh. Hal ini
tampaknya tidak mungkin mengingat konteks seluruh pasal. Namun, bahkan
penafsiran ini menempatkan bulan purnama pada akhir minggu kedua pada tanggal
15 bulan itu. Tidak ada cara untuk secara jujur menyesuaikan ayat ini dengan
metodologi bulan sabit pertama yang terlihat untuk perhitungan Hari Bulan Baru,
karena metode perhitungan dari bulan sabit pertama yang terlihat umumnya
menempatkan bulan purnama pada tanggal 13/14 setiap bulan. Namun, perhitungan Hari
Bulan Baru setelah konjungsi, menempatkan bulan purnama pada tanggal 14/15 setiap
bulan, yang selaras dengan Mazmur 81: 3. (Hal ini juga selaras dengan Tulisan-tulisan dari Philo. Lihat “Pendapat
Sejarah” di bawah ini.)

perbandingan bulan lunar (bulan sabit pertama terlihat vs hubungannya) 

Harap Dicatat: Ini adalah representasi
ideal dari Bulan Lunar saat metode perhitungan bulan sabit pertama yang terlihat
dan Fajar setelah Konjungsi digunakan. Karena Bulan dapat mencapai perempat, bulan
purnama, dan fase Konjungsi secara sempurna setiap saat selama periode 24-jam,
dan karena sebagian besar (jika tidak semua) program/kalender menggunakan
perhitungan tanggal dari tengah malam hingga tengah malam, anda kadang-kadang
akan melihat fase sempurna muncul sehari sebelumnya atau sehari kemudian,
membuat fase ini tidak selalu berbaris tepat. Ketika menggunakan perhitungan bulan
sabit pertama yang terlihat, sebenarnya ada jenis yang lebih banyak (dari bulan
ke bulan) dari apa yang ditunjukkan dalam gambaran di atas karena ada beberapa
variabel yang terlibat dalam menentukan visibilitas awal bulan. Metode Fajar
setelah Konjungsi menetapkan pola yang jauh lebih konsisten dari fase bulan.


1 Beberapa orang telah menyarankan bahwa keh’seh,
berdasarkan dari akar kata (H#3680; Kasah), harus diterjemahkan sebagai
“bulan tersembunyi” sebagai lawan dari “bulan purnama,”
yang berarti bahwa sangkakala harus ditiup saat bulan gelap (yaitu saat
konjungsi) sebagai penanda Hari Bulan Baru. Bahkan penafsiran ini selaras
dengan metode perhitungan fajar setelah konjungsi.


Kejadian
1

Kegelapan (bagian dari waktu yang sebenarnya) mendahului
hari pertama pada minggu Penciptaan. Dapat dikatakan bahwa hari paling pertama dari
bulan yang paling pertama dalam sejarah bumi adalah kegelapan; kegelapan mendahului
hari ini. Mengapa kita harus mengharapkan bulan-bulan berikutnya akan ada yang
berbeda?

“Pada mulanya Elohim menciptakan langit dan
bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong;… Dan gelap gulita menutupi samudera
raya, dan Roh Elohim melayang-layang di atas permukaan air — Dan Elohim berfirman;
Jadilah terang: Lalu terang itu “. (Kejadian 1: 1-3, RNKJV)


Yehezkiel
46: 1 & Kesaksian Alam

Yehezkiel 46: 1 menetapkan bahwa ada tiga jenis
hari: (1) Hari Bulan Baru; (2) Hari Kerja; (3) Hari Sabat

“Beginilah firman Yahuwah: Pintu gerbang pelataran
dalam yang menghadap ke sebelah timur haruslah tertutup selama enam hari kerja,
tetapi pada hari Sabat supaya dibuka; pada hari bulan baru juga supaya dibuka.”
(Lihat Yehezkiel 46: 1).

Ayat ini berdiri sebagai alasan bahwa hari dengan kelas
yang berbeda akan digambarkan di alam (pada masa Penciptaan). Ketika
perhitungan fajar setelah konjungsi sebagai awal dari Hari Bulan Baru, kami
menemukan bahwa setiap jenis hari umumnya ditandai dengan fase bulan tertentu:
(1) Hari Bulan Baru didahului oleh kegelapan (konjungsi); (2) hari kerja didahului
oleh fase ketika sudah diterangi (tidak termasuk fase kuartal).1 (3)
Hari Sabat diawali dengan fase kuartal. Dengan demikian, metode ini membuat pengidentifikaisan
hari Sabat menjadi konsisten oleh penampakan bulan dan jauh lebih mudah dan
lebih praktis. Nampak bahwa masa Penciptaan itu sendiri menjadi saksi dari
metode perhitungan ini.


1 Bulan sabit akan sering terlihat dengan mata
telanjang di Hari Bulan Baru (pada malam sebelum hari kerja yang pertama), tapi
ini tidak akan selalu terjadi.

(II) Argumen
Sejarah


Prasasti
Batu Nisan (269 AD)

Sebuah catatan peralihan penanggalan kafir Kristen
telah diabadikan dalam berbagai prasasti batu nisan. Salah satu tanggal tertua
dari prasasti batu nisan orang Kristen ditemukan di Roma yang mengacu pada dies
Veneris (hari Venus). Yang membuat prasasti ini menjadi berbeda adalah bahwa prasasti
batu ini menuliskan dua tanggal, baik tanggal dalam kalender Julian maupun tanggal
dalam kalender luni-solar. Ditulisi pada Tahun 269 Masehi, tulisan pada batu
nisan ini menyatakan:

Dalam konsul Claudius dan Paternus, pada Nones
November, pada hari Venus, dan pada tanggal 24 bulan lunar, Leuces menempatkan [peringatan
ini] untuk Severa putri yang sangat disayanginya, dan untuk Roh Kudus-Nya. Dia
meninggal [di usia] 55 tahun, dan 11 bulan [dan] 10 hari. (E. Dichl, Inscriptiones Latinæ Christianæ Veteres,
Vol. 2, hal. 193, # 3391. Lihat juga, JB de Rossi, Inscriptiones Christianæ Urbis Romae, Vol. 1, bagian 1, hal. 18, #
11.)

“Nones” November adalah tanggal 5 yang
jatuh pada tahun itu di hari Venus, hari Jumat. Dalam bulanan itu, tanggal ini
sama dengan tanggal 24 bulan lunar, atau “Hari Kedua” pada minggu Alkitab.
Dengan meneliti tanggal yang ada ini dengan software astronomi, kita dapat menemukan
bahwa Hari Bulan Baru (hari pertama bulan lunar) dihitung dari hari setelah konjungsi.

Bulan Fase Roma, Italia (269 AD) 

*Harap
Dicatat
: Konjungsi telah terjadi di Roma pada jam 02:05 am (13 Oktober),
jauh sebelum fajar. Inilah sebabnya mengapa hari Konjungsi menjadi hari 1 dan bukan
hari 29 atau 30 pada bulan (bulanan) sebelumnya.


Tulisan
Philo (20 S.M. – 50 M.)

Philo
(seorang Filsuf Yahudi dari Alexandria yang beraliran Helenistik) hidup
sebelum, selama, dan setelah masa pelayanan Sang Juruselamat kita di bumi ini. 
Diakui, kemudian, bahwa dia memiliki sebuah prinsip pemahaman yang benar
mengenai penanggalan Alkitab.

Philo dari Alexandria

Philo dari Alexandria (20 SM – 50 M)
Artis: André Thevet (1502-1509)

Di
dalam kutipan di bawah ini, Philo mengatakan bahwa perayaan Bulan Baru terjadi
ketika bulan mulai menyinari kembali. 
Sebagaimana yang dinyatakan sebelumnya, bulan menyinari kembali segera setelah
konjungsi terjadi.  Walaupun, kita tidak dapat melihatnya, sampai matahari
terbenam karena bulan tersamarkan oleh sinar matahari yang lebih terang. Namun,
fakta bahwa kita tidak dapat melihat bulan segera setelah konjungsi terjadi,
tidak menghilangkan fakta bahwa sebuah revolusi baru telah dimulai dan mulai
menyinari kembali lagi.  Sering
terjadi, bulan sabit pertama yang dapat terlihat akan terlihat pada sore hari
di Hari Bulan Baru, memperlihatkan sinarnya yang baru pada pengamatnya.

“Mengikuti urutan yang kami telah adopsi, kami
lanjutkan untuk membicarakan tentang perayaan ketiga, yaitu bulan baru.
Pertama-tama, karena itu adalah awal bulan, dan dimuliakan diawal, baik dari hitungan
maupun waktu. Kedua, karena saat ini seluruh langit memiliki sangat sedikit
cahaya. Ketiga, karena pada masa itu orang-orang yang lebih kuat dan penting
memberikan sebagian bantuan yang diperlukan kepada orang-orang yang kurang
penting dan lemah; karena, pada waktu bulan baru, matahari mulai menerangi bulan dengan cahaya yang
terlihat oleh indera luar, dan kemudian
bulan itu menampilkan kecantikannya sendiri untuk orang yang melihatnya
…”
(Philo, Special Laws II, Section XXVI (140-142))

Dalam kutipan berikut, Philo dengan jelas menyatakan
bahwa Hari Bulan Baru mengikuti konjungsi dan bahwa bulan dihitung dari konjungsi
sampai konjungsi.

“Perayaan ketiga datang setelah konjungsi,
yang terjadi pada hari bulan baru dalam setiap bulan.” (Philo, Special
Laws II, 
Section XI (41))

“Ini adalah Bulan Baru, atau awal dari bulan
lunar, yaitu periode antara satu konjungsi dan konjungsi berikutnya,
panjangnya telah dihitung secara akurat di sekolah-sekolah astronomi.” (Philo, Special
Laws II, 
Section XXVI (140)). Catatan: Hendrickson Publishers Edisi
(1993) dari 1.854 terjemahan CD Jonge tidak memiliki informasi yang sama dengan
terjemahan yang diberikan oleh Colson. Indikasinya bahwa konjungsi yang menjadi
faktor yang menentukan dalam menentukan bulan pertama.

Pernyataan Philo di bawah ini menunjukkan bahwa
bulan menyelesaikan konfigurasinya yang sempurna (yaitu bulan setengah terbit,
bulan purnama, bulan setengah memudar, konjungsi) pada akhir setiap minggu. Hal
ini adalah yang paling sering terjadi ketika metode perhitungan fajar setelah konjungsi
sebagai permulaan dari Hari Bulan Baru digunakan.

“Sekali lagi, perubahan bulan secara berkala,
berlangsung sesuai dengan nomor tujuh, karena bintang memiliki simpati yang besar
pada hal-hal yang ada di bumi. Dan perubahan yang bulan lakukan di langit, terutama
menyempurnakan dalam kesesuaiannya dengan konfigurasinya sendiri setiap tujuh
hari
. Pada semua kejadian, segala sesuatu yang fana, seperti yang telah
saya katakan sebelumnya, mendekatkan hal-hal yang bersifat ilahi dari langit,
dipindahkan dengan suatu cara yang merawat kelestariannya sesuai dengan nomor
tujuh. … Dengan demikian, pada hari yang ketujuh, Elohim beristirahat dari
segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya
.” (Philo, Allegorical
Interpretation
, 1, Section IV (8-9), Section VI (16))

“… Ada satu prinsip yang menjadi alasan bulan
setengah terbit dan bulan setengah memudar berada dalam interval yang sama,
baik karena akan meningkatkan dan mengurangi pencahayaan; tujuh ekor domba
karena bulan itu menerima bentuknya yang sempurna dalam periode tujuh hari -setengah-bulan
pada periode tujuh hari pertama setelah konjungsi dengan matahari, bulan
purnama di kedua; dan ketika bulan itu akan kembali lagi, yang pertama sampai
setengah bulan, dan berakhir pada saat konjungsi dengan matahari
.” (Philo, Special
Laws I, 
(178))

Sebuah 29-hari bulan lunar dan 30 hari bulan lunar berdampingan

Harap Dicatat: Ini adalah representasi
ideal dari Bulan Lunar saat metode perhitungan bulan sabit pertama yang
terlihat dan Fajar setelah Konjungsi digunakan. Karena Bulan dapat mencapai
perempat, bulan purnama, dan fase Konjungsi secara sempurna setiap saat selama
periode 24-jam, dan karena sebagian besar (jika tidak semua) program/kalender
menggunakan perhitungan tanggal dari tengah malam hingga tengah malam, anda
kadang-kadang akan melihat fase sempurna muncul sehari sebelumnya atau sehari
kemudian, membuat fase ini tidak selalu berbaris tepat. Anda perlu memeriksa waktu
Konjungsi untuk daerah tertentu.

Di bawah ini adalah konfirmasi dari penafsiran kita pada
laporan Philo sebelumnya. Di sini, Philo menyatakan bahwa bulan harus penuh
pada akhir minggu kedua (yaitu tanggal 15 bulan lunar). Catatan: Ketika menggunakan
metode perhitungan hari setelah konjungsi sebagai Hari Bulan Baru, maka bulan
akan penuh pada tanggal 14 atau 15 setiap bulan.

“Sebab, demikianlah yang disampaikan oleh Kitab
Suci: Pada tanggal sepuluh bulan ini diambillah oleh masing-masing seekor anak
domba menurut kaum keluarga; harus dari tanggal kesepuluh, agar dapat
ditahbiskan sampai pada tanggal kesepuluh, bagi [Elohim], pengorbanan itu telah
diabadikan di dalam jiwa, yang diterangi dalam dua per tiga bagian, sampai
sepenuhnya berubah dalam setiap bagian, dan menjadi secemerlang surgawi seperti
bulan purnama, yang mengalami puncaknya pada akhir minggu kedua
. . .” (On
Mating with the Preliminary Studies
, Section XIX, (106))

“Dan perayaan ini dimulai pada hari kelima
belas bulan itu, pada pertengahan bulan, pada hari di mana Bulan Purnama cahaya
,
karena pemeliharaan yang dilakukan Elohim sehingga tidak akan ada kegelapan
pada hari itu.” (Philo, Special Laws II, The Fifth Festival, Section
XXVIII (155))

Hal ini selaras dengan Mazmur 81: 3. (Lihat “Pendapat
Alkitab” di atas.)

 

• Masalah dengan Menggunakan Metode Konjungsi Lain (Klik untuk Melihat.)


Pada Hari yang Sama saat Konjungsi

Beberapa
orang pemelihara Sabat lunar menyarankan perayaan Hari Bulan Baru pada hari
yang sama di mana konjungsi terjadi, yang berbeda dengan metode hari pertama
setelah konjungsi. Masalah yang muncul dengan metode ini adalah bahwa bulanan
yang baru dimulai ketika bulanan yang lama belum selesai. Bulanan (bulan) belum
benar-benar selesai sampai bulan di langit berkonjungsi dengan matahari,
barulah setelah itu bulan kembali mulai menyinari sekaligus memulai sebuah
revolusi baru. Alasan digunakannya hari setelah
konjungsi terjadi sebagai Hari Bulan Baru, yang berlawanan dengan hari pada
saat konjungsi terjadi, adalah karena sebuah hari tidak bisa secara bersamaan
menjadi bagian dari sebuah bulan yang lama dan menjadi bagian dari bulan yang
baru. Oleh karena itu, fajar pertama setelah
konjungsi terjadi adalah awal dari bulan baru.

 

Hari Setelah Konjungsi – Ketika Bulan Sabit Pertama Yang Terlihat Nampak Pada Malam Itu

Beberapa pemelihara Sabat lunar mengajarkan bahwa Hari
Bulan Baru adalah hari setelah Konjungsi, asalkan bulan sabit pertama yang
terlihat nampak pada malam itu. Ini, kata mereka, adalah karena bulan sabit pertama
yang terlihat adalah sinyal untuk memulai minggu kerja. Metode ini mensyaratkan
bahwa hari sesudah sabat terakhir pada tanggal 29 selalu diamati sebagai Hari Bulan
Baru. Jika bulan sabit pertama yang terlihat nampak pada malam itu, maka hari
itu adalah Hari Bulan Baru. Jika bulan sabit pertama yang terlihat tidak nampak,
maka hari itu adalah tanggal 30 dan hari berikutnya akan menjadi Hari Bulan
Baru. Ada dua masalah yang tidak bisa diatasi dengan menggunakan metode ini:

  1. Dengan menggunakan metode ini, adalah mustahil untuk secara konsisten menyatukan dunia dalam mengawali Hari-hari Raya dalam periode waktu 24 jam yang sama. Hanya dengan menentukan hari setelah konjungsi sebagai Hari Bulan Baru yang dapat membuat semua orang di Bumi ini disatukan untuk merayakan Bulan-bulan Baru, Hari-hari Sabat, dan Hari-hari Raya tahunan.
  2. Mereka yang mengikuti metode ini tidak dapat
    mengetahui apakah Hari Bulan Baru ini sudah pasti sebelum hari itu hampir
    berakhir karena mereka harus menunggu untuk melihat apakah bulan sabit akan
    terlihat malam itu setelah matahari terbenam. Ini jelas menjadi masalah,
    terutama ketika mempertimbangkan Hari Raya Terompet (yang bertepatan dengan Hari
    Bulan Baru di Bulan Ketujuh), dan pada luar biasa pentingnya mempersembahkan
    korban yang telah ditentukan pada Hari Bulan Baru, pada awal setiap bulan
    (Bilangan 28 : 11-15). Para imam pasti tahu kapan Hari Bulan Baru akan datang.
    Mereka tidak harus menunggu sampai hari itu hampir berakhir untuk mengetahui
    apakah mereka telah mempersembahkan korban pada hari yang benar. Sebuah penanda
    yang berlaku pasang surut bukan penanda yang sesungguhnya.

 

Hari Setelah Bulan Sabit Yang Memudar Tidak Lagi Bisa Dilihat

Beberapa orang berpendapat bahwa Hari Bulan Baru adalah
hari setelah bulan sabit yang memudar tidak lagi dapat dilihat saat sebelum
matahari terbit. Karena seharusnya bahwa hilangnya bulan menunjukkan bahwa konjungsi
akan berlangsung pada hari itu, sehingga hari berikutnya akan menjadi Hari
Bulan Baru.

Metode yang
diusulkan:

“Sebagaimana bulan menjadi tua (memudar), setiap pagi bulan sabit kecil akan
terlihat lebih kecil dan lebih dekat dan semakin dekat ke ufuk timur. Hari
Konjungsi adalah hari ketika matahari terbit tanpa ada bulan yang terlihat
mendahuluinya. Kemudian, hari berikutnya akan.. menjadi Hari Bulan Baru, karena
akan menjadi hari baru pertama setelah Konjungsi. Jika memudarnya bulan sabit
dapat dilihat pada hari Sabat pagi terakhir (hari ke-29 bulan lunar), maka bulan
itu akan menjadi bulan dengan 30 hari. Jika memudarnya bulan sabit tidak dapat
dilihat pada hari Sabat pagi terakhir, maka bulan itu akan menjadi bulan dengan
29 hari.”

Walaupun metode ini bertujuan untuk mengidentifikasi
Hari Bulan Baru yang benar (yaitu Fajar setelah Konjungsi), namun tidak dapat
diandalkan dan tidak dapat digunakan menjadi cara yang konsisten dan akurat untuk
mengidentifikasi hari terjadinya Konjungsi. Akibatnya, metode ini tidak dapat
digunakan untuk menentukan Hari Bulan Baru.

Sebagai contoh: Di New Delhi, India, pada pagi
hari tanggal 13 November 2012, memudarnya bulan sabit masih bisa dilihat di
langit timur. (Tanggal 13 November adalah hari Sabat terakhir, hari ke-29 bulan
lunar.)

New Delhi, India – 13 November, 2012, sesaat sebelum matahari terbit.

New Delhi, India – 13 November, 2012, sesaat sebelum matahari terbit.

Dengan menggunakan metode pada diskusi ini, akan
kemudian diasumsikan bahwa tanggal 14 November akan menjadi hari ke-30 di bulan
itu, dan bahwa tanggal 15 November akan menjadi Hari Bulan Baru. Namun, karena
Konjungsi terjadi sebelum fajar pada tanggal 14 November, maka tanggal 14
November sebenarnya adalah Hari Bulan Baru.1 Dengan menggunakan
metode yang diusulkan di sini, Hari Bulan Baru akan diumumkan satu hari lebih lambat.
Walaupun tujuannya adalah baik, metode ini tidak baik.

Beberapa orang pemelihara Sabat lunar mengajarkan
bahwa Hari Bulan Baru mengikuti hari di mana sinar redup bulan sabit tidak
dapat lagi dilihat setelah matahari terbit – terlepas dari kapanpun konjungsi
yang sebenarnya terjadi. Namun, metode ini, membagi dunia dengan cara yang sama
yang dilakukan oleh metode bulan sabit pertama yang terlihat. Karena
penglihatan mengenai bulan sabit terakhir yang dapat terlihat bergantung pada
lokasi geografik seseorang, dunia tidak akan disatukan dalam memulai Hari-hari
Sabat, dan Hari-hari Raya dalam 24 jam revolusi matahari
yang sama.


1 New
Delhi, India: Konjungsi terjadi pukul 03:38 pada tanggal 14 November. Fajar
(senja astronomi) terjadi pukul 05:20 pada tanggal 14 November.

 

Matahari Terbenam Pertama Setelah Konjungsi

Beberapa pemelihara Sabat lunar mengajarkan bahwa Hari
Bulan Baru dimulai pada saat matahari terbenam pertama kali setelah Konjungsi.
Ini, tentu saja, tidak bisa seperti itu. Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa
hari dimulai pada saat FAJAR, bukan pada saat matahari terbenam. Praktek
tradisional yang mengamati semua hari dari matahari terbenam ke matahari
terbenam (malam ke malam) adalah kebiasaan Babel yang diadopsi oleh orang-orang
Yahudi setelah abad pertama.

Sebuah Hari Alkitab dimulai saat fajar dan berakhir
pada saat senja1:

___________________________________________________________

1 Adalah
sangat mudah untuk membuat prasangka kita membentuk cara kita menafsirkan Kitab
Suci. Banyak pribadi dan badan pelayanan yang tulus yang mendukung metode malam
ke malam telah melakukan hal ini. Kami dengan rendah hati mendesak semua orang yang
tenggelam dalam doktrin yang salah bahwa hari dimulai saat matahari terbenam
untuk meletakkan semua prasangka di pintu penyelidikan, dan dengan jujur dan berdoa
mempelajari semua bagian yang berkaitan dengan topik yang sangat penting ini.
“Sebab perintah harus berada di atas perintah, pengajaran di atas
pengajaran, baris di atas baris, ayat di atas ayat, di sini sebagian, dan di
sana sebagian.” (Yesaya 28:10, KJV)

 

• Masalah dengan Menggunakan Bulan Sabit Pertama Yang Terlihat (Klik untuk Melihat.)

    • Dengan menggunakan metode bulan sabit pertama yang terlihat, akan menjadi mustahil bagi dunia untuk secara konsisten mengawali Hari-hari Raya pada periode 24 jam yang sama.
    • Tidak konsisten dengan
      prinsip-prinsip yang mengatur parameter hari Alkitab.
    • Chodesh, kata Ibrani untuk “Bulan Baru,” digunakan dalam Alkitab
      lebih dari 270 kali, namun tidak digunakan walaupun hanya satu kali untuk
      menunjukkan sesuatu yang terlihat (yaitu bulan yang terlihat, bulan sabit,
      …). Kata Ibrani untuk “bulan sabit,” adalah śaharōnîm, digunakan secara eksklusif pada perihal yang berkaitan
      dengan penyembahan berhala.
    • Tidak selaras dengan Mazmur
      81: 3.
    • Tidak selaras dengan
      Kejadian pasal 1.
    • Tidak selaras dengan
      kesaksian (Penciptan) Alam
    • Tidak selaras dengan Tulisan
      Philo, orang yang sezaman dengan Juruselamat kita (tahun 20 SM – tahun 50 M)


    Informasi tambahan untuk Dipertimbangkan


    Terkait dengan Babel

    Bulanan [Babel] dimulai pada Bulan Baru
    pertama yang dapat dilihat
    , dan pada abad ke-8 SM astronom istana masih
    melaporkan pengamatan yang penting ini kepada raja Asyur. . . . Nama-nama bulan
    Babel adalah Nisanu, Ayaru, Simanu, Du’uzu, Abu, Ululu, Tashritu, Arakhsamna,
    Kislimu, Tebetu, Shabatu, Adaru. Bulan Adaru II diselingi enam kali dalam
    siklus 19-tahun tetapi tidak pernah pada tahun yang ke-17 dari siklus itu, saat
    Ululu II yang dimasukkan. Dengan demikian, kalender Babel sampai akhir
    mengabadikan sebuah bekas pembagian asli dari tahun alami menjadi dua musim, sama
    seperti bulan-bulan Babel sampai akhir tetap merupakan bulan lunar dan dimulai
    ketika Bulan Baru pertama kali dapat terlihat di malam hari. Hari itu dimulai
    saat matahari terbenam
    .” (Http://www.webexhibits.org/calendars/calendar-ancient.html)

    Harus diakui bahwa hanya karena itu adalah kebiasaan
    di Babel tidak berarti bahwa itu salah. Namun, hal ini tentunya perlu dicatat
    bahwa kebiasaan Babel memperhitungkan bulan baru berkisar pada penampakan bulan
    sabit pertama yang terlihat. Hal ini bukan tidak sama dengan semua orang-orang
    Yahudi, beberapa waktu setelah abad pertama, mengadopsi metode ini menggantikan
    perhitungan Alkitab, sama seperti saat mereka mengadopsi praktik Babel yang
    tidak Alkitabiah dengan memulai hari saat matahari terbenam serta sama seperti
    ketika mereka mengadopsi nama-nama bulan Babel.

    Di bawah ini adalah pasal yang dengan jelas mengutuk
    penghormatan bulan sabit, yang merupakan kebiasaan di antara bangsa-bangsa
    kafir. Agar adil, ini tidak mengugurkan dari awal metodologi bulan sabit
    pertama yang terlihat untuk memperhitungkan Hari Bulan Baru, tetapi harus
    dipertimbangkan dengan jujur pada bukti yang paling kuat.

    Lalu kata Zebah dan Salmuna: “Bangunlah
    engkau sendiri dan paranglah kami, sebab seperti orangnya, demikian pula
    kekuatannya.” Maka bangunlah Gideon, dibunuhnya Zebah dan Salmuna,
    kemudian diambilnya anting bulan sabit
    yang ada pada leher unta mereka. Kemudian berkatalah orang Israel kepada
    Gideon: “Biarlah engkau memerintah kami, baik engkau baik anakmu maupun
    cucumu, sebab engkaulah yang telah menyelamatkan kami dari tangan orang
    Midian.” Jawab Gideon kepada mereka: “Aku tidak akan memerintah kamu
    dan juga anakku tidak akan memerintah kamu tetapi יהוה yang memerintah
    kamu.” Selanjutnya kata Gideon kepada mereka: “Satu hal saja yang
    kuminta kepadamu: Baiklah kamu masing-masing memberikan anting-anting dari
    jarahannya.” –Karena musuh itu beranting-anting mas, sebab mereka orang
    Ismael. Jawab mereka: “Kami mau memberikannya dengan suka hati.” Dan
    setelah dihamparkan sehelai kain, maka masing-masing melemparkan anting-anting
    dari jarahannya ke atas kain itu. Adapun berat anting-anting emas yang
    dimintanya itu ada seribu tujuh ratus syikal emas, belum terhitung anting bulan sabit, dan pakaian kain
    ungu muda yang dipakai oleh raja-raja Midian, dan belum terhitung kalung rantai
    yang ada pada leher unta mereka. (Hakim-hakim 8: 21-26, ISR)

    Anting-anting Bulan Sabit, tahun 2500–2400 S.M;  Digali di "Great Death Pit," Ur, Mesopotamia

    Anting-anting Bulan Sabit, tahun 2500–2400 S.M;
    Digali di “Great Death Pit,” Ur, Mesopotamia

    “Bukti arkeologi menunjukkan penggunaan umum perhiasan
    dalam bentuk lingkaran matahari atau bulan sabit terbalik, simbol dewi
    Ishtar-Astarte, dikenakan oleh wanita atau hewan untuk meningkatkan kesuburan
    mereka (Hak. 8:21).”(New Bible Dictionary, Article
    “Amulets,” hal.34)

    Pada waktu itu יהוה akan menjauhkan segala perhiasan
    mereka: gelang-gelang kaki, jamang-jamang dan bulan sabit; perhiasan-perhiasan telinga, pontoh-pontoh dan
    kerudung-kerudung; perhiasan-perhiasan kepala, gelang-gelang rantai kaki,
    tali-tali pinggang, tempat-tempat wewangian dan jimat-jimat; cincin meterai dan
    anting-anting hidung; pakaian-pakaian pesta, jubah-jubah, selendang-selendang
    dan pundi-pundi; cermin-cermin, baju-baju dalam dari kain lenan, ikat-ikat
    kepala dan baju-baju luar. (Yesaya 3: 18-23, ISR)

    Kata Ibrani (H#7720 – śaharōnîm), di sini
    diterjemahkan sebagai “bulan sabit,” hanya ditemukan tiga kali dalam
    Kitab Suci dan hanya digunakan dalam kaitannya dengan penyembahan-penyembahan
    berhala (Hakim-hakim 8: 21 & 26; Yesaya 3: 18). Kata ini tidak pernah
    dikaitkan dengan “Bulan Baru” atau bahkan “bulan.” Tidak ada
    satupun penulis Kitab Suci yang diilhami yang menggunakan śaharōnîm ketika
    menulis tentang hari-hari raya yang ditunjuk atau bulan.

    “Bulat Sabit adalah jimat favorit di antara
    banyak orang dari Asia Barat, dan itu bagi mereka adalah perlambang kekuatan
    dan perlindungan dari sinar bulan dan bukan dari memudarnya bulan.” (Amulets
    and Superstitions
    , E. A. Wallis Budge, hal.213)

    “Sebelum Yakub pergi ke Betel untuk menghadapkan
    dirinya di hadapan Yahweh ia meminta kepada semua orang yang bersama-sama
    dengan dia untuk menyerahkan kepada dia semua dewa-dewa asing dan anting-anting
    mereka (yaitu jimat yang berbentuk bulan sabit), dan dia menguburkannya di
    bawah pohon yang di Sikhem [Kejadian 35: 4]”. (s.d.a, hal. 214)

    Perlu dicatat bahwa Sin, salah satu dewa utama Babel, dilambangkan dengan sebuah bulan sabit.

    “Pada materai silinder, dia [Sin] digambarkan
    sebagai sosok orang tua dengan janggut terurai dan simbol bulan sabit…. Sekte
    penyembah dewa-bulan tersebar ke kota-kota lain, sehingga kuilnya ditemukan tersebar
    di semua kota-kota besar yang ada di Babel dan di Asyur.” (http://en.wikipedia.org/wiki/Sin_(mythology))

    Sin, dewa bulan Babel 

    Penyembahan dewa Sin
    juga dilakukan di tanah Arab pada zaman Muhammad. Dampaknya, Islam memuliakan
    bulan sabit sampai hari ini. Banyak agama yang bersumber dari Babel memuliakan
    bulan sabit (yaitu Katolik Roma, Hindu, Buddha, dll).

    Crescent Moon Idols dari berbagai agama

    Praktek-praktek penyembahan berhala agama kafir, bersumber
    dari Babel, dan berdiri kokoh berlawanan dengan peringatan Yahuwah bagi
    umat-Nya.

    Dan menjadi peringatan supaya jangan engkau
    mengarahkan matamu ke langit, sehingga apabila engkau melihat matahari, bulan
    dan bintang, segenap tentara langit, engkau disesatkan untuk sujud menyembah
    dan beribadah kepada sekaliannya itu, yang justru diberikan Yahuwah, Eloahmu,
    kepada segala bangsa di seluruh kolong langit sebagai bagian mereka. (Lihat
    Ulangan 4:19.)

    Sekitar 600 tahun sebelum kelahiran Juruselamat kita,
    Yahuwah menegur penduduk Yehuda melalui Nabi Yeremia karena kebiasan berhala
    mereka, termasuk membuat kue berbentuk bulan sabit sebagai persembahan kepada
    “ratu surga.” Sayangnya, orang Yehuda tidak mengindahkan peringatan
    Yeremia, karena mereka percaya bahwa tindakan mereka menyembah berhala adalah
    sumber kemakmuran mereka.

    “Tetapi sejak kami berhenti membakar korban dan
    mempersembahkan korban curahan kepada ratu sorga, maka kami kekurangan
    segala-galanya dan kami dihabiskan oleh pedang dan kelaparan.” Lalu
    perempuan-perempuan itu menambahkan: “Apabila kami membakar korban dan
    mempersembahkan korban curahan kepada ratu sorga, adakah di luar pengetahuan
    suami kami bahwa kami membuat penganan persembahan serupa dengan patungnya dan
    mempersembahkan korban curahan kepadanya?” (Yeremia 44: 18-19, KJV)

    “Menyembah dia – juga, menggambarkan patungnya.
    Kue dibuat dalam bentuk bulan sabit untuk menggambarkan bulan..” (Barnes Commentary)

    “Kue berbentuk sabit telah dipersembahkan kepada
    bulan.” (Jamieson-Fausset-Brown Commentary)

    Dalam seluruh Alkitab, penghormatan bulan sabit disebutkan
    secara eksklusif dalam kaitannya dengan penyembahan berhala dan penerimaan
    bangsa Israel pada praktek-praktek kafir.

     

    • Masalah dengan Menggunakan Hari setelah Bulan Purnama (Klik untuk Melihat.)


    Hari Setelah Bulan Purnama

    Tidak ada satu bukti secuilpun yang mendukung
    anggapan bahwa Bulan Purnama adalah penanda untuk menentukan Hari Bulan Baru.
    Mereka yang mengajarkan bahwa Bulan Purnama adalah Bulan Baru melakukannya
    terutama didasarkan pada empat asumsi/pandangan. Sekarang kita akan melihat
    sekilas masing-masing dari pandangan ini.

    Menurut mereka
    yang mendukung perhitungan Hari Bulan Baru dengan Bulan Purnama…

    (1) Klaim: “Sebuah gerhana
    matahari total terjadi pada siang hari (dan berlangsung selama tiga jam – Mat. 27:
    45). Pada hari penyaliban Yahushua (pada hari ke-14 bulan lunar). Sebuah
    gerhana matahari hanya dapat berlangsung selama konjungsi. Oleh karena itu,
    bulan harus dimulai dengan bulan purnama.”

    Masalah/Asumsi: Meskipun benar bahwa
    gerhana matahari hanya dapat terjadi saat bulan dalam posisi konjungsi (secara
    langsung antara bumi dan matahari), masalah yang sangat jelas dengan pernyataan
    ini ditemukan dalam kenyataan bahwa tidak ada gerhana matahari total di
    Yerusalem pada musim semi tahun 31 M.1 (http://eclipse.gsfc.nasa.gov/phase/phases0001.html)2 Bahkan,
    Yerusalem tidak berada di jalur gerhana total di waktu manapun selama abad
    pertama . Pukulan telak pada anggapan ini adalah bahwa gerhana matahari umumnya
    hanya bertahan sekitar 7-8 menit, bukan 3 jam. “Gerhana matahari total
    terpanjang selama periode 8.000 tahun dari tahun 3000 SM sampai tahun 5000 M
    akan terjadi pada 16 Juli 2186, ketika gerhana total akan berlangsung selama 7
    menit 29 detik.” (http://en.wikipedia.org/wiki/Solar_eclipse) Kegelapan yang terjadi
    atas wilayah Penyaliban adalah sebuah keajaiban, dan tidak dapat dijelaskan
    dengan fenomena yang terjadi secara alami. Mengklaim bahwa ada gerhana matahari
    total, yang berlangsung tiga jam, pada saat penyaliban Yahushua adalah
    keterlaluan dan tidak dapat dibuktikan oleh bahkan satu bukti terkecil
    sekalipun.


    1 70 Minggu Nubuatan (Daniel 9) menguatkan dengan
    pasti tahun Penyaliban Yahushua.

    2 Agar lebih spesifik, metode yang diusulkan untuk
    perhitungan Tahun Baru ini dikaji di dalam poin #2 (di bawah) yang menuntut
    bahwa gerhana matahari total harus terjadi pada siang hari di Yerusalem pada
    tanggal 10 April, 31 M. Tidak ada kejadian seperti itu. Klaim ini tidak dapat
    dibuktikan oleh bahkan satu bukti terkecil sekalipun.


    (2) Klaim
    :
    “Pembelajaran yang
    mendalam pada kata Yunani yang diterjemahkan sebagai ‘gelap’ dalam catatan
    Lukas tentang Penyaliban mengungkapkan bahwa matahari terhalang oleh bulan,
    yang hanya bisa terjadi pada saat konjungsi.”

    “Dan matahari menjadi gelap, dan tabir
    Bait Suci terbelah dua.” (Lukas 23:45, KJV)

    Beberapa orang yang menganjurkan penggunaan Bulan
    Purnama, telah mengakui bahwa kata yang diterjemahkan sebagai “gelap”
    dalam bagian ini adalah kata Yunani ekleipō
    [Strong G#1587], akar kata dari “gerhana” moderen kita. Mereka
    mengatakan bahwa ini adalah bukti telah terjadinya gerhana matahari yang gelap di
    wilayah Penyaliban. Sebagaimana dibahas pada poin sebelumnya (#1), ini adalah
    sebuah kemustahilan mutlak. Kegelapan yang melanda wilayah Penyaliban merupakan
    manifestasi supranatural, kesaksian Yahuwah. Namun demikian, mari kita
    memeriksa masalah ini dengan pernyataan itu.

    Masalah/Asumsi: Kata yang diterjemahkan
    dalam bagian ini sebagai “gelap” adalah skotizō [Strong G#4654], bukan ekleipō
    [Strong G#1587].

    “Dan [G#2532] matahari [G#2246] menjadi gelap [G#4654], dan [G#2532] tabir
    [G#2665] bait suci [G#3485] terbelah [G#4977] dua [G#3319].” (Lukas 23: 45,
    KJV)

    Skotizō berarti “menutupi
    dengan kegelapan, gelap, yang akan ditutupi dengan kegelapan,…” Hal ini
    dapat merujuk pada kegelapan metaforis atau kegelapan literal (misalnya Ef
    4:18.) (Misalnya benda-benda langit; Wahyu 8:12). Sementara itu, ekleipō, adalah akar kata untuk
    “gerhana” moderen kita dan dapat merujuk pada gerhana matahari, secara
    umum berarti “gagal, pergi keluar, mengabaikan, melewati,…” Tidak
    satupun dari kata ini yang secara khusus berhubungan dengan matahari atau
    benda-benda langit.

    Ekleipō ditemukan hanya dalam tiga
    bagian Alkitab, tidak ada dari tiga bagian ni yang khusus berkaitan dengan gerak
    relatif bulan terhadap matahari:

    “Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan
    dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika kamu gagal [G#1587 – ekleipō], kamu diterima di dalam kemah abadi.” (Lukas
    16: 9, KJV)

    “tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu
    jangan gugur [G#1587 – ekleipō]. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah
    saudara-saudaramu.” (Lukas 22: 32, KJV)

    “seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan
    seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Muakan [G#1587 – ekleipō] tidak berkesudahan[G#1587 – ekleipō].” (Ibrani 1: 12, KJV)

    Bahkan dalam terang penggunaan/pengartian umum dari
    kata ini (ekleipō), tak terbantahkan mematahkan
    klaim yang telah dikaji, hal ini membawa pengulangan bahwa kata ini bahkan
    tidak ditemukan dalam teks dari bukti yang ditawarkan untuk menopang
    perhitungan Bulan Purnama sebagai Hari Bulan Baru, yang telah dituduhkan oleh
    beberapa orang.

    (3) Klaim: “Perempuan dalam
    Wahyu pasal 12, berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya, dan
    bintang-bintang di atas kepalanya adalah pengumuman Hari Tahun Baru. Pada suatu
    hari setiap musim semi, rasi bintang Virgo akan terlihat terbit di ufuk timur
    dengan bulan purnama di bawah kakinya. Dia juga “berpakaian dengan
    matahari” dalam arti bahwa hal itu tidak benar-benar gelap di luar ketika
    fenomena ini terjadi. dia memiliki 12 bintang di kepalanya, yang berarti bahwa dia
    adalah kepala tahun. Oleh karena itu, bulan purnama di bawah kaki Virgo adalah penanda
    untuk menentukan Hari Bulan Baru, dan awal tahun.”

    “Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang
    perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah
    mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.” (Wahyu 12: 1, KJV)

    Masalah/Asumsi: Tidak ada ditemukan di dalam
    teks itu sesuatu walaupun hanya tersirat bahwa fenomena ini adalah pertanda untuk
    menentukan Hari Bulan Baru, atau awal tahun. Juga ayat ini tidak mengatakan
    bahwa perempuan itu berdiri di atas “bulan purnama.” Jika kita mau
    jujur mengevaluasi setiap detail dari deskripsi perempuan itu, maka kita harus
    mengakui bahwa selain berdiri di bulan, dia berselubungkan matahari. Jadi lebih
    baik penafsiran bebas “berpakaian dengan matahari” berarti bahwa itu
    belum benar-benar gelap ketika fenomena ini terjadi, mungkin kita harus mencari
    saat Virgo (“sang perawan”) secara harfiah berselubungkan matahari
    (dengan matahari melalui pertengahan rasi bintang) sementara bulan berada di
    bawah kakinya. Apakah ada fenomena seperti itu? Ya, itu terjadi setiap musim
    gugur, sering (tetapi tidak selalu) bertepatan dengan awal bulan Ketujuh.

    Virgo

    Virgo: Fenomena ini terjadi pada satu bulan setiap musim gugur. Namun, tidak ada sesuatu dalam teks ini, yang menunjukkan adanya hubungan dengan Hari Bulan Baru atau Tahun Baru. Mereka yang membela metode Bulan Purnama melakukan perhitungan berdasarkan pemenuhan penjelasan parsial ini (Wahyu 12: 1) pada musim semi yang dibangun secara eksklusif pada dugaan dan asumsi tak berdasar  

    Walaupun Wahyu 12: 1 adalah konfirmasi ilahi bahwa gereja
    yang sejati sepanjang sejarah telah bergantung pada Matahari, Bulan, dan
    Bintang-bintang untuk menentukan hari Sabat dan Hari-hari Suci, tidak ada
    sedikitpun di dalam teks itu walaupun hanya tersirat yang mengungkapkan bahwa
    gambaran perempuan ini berkaitan dengan Hari Bulan Baru atau awal tahun.1
    Mereka yang mencoba untuk menggunakan Wahyu pasal 12 sebagai bukti untuk
    menggunakan metode perhitungan Bulan Purnama, sekalipun mungkin mereka memiliki
    niat yang baik, telah menambahi ayat itu dan mendasarkan pengertian mereka melalui
    spekulasi yang eksklusif.


    1 Masalah lain dengan menganggap bahwa Bulan Purnama
    di bawah kaki Virgo merupakan penanda untuk memulai tahun adalah garis aksial.
    Karena titik balik matahari bergerak ke arah barat sepanjang jalur relatif matahari
    terhadap bintang yang tetap, waktu fenomena ini (bulan purnama di bawah kaki
    Virgo) secara perlahan melayang. Zaman sekarang, fenomena ini umumnya terjadi
    pada akhir April atau awal Mei. Namun  2.000 tahun yang lalu, kejadian yang sama ini
    berlangsung beberapa minggu sebelumnya, pada akhir Maret atau awal April. Dan jika
    kita maju cepat 2.000 tahun ke depan dengan menggunakan tingkat ketepatan yang
    sekarang maka fenomena ini tidak akan terjadi sampai akhir Mei atau awal Juni.

    (4) Klaim: “Mazmur 81: 3
    mengatakan bahwa Sangkakala itu akan ditiup pada Bulan Purnama karena itu
    adalah Bulan Baru.”

    “Tiuplah
    sangkakala pada bulan baru, pada waktu yang telah ditetapkan[H#3677], pada hari raya kita[H#2282].”
    (Mazmur 81: 3, KJV)

    H#3677 (keh’-seh) – Berasal dari H#3680; penuh betul
    atau bulan purnama, yaitu perayaan yang: – (waktu) telah ditentukan. (Strong Greek & Hebrew Dictionary)1

    H#2282 (khag) – kata ini mengacu terutama untuk
    “perayaan para peziarah.” (The New Strong’s Expanded Dictionary of
    Bible Words
    )

    Masalah/Asumsi: Tidak sekalipun Hari Bulan
    Baru disebut khag di dalam Alkitab.
    Beberapa orang yang mendukung metode ini akan berpendapat bahwa adalah tidak
    benar untuk merujuk pada Hosea 2:11 dan Yehezkiel 45:17, tetapi “bulan
    baru” dalam ayat-ayat ini menyebutkan bagian dari Sabat dan khag(s). Bahkan jika Hari Bulan Baru
    disebut sebagai khag(s), ada kendala
    kedua di bagian ini yang tidak dapat diselesaikan oleh mereka yang mengajarkan
    bahwa Mazmur 81: 3 membuktikan bahwa sangkakala itu akan terdengar di Bulan
    Purnama karena itu adalah Bulan Baru: dalam konteksnya, Mazmur pasal 81
    berbicara tentang Keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Penafsiran yang paling
    masuk akal dari ayat 3 adalah bahwa hal itu mengacu pada bulan purnama yang
    bertepatan dengan Paskah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi. (Bangsa Israel
    dipimpin keluar dari Mesir pada waktu malam (Ulangan16: 1) pada hari pertama
    Roti Tidak Beragi (Bilangan 33:. 3) – pada tanggal 15)

    Sebuah bukti kuat menentang metode Bulan Purnama
    menjadi penanda untuk Hari Bulan Baru telah dicatat saat mempelajari waktu
    hari-hari raya. Dua perayaan penting para peziarah berlangsung pada tanggal 15
    bulan itu. Itu adalah Hari Raya Roti Tidak Beragi dan Hari Raya Pondok Daun.
    Dalam pemeliharaan ilahi-Nya, Yahuwah telah menetapkan bahwa waktu dua
    perayaan-perayaan ini bertepatan dengan Bulan Purnama, untuk meringankan beban
    perjalanan umat-Nya. Bapa kita yang penuh kasih adalah Eloah yang terperinci,
    dan tidak ada yang luput dari perhatian-Nya. Ketika Dia menuntut para peziarah,
    Dia telah mengatur waktu yang paling nyaman bagi umat-Nya.2 Ini juga
    kita lihat pada kenyataan bahwa tidak ada ziarah yang diharuskan  pada  musim
    dingin. Dengan demikian, jika Dia berhati-hati untuk menghindari perintah
    ziarah di musim dingin, Dia juga akan dengan penuh kasih berhati-hati untuk
    menghindari penetapan perayaan para peziarah saat bulan hampir benar-benar
    gelap.


    1 Beberapa orang berpendapat bahwa keh’seh,
    berdasarkan akar katanya (H#3680; Kasah), harus diterjemahkan sebagai
    “bulan tersembunyi” sebagai lawan dari “bulan purnama,”
    yang berarti bahwa sangkakala harus ditiup saat bulan gelap (yaitu saat
    konjungsi) sebagai penanda Hari Bulan Baru. Penafsiran ini justru selaras
    dengan metode perhitungan fajar setelah konjungsi.

    2 Menggunakan metode perhitungan Bulan Purnama, akan
    membuat hari Sabat kedua setiap bulan, termasuk Sabat Besar pada Hari Raya Roti
    Tidak Beragi dan hari raya Pondok Daun, berlangsung dalam kegelapan total.


    Bulan Baru:
    Chodesh (H#2320)

    Kata Ibrani yang diterjemahkan dalam Alkitab sebagai
    “bulan baru” adalah Chodesh
    [H#2320]. Akar kata dari Chodesh
    adalah chadash [H2318], yang berarti
    “menjadi baru, memperbaharui, perbaikan.”

    Sebuah masalah yang sangat jelas ditampilkan saat metode
    perhitungan Hari Bulan Baru dengan Bulan Purnama digunakan adalah pada saat itu
    bulan dari hari pertama sedang memudar (kehilangan cahaya), bukan diperbaharui. Segera setelah Bulan
    Purnama, cahaya bulan akan mulai memudar. Ini berarti bahwa antara malam Bulan
    Baru itu dinyatakan dan esoknya yang dinyatakan sebagai “Hari Bulan Baru,”
    bulan itu sudah telah memudar, dan akan terus memudar sampai pertengahan bulan,
    setelah itu barulah akan dibaharui kembali. Metode perhitungan Bulan Purnama
    menentang semua logika dan tidak benar dalam pengertian dari kata- Chodesh/chadash.

    Membedakan
    Hari Melalui Penampakan Bulan

    Hal lain yang perlu dicatat di sini adalah bahwa
    karena akan ada satu atau dua hari yang gelap di tengah bulan bila menggunakan metode
    perhitungan Bulan Purnama, maka fase seperempat bulan akan tidak teratur menyatakan
    hari Sabat. Ketika metode perhitungan Hari Bulan Baru dengan Bulan Purnama1
    digunakan, fase berikutnya dari bulan menjadi tidak konsisten dan tak terduga, akan
    merampas peran ilahi bulan sebagai pendanda, dan membuat identifikasi hari yang
    dapat diandalkan melalui penampakan bulan menjadi sangat sulit, bahkan mustahil.


    1 Perlu dicatat bahwa bulan dapat muncul penuh selama lebih dari satu hari
    setiap bulan. Hal ini akan membuat pengamat sangat sulit melakukan perhitungan yang
    konsisten.

    Walaupun ada pasal-pasal sekunder lainnya yang
    dikutip oleh mereka yang menganjurkan metode perhitungan Bulan Purnama, namun
    pasal-pasal itu tidak perlu dijawab, karena semua itu (tanpa kecuali) tidak
    lebih dari upaya penjelasan untuk memaksakan anggapan mereka ke dalam teks itu,
    upaya menyesatkan untuk membuat Alkitab setuju dengan pendapat mereka. Tidak
    ada satu bukti sekecil apapun yang dapat mendukung metode perhitungan Hari
    Bulan Baru dengan Bulan Purnama.

     

    • Bulan Sabit Pertama Yang Terlihat: Mengkaji Dugaan Bukti Sejarah (Klik untuk Melihat.)

    Satu hal yang pasti; Metode perhitungan Hari Bulan
    Baru yang digunakan di zamanYahushua adalah yang benar. Tidak ada indikasi
    dalam Perjanjian Baru bahwa pernah ada sengketa kapan hari Sabat dan Hari-hari
    Raya terjadi. Jadi jelas, bahwa metode yang sedang digunakan adalah benar, dan didukung
    oleh Yahushua.

    Banyak pemelihara Sabat lunar tulus yang sering
    mengutip tradisi lisan Yahudi (yaitu Talmud Babel) sebagai bukti bahwa bulan
    sabit pertama yang terlihat sedang digunakan pada zaman Yahushua untuk menentukan
    Hari Bulan Baru. Tapi apakah Talmud bisa dipercaya? Dapatkah kita, dengan restu
    Surga, mengabaikan semua bukti yang bertentangan demi mendukung tradisi lisan
    yang telah didasarkan oleh orang-orang yang melacak sumber mereka dari
    orang-orang Farisi?

    Babylonian Talmud

    Isi dari Talmud pada dasarnya terdiri dari dua
    bagian: (1) Mishna: Pernyataan utama pertama dari tradisi lisan orang Yahudi, tahun
    220 M; (2) Gemara: hasil analisa dan komentar para rabi mengenai Mishnah, tahun
    500 M. Dalam Mishnah, kita menemukan banyak aturan, peraturan, dan referensi
    yang berkaitan dengan peran pengadilan rabbi dalam pemeriksaan saksi-saksi
    untuk memastikan apakah bulan baru [hilal] sudah terlihat. Sebagai contoh:

    “Orang-orang berikut ini dianggap tidak
    kompeten untuk menjadi saksi. Penjudi dengan dadu, rentenir, peternak merpati,
    orang-orang yang berurusan dengan hasil tahun Sabat, dan budak. Peraturannya adalah:
    Semua bukti tidak dapat diterima dari seorang wanita juga tidak dapat diterima dari
    salah satu jenis orang yang disebut di atas…. setiap kali (saksi-saksi) harus
    berada di jalan satu hari dan satu malam, adalah sah untuk melanggar Sabat saat
    melakukan perjalanan ini, untuk memberikan bukti penampakan bulan kepada mereka.”
    (Babylonian Talmud, Section Moed, Rosh Hashana, Chapter I, http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/Talmud/rh1.html)

    Catatan: Kutipan di atas
    benar-benar tidak masuk akal dalam konteks kalender luni-solar Alkitab. Awal bulan bisa terlihat dengan
    menggunakan metode bulan sabit pertama yang terlihat sesaat setelah matahari
    terbenam pada hari Sabat terakhir (tanggal 29). Maka menjadi tidak masuk akal,
    untuk membiarkan seseorang melakukan perjalanan pada hari Sabat untuk membuktikan
    bahwa mereka telah melihat bulan bahkan sebelum penampakan bulan dapat terlihat.
    Jadi Talmud tidak mendukung kalender yang Alkitabiah. Sebaliknya, Talmud
    memperkenalkan prinsip-prinsip kalender Babel (misalnya metode penentuan hari
    dari matahari terbenam sampai matahari terbenam) dan penanggalan kafir
    (misalnya hari Sabat Sabtu).

    “Ada pengadilan besar di Yerusalem disebut Beth
    Ya’azeq, tempat semua saksi-saksi bertemu, dan menjadi tempat mereka diperiksa
    oleh Beth Din. Perayaan besar dibuat di sana untuk (para saksi) untuk mendorong
    mereka lebih sering datang . . .. Bagaimana para saksi dikaji? Pasangan pertama
    diperiksa pertama. Para Tua-tua akan diperkenalkan pertama, dan mereka akan berkata
    kepadanya: Beritahu kami dalam bentuk apa bulan yang engkau lihat? Apakah itu
    sebelum atau sesudah matahari? Apakah itu di bagian utara atau bagian selatan
    (matahari)? Elevasi apa yang ada di cakrawala? Kecenderungannya mengarah ke
    sisi yang mana? Berapa lebar lingkarannya? Jika dia menjawab sebelum matahari,
    kesaksiannya tidak berharga. Setelah ini mereka akan memperkenalkan (saksi)
    yang lebih muda dan dia diperiksa, jika kesaksian mereka ditemukan sama, kesaksian
    itu akan dianggap sah, pasangan (saksi) yang tersisa akan menerima
    pertanyaan-pertanyaan umum, bukan karena kesaksian mereka itu perlu, tetapi
    hanya untuk mencegah mereka pulang dengan kecewa…” (Babylonian Talmud,
    Section Moed, Rosh Hashana, Chapter II, http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/Talmud/rh2.html)

    “R. Gamaliel memiliki gambaran dari
    berbagai tahapan bulan di dalam lempengannya dan pada dinding kamar atasnya, yang
    dia gunakan untuk menunjukkan kepada orang-orang awam, sambil berkata: “Apakah
    anda melihat penampakan bulan seperti ini atau seperti itu? “” (s.d.a.)

    Talmud juga,
    membenarkan banyak doktrin yang tidak Alkitabiah. Sebagai contoh:

    Empat permulaan
    tahun

    “Ada empat hari Tahun Baru, yaitu: hari pertama dari bulan Nissan adalah
    Tahun Baru untuk (pengangkatan) Raja dan untuk (rotasi) perayaan biasa, hari
    pertama dari bulan Elul adalah Tahun Baru untuk persepuluhan-ternak, tetapi
    menurut R. Eliezer dan R. Simeon, itu adalah pada hari pertama bulan Tishri.
    Hari pertama dari bulan Tishri adalah hari tahun baru, bagi tahun-tahun biasa,
    dan untuk tahun-tahun Sabat dan tahun-tahun yobel, dan juga untuk penanaman
    pohon dan tumbuh-tumbuhan. Pada hari pertama di bulan Shebhat adalah Tahun Baru
    untuk pohon, sesuai dengan sekolah Shammai, tetapi sekolah Hillel mengatakan
    itu pada tanggal lima belas bulan yang sama”. [Catatan: Nama bulannya
    adalah nama-nama Babel] (http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/Talmud/rh1.html)

    Hari Sabat Sabtu
    (dengan perhitungan dari matahari terbenam sampai matahari terbenam)
    – “Para rabi
    mengajarkan: Seseorang tidak boleh mengirim surat melalui salah seorang dari
    bangsa-bangsa lain pada hari Jumat sebelum dia menetapkan sejumlah waktu
    tertentu untuk pengiriman. Jika ketentuan tersebut tidak dibuat, Beth Shamai
    mengatakan itu tidak boleh disampaikan, kecuali jika pengirim itu memiliki
    waktu untuk mencapai rumah yang dia tuju (sebelum matahari terbenam); Namun, Beth
    Hillel, mempertahankan: Dia mungkin melakukannya jika pengirim itu memiliki
    waktu untuk mencapai rumah terdekat dalam tembok kota di mana surat itu harus
    disampaikan.” (Babylonian Talmud, Section Moed, Shabbat, Chapter
    II, http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/Talmud/shabbat1.html)

    Apakah Hari Sabat Sabtu (dari Jumat malam sampai
    Sabtu malam) yang diamati oleh umat Yahuwah yang setia selama pelayanan
    Yahushua di bumi? Bukan, benar-benar bukan.
    Alkitab dengan jelas mengungkapkan bahwa kalender Yahuwah adalah kalender luni-solar,
    dan hari Alkitab dimulai saat fajar, bukan saat matahari terbenam.

    Talmud Babel, menurut para rabi yang menulis
    itu, lebih harus ditaati dari pada Alkitab!

    “Ada tertulis [Pengkhotbah xii. 12]:
    Artinya: “Anakku, sungguh-sunguhlah dalam ketaatan kepada
    perintah-perintah rabbi (bahkan lebih dari pada Alkitab), walaupun
    perintah-perintah Alkitab sebagian besar positif dan negatif… perintah rabbi,
    jika dilanggar, akan menyebabkan hukuman mati.” (The Babylonian Talmud,
    Section Moed, Erubin 21b, Chapter II, http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/Talmud/eruvin2.html)

    Juga di dalam Talmud terdapat daftar yang sangat
    luas hampir dalam setiap tindakan yang dapat  dibayangkan mengenai apa yang diizinkan atau yang
    dilarang pada hari Sabat – menurut para
    rabi
    . Talmud pada dasarnya adalah gabungan dari pemaksaan tradisi yang
    ditetapkan oleh orang-orang Farisi. Seberapa besar penghargaan yang akan kita berikan
    pada sebuah buku yang mendasarkan dan menetapkan semua tradisi lisan dari
    orang-orang yang menolak Anak Domba Yahuwah dan menjauhi Terang dunia?

    “Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli
    Taurat dari Yerusalem kepada Yahushua dan berkata: “Mengapa murid-murid-Mu
    melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum
    makan.” Tetapi jawab Yahushua kepada mereka: “Mengapa kamupun
    melanggar perintah Yahuwah demi adat istiadat nenek moyangmu?” (Matius 15: 1-3,
    RNKJV)

    Kita tidak pernah harus memberikan penghargaan yang
    lebih pada tradisi dari yang seharusnya. Walaupun semua informasi yang tersedia harus dipertimbangkan ketika
    melakukan investigasi yang jujur, namun kita harus selalu mempertimbangkan
    sumbernya dan memegang teguh janji untuk mengikuti bukti yang paling kuat,
    bahkan jika kesimpulan akhir itu tidak sesuai dengan pendapat awal kita.

    Walaupun banyak sejarawan, ensiklopedi, dan kamus
    Alkitab memberikan kesaksian bahwa bulan Alkitab dimulai dengan bulan sabit
    pertama yang terlihat, namun tidak satupun yang memberikan bukti nyata untuk
    mendukung pengakuan mereka. Sepertinya mereka sebagian besar bersandar pada tradisi, sebagaimana yang diakui oleh penulis
    Universal Jewish Encyclopedia.

    Sedikit
    yang diketahui tentang prosedur penentuan kalender sampai dengan abad ke-2 SM
    ,
    ketika penjelasan diberikan dari praktek
    tradisi
    , berlangsung sebagai berikut: Pada hari ketiga puluh bulan, dewan
    akan bertemu untuk menerima kesaksian dari para saksi bahwa mereka telah
    melihat bulan baru. Jika dua saksi yang dapat dipercaya telah membuat keputusan
    pada apa yang terdampak pada hari itu, maka dewan akan menyatakan bahwa bulan
    baru akan dimulai pada hari itu … Namun, jika tidak ada saksi yang muncul,
    bulan baru akan dianggap dimulai pada hari setelah tanggal tigapuluh.” (Universal Jewish Encyclopedia, hal.632)

    Intinya, di sini, hanya ini. Sebagai pelajar Alkitab
    yang bertanggung jawab, kita tidak bisa, secara eksklusif membangun di atas
    dasar tradisi lisan dari orang-orang Yahudi, sambil mengabaikan semua bukti
    lain di bawah hamparan firman. Kita harus sepenuhnya berdoa dan selalu berkomitmen
    untuk mengikuti bukti yang paling berbobot,
    ke mana pun arahnya.


    1 Beberapa orang berpendapat bahwa praktek Babel merayakan
    hari Sabat Sabtu dan mengawali hari dari saat matahari terbenam telah dipelajari
    oleh orang-orang Yahudi selama penawanan mereka di Babel. Hal ini tentunya adalah
    sebuah kemungkinan. Namun, kita dapat yakin bahwa Yahushua tidak akan mendukung
    hal ini atau praktek-praktek yang tidak alkitabiah lainnya. Intinya di sini
    adalah hanya bahwa doktrin yang didukung oleh Talmud bukan refleksi sistem
    Yahudi yang secara umum dipercaya selama pelayanan Yahushua di bumi. Hal ini
    sudah ditetapkan, kita tidak bertanggung jawab untuk menggunakan Talmud dalam
    membenarkan penggunaan metode bulan sabit pertama yang terlihat.

     

    Akhirnya saudara-saudara,
    “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”
    (1 Tesalonika 5: 21, KJV)


    Kontent
    Terkait:

    This site is registered on wpml.org as a development site. Switch to a production site key to remove this banner.