Frank Abagnale Jr, kemungkinan akan masuk dalam
sejarah sebagai sosok seniman terbesar yang pernah hidup. Kekuatan semua
penipuan dan pemalsuan terletak pada kemampuan keduanya untuk menipu. Frank mengetahui
hal ini dan dia adalah yang terbaik. Dia mulai hidupnya yang jahat dengan menyamar
menjadi salah satu pilot maskapai penerbangan Pan Amerika. Terbang lebih dari
1.000.000 mil, ia mengunjungi 26 negara yang berbeda dan tinggal di berbagai
hotel, dimana makanan dan penginapannya ditanggung oleh maskapai. Setelah
hampir tertangkap ketika meninggalkan sebuah penerbangan di New Orleans, Frank terlihat
di tempat lain sedang “bekerja”.
Dengan tanpa mengenyam pendidikan di perguruan
tinggi, Frank berhasil menyamar sebagai seorang dokter kepala bagian rawat inap
anak di sebuah rumah sakit Georgia selama hampir satu tahun. Karirnya menyamar
sebagai dokter juga termasuk bekerja sebagai pengawas penginapan dokter selama
25 bulan. Kemudian, dia memalsukan sebuah transkrip sekolah hukum Universitas
Harvard, meskipun dia tidak pernah menghadiri sekolah hukum, dia berhasil lulus
dalam menghadapi ujian negara di Louisiana. Selama delapan bulan ia bekerja di
kantor jaksa agung negara bagian itu. Selama karir kejahatannya, dia juga telah
mencuri jutaan dolar dengan kepintarannya dalam memalsukan cek.
Fakta paling luar biasa dari kisahnya adalah bahwa
semua tindakannya yang luar biasa tersebut terjadi saat dia masih remaja!
Ketika dia akhirnya tertangkap, 12 negara berteriak meminta dia diekstradisi.
Setelah melarikan diri dari penjara dengan menyamar sebagai pengawas penjara,
Frank ditangkap untuk terakhir kalinya ketika dua polisi yang duduk di dalam
mobil polisi yang tak bertanda mengenalinya. Keterampilan Frank sangat luar
biasa sehingga, setelah sempat di penjara, FBI menawarkan dia pekerjaan, untuk membantu
mereka menangkap pemalsu lainnya.(1)
Pengukuran waktu yang asli juga memiliki tiruan. Walaupun
kebanyakan orang sudah menyadari bahwa asal-usul hari Minggu dimulai oleh para
penyembah dewa matahari, namun mereka menganggap bahwa hari Sabtu adalah Sabat
hari ketujuh yang Alkitabiah. Hari Sabtu adalah hari ketujuh dalam sebuah minggu.
Namun, kalender yang digunakan untuk menentukan hari Sabtu adalah kalender
kafir palsu yang digunakan untuk menetapkan waktu-waktu penyembahan bagi dewa kafir.
Asal-usul hari Sabtu mengungkapkan bahwa hari Sabtu ini adalah bentuk palsu
dari hari Sabat asli, hari ketujuh menurut kalender dari masa Penciptaan.
Jaminan keasliannya yang membuatnya berani mengaku
sebagai hari Sabat Alkitab yang sejati adalah usianya.
Lamanya waktu keberadaan hari Sabtu telah meningkatkan tipu dayanya dengan
memberikan sebuah legitimasi yang tidak dimiliki oleh hari palsu yang baru,
hari Minggu, yang ada diantaranya. Untuk memahami sifat penipuan hari Sabtu, adalah
penting untuk melacak kembali sampai ke akar-akarnya. Kata “Sabtu”
berarti “Hari Saturnus” atau hari milik dewa Saturnus. Kebanyakan,
jika tidak semua, dari agama-agama kuno memiliki Saturnus di jajaran dewa-dewa
mereka.
Bagi orang-orang Roma, dia adalah
“Saturnus”, bagi orang-orang Yunani, dia adalah
“Kronos/Chronos”. Untuk orang-orang Mesir, dia bergantian sebagai
“Khons”(2) dan “Osiris”(3). Orang-orang
Babel menamainya “Ninus” sementara bagi orang-orang Asyur dia adalah
Bel, Bal atau Belus(4). Orang-orang Fenisia, Kartagina dan Kanaan menyebut
Saturnus dengan nama Baal atau Baalim(5). Pribadi yang telah menjadi
legenda yang berbeda ditiap tempat itu tidak lain dan tidak bukan adalah Nimrod,
seorang “pemburu yang gagah perkasa dihadapan [melawan] Yahuwah”(6).
Nimrod, cucu Ham dan cicit Nuh, adalah raja Babel pertama yang dijadikan dewa(7).
Penetapan kembali Nimrod sebagai berhala di dunia setelah air bah menjadi
legenda dan dewa bagi berbagai bangsa penyembah berhala yang tidak
mempertahankan pengetahuan tentang Eloah yang benar. Dengan menggunakan nama
yang berbeda, Nimrod/Saturnus telah hadir dalam semua berhala kuno.
Roma sendiri awalnya adalah kota Saturnus!
“Tradisi menceritakan bahwa Saturnus, dewa pertanian mula-mula disembah di
Italia. . . berdiam di gunung yang dikemudian hari disebut Kapitolin, dan
membawa zaman keemasan kepada Italia sambil memerintah di sana; dari tempat
[datang istilah:] Saturnus memerintah, gunung, tanah dan kota”(8).
Secara umum di seluruh dunia, Roma pada periode
prasejarah paling awal, telah mabuk berat dengan “cangkir emas” dari
Babel. Tetapi melebihi dan melampaui semua daerah-daerah lain, Roma memiliki
hubungan dengan penyembahan berhala Babel yang menjadikannya berada pada tempat
yang unik sendirian. Jauh sebelum zaman Romulus [pendiri Roma, dengan Remus
saudaranya] seorang perwujudan dari Mesias Babel, yang disebut dengan namanya,
telah menetapkan kuilnya sebagai dewa, dan istananya sebagai raja, di atas
salah satu yang paling tinggi yang termasuk di dalamnya dinding-dinding kota
itu di mana Remus dan saudaranya ditakdirkan untuk ditemukan. Di atas gunung Kapitolin,
yang sangat terkenal dikemudian hari sebagai tempat penyembahan Roma yang
paling tinggi dan besar, Saturnia, atau kota Saturnus, dewa agung orang Kasdim,
telah dibangun pada zaman kekelaman dari sejak dahulu kala(9).
Kemungkinan bahwa Nimrod yang telah membangun
Saturnia dan dipuja di sana sebagai dewa, adalah menarik. Menurut Annius dari Viterbo
dan Richard Lynche(10). Nuh sendiri melakukan perjalanan ke Italia
untuk mengunjungi cucunya, Gomer (putra sulung Yafet). Setelah tiba, Nuh mengetahui
bahwa Gomer telah meninggal dan Ham telah merebut kerajaannya. Nuh kemudian
mengusir Ham dan memulihkan ketertiban pada kerajaan yang telah rusak secara
moral di bawah pemerintahan Ham.
Dalam kitab Wahyu, Roma dengan penyembahan berhalanya
yang dilambangkan sebagai seorang perempuan yang bernama “Misteri Babel”,
duduk di atas binatang berkepala tujuh(11). Tujuh kepala binatang
itu diidentifikasi sebagai “tujuh gunung” di mana dia duduk(12).
Ini adalah rujukan langsung ke Roma, yang telah lama dikenal sebagai “kota
tujuh gunung”. “Menyebut Roma kota ‘tujuh gunung’ telah dilakukan
oleh warga kotanya karena itu dianggap sebagai gambaran dari nama asli kota itu”(13).
Gunung Kapitolin, yang terkecil dari ketujuh gunung Roma dan situs Saturnia
telah lama dianggap sebagai tempat paling suci dan menjadi pusat pemerintahan
sipil.
Walaupun kabut waktu telah menutupi banyak hal dari
masa lalu, namun koneksi Saturnia Babel menjadi sangat menarik diterangi oleh
banyaknya jenis yang berbeda dari catatan zaman dulu(14) yang
menyatakan bahwa Sem, paman Nimrod, membunuh Nimrod karena penyembahan berhala.
Catatan Saturnia kuno menunjukkan bahwa penyembahan berhala memang telah diadakan
dalam jangka waktu yang lama setelah beberapa peristiwa bencana:
Di atas gunung Kapitolin, yang sangat terkenal
dikemudian hari sebagai tempat penyembahan Roma yang paling tinggi dan besar,
Saturnia, atau kota Saturnus, dewa agung orang Kasdim, telah dibangun pada
zaman kekelaman dari sejak dahulu kala(15). Beberapa revolusi telah
terjadi – gambar patung Babel telah dihapuskan – pendirian patung berhala
dengan tegas telah dilarang(16), dan ketika pendiri kota yang kembar
[Romulus dan Remus] yang sekarang terkenal di dunia yang dipelihara pada dindingnya
yang sederhana, kota dan istana pendahulu mereka yaitu Babel sudah lama
terbaring di dalam reruntuhan(17).
Bahkan Virgil menyebut kehancuran Saturnia pada
tanggal yang bahkan jauh dengan waktu awal yang disebut Evander (sekitar 1250
SM)(18).
Sebagai orang tua masa depan Mesias dan pelestari
agama yang benar, Sem sangat bersemangat untuk melestarikan kebenaran dan
berusaha untuk menghapuskan penyembahan berhala yang didirikan oleh cucunya Nimrod,
sang pemimpin kemurtadan. Catatan orang Kasdim mengacu pada kematian Nimrod yang
terjadi karena perintah dari “raja khusus” atau Sem(19). Catatan
orang Mesir Kuno mengungkapkan bahwa Shem, atau Sem, berbicara dengan
“kekuatan para dewa”(20), mengajukan banding ke badan pengontrol
hakim, menyajikan di depan mereka kebenaran dalam kemurniannya dibandingkan
dengan kejahatan yang sedang menyebar disetiap tempat yang disebabkan oleh
Nimrod(21). Kata-katanya begitu kuat menyatakan kebenaran sehingga
para hakim diyakinkan. Pengadilan ini terdiri dari dua kelompok hakim: 30 hakim
sipil dan 42 hakim agama, dengan jumlah total 72 hakim.
“Tujuh puluh dua adalah jumlah dari hakim itu,
baik hakim sipil maupun hakim agama, yang menurut hukum Mesir, jumlah yang
diperlukan untuk menentukan apa yang menjadi hukuman bagi seseorang yang telah
bersalah melakukan tindak pidana yang begitu besar sebagaimana yang Osiris
[Nimrod] lakukan(22). Vonis yang dijatuhkan pada pengkhianatan
tingkat tinggi melawan surga ini adalah kematian.
Setelah memenggal kepala Nimrod, Sem memotong-motong
tubuhnya, mengirimkan potongan-potongannya kepada semua kubu penyembah berhala
sebagai peringatan serius: demikianlah hal itu dilakukan kepada semua orang
yang memberontak terhadap otoritas Surga. Sebuah jumlah catatan kuno yang
relatif besar(23) akan menunjukkan bahwa Nimrod sebenarnya terbunuh
karena terpotong-potong, meskipun pemutilasian setelah kematian adalah lebih mungkin.
Terlepas dari penyebab spesifik kematiannya, fakta bahwa semua hal itu bisa
terjadi kepada seorang laki-laki yang begitu perkasa seperti Nimrod memberikan peringatan
keras kepada para pengikutnya.
Saturnus digambarkan memegang sebuah sabit dan seorang
bayi. Perhatikan naga bersayap yang menggigit ekornya membentuk lingkaran
sempurna, simbol dari matahari.
Hasilnya membuat penyembahan berhala harus berjalan
di bawah tanah. Mereka yang berkeinginan untuk melanjutkan pemberontakan yang
telah dimulai oleh Nimrod harus melakukannya secara rahasia. Nimrod disembah,
tetapi hal itu dilakukan dengan menggunakan berbagai nama.
Nimrod/Saturnus dalam bentuknya yang beragam telah
menjadi “dewa tersembunyi”; “dewa penasihat yang tersembunyi”;
sang “penasihat rahasia,” dan “yang tersembunyi”(24).
Saturnus sebagai seorang dewa, bersama dengan hari
ibadahnya, bermula dari masa setelah air bah dan yang puncaknya pada saat
pemberontakan yang berani melawan surga di Menara Babel. Ketika Yahuwah
mengacaukan bahasa para pemberontak itu(25) dan mereka disebar untuk
mendiami berbagai belahan bumi, agama berhala yang memuliakan Nimrod sebagai
dewa ikut bersama dengan mereka. Sementara penyembahan berhala ini memasuki tahapan
baru, yaitu tahap”tersembunyi”, pengenalan dari tanda kemurtadan
dasar yang kotor ini masih tetap ada dan terus menjadi godaan bagi umat
Yahuwah, dan memimpin mereka ke dalam penyembahan berhala. Dasar dari
pemberontakan seperti ini yang telah dilakukan dari sejak zaman kuno tetap
dipertahankan dengan kuat hari ini di dalam Sabat hari ketujuh palsu, yaitu: hari
Sabtu.
Kronos, dewa orang Yunani, dan Saturnus, dewa orang
Roma, adalah dewa yang sama(26). Sebagai dewa panen, dia biasanya
digambarkan sebagai pemegang sabit. Kronos/Saturnus adalah juga merupakan dewa
waktu(27) dan karena itu dia juga sering terlihat memegang bayi(28).
Hari suci utama dewa Saturnus adalah Saturnalia. Pada bulan Desember, jalur
matahari masih berada di langit selatan selama lima hari. Para imam zaman dulu
mengatakan kepada para penganut takhayul bahwa matahari sedang sekarat dan
harus disenangkan dengan pengorbanan yang mahal. Saturnus, sebagai dewa waktu, adalah
tempat memohon untuk melanjutkan
waktu. Orang-orang ini dipaksa untuk mempersembahkan
hal yang paling berharga bagi mereka, yaitu anak-anak mereka, demi
memperpanjang waktu. Saturnus, sang dewa waktu dan dewa panen, menuai hasil panen
jiwa manusianya di dalam tubuh anak-anak kecil yang dibakar.
Dalam kisah mitologi, Kronos memakan anaknya
sendiri. Oleh karena itu, pengorbanan yang tepat yang dapat digunakan untuk
menenangkan Kronos adalah, tentu saja, anak-anak. Walaupun terindikasi bahwa
persembahan anak ini bukanlah ritual harian, namun itu pasti terjadi pada
saat-saat bahaya nasional seperti kelaparan atau perang. Para korban umumnya terbungkus
rapat (untuk mencegah orang tua melihat ketika giliran anak mereka tiba) dan
musik keras dengan gendang dimainkan untuk meredam setiap teriakan yang dapat
didengar. Carthage adalah kota yang secara khusus terkenal karena pengorbanan
anak. “Upacara khusus selama krisis ekstrim mengorbankan hingga 200
anak-anak dari keluarga yang sangat makmur dan kuat untuk dibunuh dan
dilemparkan ke dalam tumpukan kayu bakar yang terbakar. Selama krisis politik tahun
310 SM, sekitar 500 anak yang mati”(29). “Saturnus telah
menjadi juara berhala di Afrika. . . menjadi Baal-Hammon di Carthage Fenisia, kepada
dia pengorbanan anak dilakukan, diungkapkan oleh penemuan di Tofet, atau tempat
pengorbanan terbuka di kota tua Punic”(30). “Dewa pemenang
agama berhala di Afrika Utara adalah Saturnus, yang adalah dewa yang disamakan
dengan dewa Fenisia Baal-Hammon. Dewa kesuburan, Baal-Saturnus. . . tetap
meminta pengorbanan yang kejam”(31).
Bangsa Romawi berhenti mempersembahkan pengorbanan
manusia lebih awal(32) dan Senat secara resmi melarang praktek itu
pada tahun 97 SM(33). Namun, darah masih tumpah melalui para gladiator
selama perayaan Saturnalia(34). “Pertunjukan gladiator telah
dikhususkan” untuk Saturnus(35). Ausonius menyatakan bahwa
“gelanggang itu mengklaim gladiatornya untuknya sendiri, ketika pada akhir
Desember mereka menyenangkan hati Putra Surga sang pembawa-sabit dengan darah
mereka”(36). Fakta bahwa para gladiator itu sendiri menyadari
bahwa mereka dikorbankan bagi dewa haus-darah ini ditegaskan oleh Justus
Lipsius, ketika mengomentari kutipan Ausonius’: “Di situ anda akan
mengamati dua hal, yaitu bahwa para gladiator bertempur pada saat Saturnalia,
dan bahwa tujuan mereka melakukannya adalah untuk memenuhi permintaan dan
menyenangkan hati Saturnus”(37).
Prinsip yang ada di dalam pertunjukan [gladiator]
ini adalah sangat sama dengan prinsip yang mempengaruhi para imam Baal. Mereka merayakannya sebagai korban untuk
menyenangkannya. . . dalam terang sejarah yang sesungguhnya dari sejarah
Saturnus ini, kita menemukan alasan yang sangat memuaskan kebiasaan orang barbar
ini ketika sekumpulan laki-laki yang banyak “dibantai pada hari raya
Romawi”. Ketika diingat bahwa Saturnus [Nimrod] sendiri telah dimutilasi, adalah
mudah untuk melihat bagaimana ide ini kemudian muncul dengan mempersembahkan sebuah
korban penyambutan kepadanya dengan membuat para pria saling memutilasi satu
sama lain pada hari ulang tahunnya, cara menyenangkannya ini adalah kesukaannya(38).
Pada kalender moderen, tanggal 21 Desember adalah
titik balik matahari musim dingin, atau hari terpendek dari tahun di belahan
bumi utara. Namun, pada kalender Julian mula-mula, titik balik matahari musim
dingin jatuh pada tanggal 25 Desember(39,40). Bangsa Romawi menyebutnyaBrumalia yang berasal dari kata
bahasa Latin, Bruma, yang berarti:
pendek. Pada tanggal 25 Desember diadakan hari raya Sol Invictus, setelah hari itu, hari mulai menjadi panjang kembali.
Bangsa Romawi kemudian menyebut hari ini sebagai “hari kelahiran
Invincible Sun” atau hari natal
Solis Invicti(41). Saturnalia segera mendahului Brumalia dan itu
adalah waktu untuk membuat perayaan yang meriah.
Berbagai perayaan kuno ini yang menghormati
Nimrod/Saturnus dan Tammuz selama Saturnalia dan budayanya yang sama telah
diserap ke dalam perayaan Natal modern(42). Perayaan ini meliputi: natal
dua belas hari, menyisakan makanan kecil dan sesuatu yang menyenangkan di malam
hari, “minuman” hari raya di dalam sebuah wadah pesta yang spesial, pohon natal
dihias dengan lampu-lampu (lampu-lampu ini awalnya adalah lilin-lilin yang
dibuat dari lemak mayat anak yang dijadikan persembahan korban bakaran), pohon
natal yang digantungi bola-bola (dulunya adalah kepala-kepala yang dipenggal
dari para korban persembahan) yang diberi makhota bintang, berpesta dengan
membuat suara yang ribut, bertukar hadiah, kayu bakar natal, perjamuan, berciuman
dibawah daun misletoe, “angsa natal”; kue-kue natal; daging kepala babi/paha babi sebagai
hidangan utama makan malam natal, buah berry Suci (makanan para dewa), dahan
evergreen, bernyanyi, lilin-lilin “kedatangan”, menggambar bayi-Kristus
(sebenarnya adalah Tammuz, mesias orang Babel) kartu-kartu natal (sebuah evolusi
moderen dalam menyampaikan ucapan selamat dan berkat hari raya), dll. Bahkan
citra Bapa Natal/Santa Claus memiliki kemiripan yang mencolok dengan Saturnus:
seorang pria tua, dengan jenggot panjang, yang dikelilingi oleh anak-anak.
Gambaran Saturnus: seorang manusia tua yang jahat, yang
menuntut pengorbanan-anak, hidup dalam masyarakat moderen dalam bentuk dua jenis
penyamaran lagi. Setiap bulan Desember, Saturnus, sang dewa waktu, muncul
kembali sebagai “Bapa Waktu Tua”. Korban-anaknya adalah Bayi Tahun
Baru. Perhatikan bahwa dalam kartun moderen dari Sang Bapa Waktu Tua bersama dengan
Bayi Tahun Baru, semua karakteristik Saturnus ada di sana: sabit, jam, sebagai
simbol waktu, dan, tentu saja, korban-anaknya. Senyum di balik jenggot Sang Bapa
Waktu yang membuatnya terlihat seperti orang menyenangkan yang tidak bersalah:
simbol yang tidak mengandung tanda-tanda kejahatan, hanya sebuah cara yang
menyenangkan untuk menggambarkan berlalunya waktu.
Sebuah gambaran yang jauh lebih dingin dari Sang Bapa
Waktu dengan Bayi Tahun Baru dapat ditemukan dalam ilustrasi dari abad ke-19
ini. Sang Bapa Waktu/Saturnus, sebagai dewa Waktu, berdiri di depan sebuah jam
besar, memegang sabit. Tahun 1886-1888, yang telah berlalu digambarkan sebagai
tubuh dewasa yang dibungkus dengan kain kafan. Tahun Baru 1889, akan datang
sebagai seorang anak kecil. Walaupun gambarnya cukup gelap, cahaya dari api menerangi
anak laki-laki kecil itu sementara di kedua sisinya terdapat asap yang berputar
dari api yang menyala di kakinya (di bawah ini adalah tampilan dari gambar itu).
Perhatikan bahwa tahun baru masih akan datang, 1890 -1892, digambarkan sebagai
korban dari pengorbanan anak itu, yang semuanya terselubung kain tebal. Semua
elemen aneh dari dewa yang mengerikan ini terkandung dalam satu ilustarasi
“tanpa dosa” ini.
Cara lain yang menggambarkan Saturnus dalam
masyarakat moderen adalah sebagai Malaikat Maut. Malaikat Maut biasanya hanya
terlihat di sekitar perayaan Halloween. Ia secara luas dipahami sebagai sebuah simbol
dari kematian itu sendiri. Sangat sedikit, jika ada, dalam masyarakat moderen orang
yang telah mengenali baik Malaikat Maut maupun Sang Bapa Waktu Tua kaitannya
dengan dewa yang paling jahat, dan paling kejam dari seluruh dewa ini. Namun, orang-orang
zaman dulu akan segera mengenali keduanya sebagai Saturnus karena lambang yang menjadi
tanda pengenal Saturnus adalah sama dengan tanda pengenal dari Sang Bapa Waktu
Tua dan Malaikat Maut: sabit dan sesuatu untuk menandai berlalunya waktu.
Karena Kekristenan telah diserap ke dalam
penyembahan berhala Roma, baik Kekristenan maupun agama berhala telah
digabungkan untuk membentuk agama gabungan baru. Agama baru ini, yang dipimpin
oleh kepausan, mempertahankan perayaan kafir, yang sekarang dikristenkan dengan
nama “kristen” yang baru. Kekristenan dengan sangat cepat membenamkan dirinya
dalam agama berhala yang tidak mengubah
praktek-praktek keagamaannya. Pada awal abad ketiga, Tertullian menyesalkan
begitu cepatnya orang-orang Kristen pada zamannya melepaskan iman yang murni
mereka sementara orang-orang kafir tetap sangat setia pada agama mereka:
Oleh kita yang masih asing dengan hari-hari Sabat,
dan bulan-bulan baru, dan perayaan-perayaan, yang berkenan kepada Tuhan,
Saturnalia, perayaan Januari, Brumalia,
dan Matronalia, sering kita kunjungi; hadiah yang dibawa ke sana kemari, hadiah-hadiah
hari tahun baru yang dibuat dengan meriah, dan olahraga dan perjamuan dirayakan
dengan keributan; oh, betapa lebihnya lagi orang-orang beriman harus bertindak seperti orang kafir terhadap
agama mereka, yang dengan seksama
untuk tidak mengadopsi kesakralan orang-orang Kristen(43).
Ini adalah kutipan menarik karena ibadah agama
bergantung pada kalender yang mereka gunakan untuk menetapkan kapan harus
merayakannya. Tertullian sudah merinci daftar hari-hari suci pada kalender luni-solar
Sang Pencipta: hari-hari Sabat, bulan baru, dan perayaan tahunan. Dia
menyatakan bahwa perayaan ini adalah berkenan kepada Yahuwah, sambil meratapi
kenyataan bahwa mereka telah menyerah pada hari-hari raya kafir, yang
ditetapkan dengan kalender kafir, kalender Julian!
Seorang tukang roti menggabungkan ragi dengan adonan
untuk membuat roti. Hasilnya, adalah roti, yang tidak menyerupai baik ragi maupun
adonan. Ini adalah produk baru yang terbuat dari keduanya. Dengan cara ini,
penggabungan agama berhala dengan agama Kristen telah mengalir melalui Gereja
kepausan dan sekarang menembus ke dalam semua denominasi Kristen. Kesalehan kerasulan
murni adalah sesuatu hal dari masa lalu, seperti agama berhala asli dari orang-orang
zaman dulu. Namun, produk dari persekutuan
yang rusak ini terlihat dalam kekristenan zaman sekarang. Hasil akhir barunya
adalah “Kristen Babel”.
Ada banyak alasan yang diberikan oleh orang-orang Kristen
Babel konservatif yang berhati tulus hari ini untuk menyatu dengan hari-hari
raya kafir yang memuliakan Saturnus.
- “Natal merupakan waktu yang
sangat bagus untuk berkumpul bersama keluarga. Kita terlalu sibuk sepanjang
tahun dan hanya inilah kesempatan kita berkumpul bersama.” - “Natal adalah waktu yang
sangat baik untuk bersaksi! Orang-orang menjadi lebih terbuka pada waktu
seperti ini jadi saya menggunakan kesempatan ini untuk berbagi mengenai Kristus
bagi sesama saya.” - Natal adalah satu-satunya
hari raya yang benar-benar fokus pada Yesus! - “Natal sangat
menyenangkan! Apa yang salah dengan itu? “ - “Natal adalah
satu-satunya kesempatan saya untuk benar-benar menunjukkan penghargaan saya
kepada orang-orang yang penting bagi saya.” - “Saya tahu bahwa Yesus tidak benar-benar
lahir pada saat itu, tidak ada masalah buat saya.”
Orang-orang kafir tidak mengenal Eloah sejati dari
Surga. Mereka melakukan perayaan ini untuk menghormati Nimrod karena mereka
tidak mengetahui hal lain yang lebih baik. Dapatkah orang-orang Kristen saat
ini membuat pengakuan yang sama? Alkitab mengajarkan bahwa “Yahuwah tidak
algi memandang zaman kebodohan ini; tapi sekarang memerintahkan agar semua orang di setiap tempat untuk bertobat“(44).
Untuk mengenali bahwa Natal adalah perayaan
kafir, untuk mengenali bahwa perayaan moderen ini sama dengan perayaan zaman
dulu yang memuliakan Saturnus/Nimrod, namun untuk mengklaim pembebasan dari
dosa setelah mengetahui semua hal-hal
ini, adalah sangat tidak konsisten.
Ada banyak orang Kristen yang taat yang tidak
merayakan Paskah Easter atau Natal karena asal-usul keduanya berasal dari agama
berhala. Ada orang lain yang tidak merayakan ulang tahunnya karena mereka tahu
bahwa perayaan ulang tahun seseorang adalah hari perayaan setan tertinggi setiap
tahun (45). Namun, melalui ketidaktahuan orang-orang yang tulus ini
juga beribadah pada hari-hari suci kafir lainnya. Tidak peduli apakah hari
dalam setiap minggu itu adalah hari pertama
atau hari ketujuh; jika kalender kafir
yang digunakan untuk melacak waktu, maka itu menentukan hari-hari ibadah para penyembah berhala.
Penipuan yang sangat kuat adalah penipuan yang paling
dekat dengan kebenaran. Hari Sabtu, hari ketujuh dalam kalender kafir
diasumsikan sebagai hari Sabat Alkitab, tetapi bukan itu. Dalam pemutar-balikan
yang rumit, Setan telah menjadikan hari Minggu sebagai Hari Ibadah Palsu.
Tujuan dari penipuan ganda ini adalah untuk menipu semua orang yang benar-benar
ingin menghormati Sang Pencipta mereka baik dengan beribadah pada “Hari
Tuhan” atau pada Sabat hari ketujuh. Dengan cara ini, perhatian dialihkan
dari fakta bahwa hari Sabtu itu sendiri
adalah hari ibadah palsu yang memuliakan dewa paling kejam, dan paling haus
darah dari semua dewa: Saturnus. Kemuliaan dan peribadatan telah dicuri dari
Sang Pencipta dan diberikan kepada musuh-Nya.
Artikel
Terkait:
(1) Frank W. Abagnale, Jr. dan Stan Redding, Catch
Me If You Can: The Amazing and True Story of the Youngest and Most Daring Con
Man in the History of Fun and Profit,(New York: Broadway Books, 1980).
(2) Dewa Waktu.
(3) Dewa pertanian/panen.
(4) Alexander Hislop, The Two Babylons:
The Papal Worship Proved to be the Worship of Nimrod and His Wife, (New
Jersey: Loizeaux Brothers, Inc., 1959), hal. 31-32.
(5) “Baal,” Encyclopedia Britannica,
Sixth edition, (Edinburgh: Archibald Constable and Co., 1823) Vol. III, hal.
294. Karena Baal adalah juga sebuah gelar yang berarti tuan atau guru, nama
ini juga sering dikaitkan dengan nama-nama lain: seperti: Baal-Berith,
Baal-Peor, Baal-Zebub, dll.
(6) Kejadian 10:8 dan 9
(7) Hislop, op cit., hal. 32,
304.
(8) Johann D. Fuss, Roman Antiquities,
(Oxford: D. A. Talboys, 1840), hal. 359.
(9) Hislop, op. cit., hal. 239; lihat
juga, Aurelius Victor, Origo Gentis Romanæ, (Utrecht, 1696) psl.
3.
(10) Berbagai sejarawan mempertanyakan keaslian dari
sumber Viterbo dari dokumen Annius ini terutama karena dokumen-dokumen ini
belum diverifikasi sebelum kematiannya. Dia meninggal hanya empat tahun setelah
buku Antiquities-nya diterbitkan dan sumber
dokumen-dokumennya belum perna ditemukan. Lihat juga, Richard Lynche, An
Historical Treatise of the Travels of Noah into Europe, diterbitkan pada tahun
1601 dan sebagian didasarkan pada karya Annius.
(11) Lihat Wahyu 17:1-5.
(12) Wahyu 17:9.
(13) Hislop, op. cit., hal. 2.
Propertius menggambarkan Roma sebagai “Kota Megah diatas tujuh gunung, yang
memerintah seluruh dunia.” (Lib. iii. Elegy 9, Utrecht, 1659, hal.
721.) Lihat juga Virgil, Georg., lib. ii. v. 534, 535;
Horace, Carmen Seculare, v. 7, hal. 497; juga, Martial: “Septem
dominos montes,” lib. iv. Ep. 64, hal. 254.
(14) Lihat Sejarahwan Babilonia, Berosus; lihat
juga catatan orang-orang Mesir mengenai kematian Osiris (Nimrod-nya orang Mesir)
ditangan Sem (Shem).
(15) Aurelius Victor,op. cit.
(16) Plutarch (di Hist. Numæ, Vol. I, hal. 65)
menyatakan, bahwa Numa melarang pembuatan patung, dan untuk 170 tahun setelah
berdirinya Roma, tidak ada patung yang diperbolehkan ada di dalam kuil-kuil
Romawi.
(17) Hislop, op. cit., hal. 239.
(18) Mengacu pada saat Aeneas mengatakan telah
mengunjungi raja Italia kuno, Virgil mengatakan: “Then saw two heaps of ruins; once
they stood/Two stately towns on either side the flood/Saturnia and
Janicula’s remains/And either place the founder’s name retains.” (Ænid,
lib. Viii. II. 467-470, Vol. III, hal. 608, penekanan diberikan.)
(19) Lihat Hislop, op. cit., hal. 63; lihat
juga Maimonides, More Nevochim [Moreh Nevuchim].
(20) Elohim, adalah Nama dari Sang Pencipta yang
sejati, Nama ini adalah bersifat jamak. Oleh karena itu, kekuatan “Dewa-dewa”
dan “Tuhan” akan dinyatakan dengan istilah yang sama.
(21) Sir John Gardner Wilkinson, The
Manners and Customs of the Ancient Egyptians, (London, 1837-1841), Vol. V,
hal. 17.
(22) Hislop, op. cit.
(23) Berbagai cerita tentang meninggalnya Nimrod karena
sebuah kekerasan yang mematikan muncul dengan nama-nama yang berbeda. Namun,
“orang-orang kafir sudah terbiasa menyembah dewa yang sama dengan nama
yang berbeda” (Hislop, op. Cit., Hlm. 123). Berbagai sarjana mampu
menunjukkan bahwa dewa ini memiliki karakteristik yang sama, bahkan dalam
etimologi nama-nama mereka. Lihat Hyginus, Fabulæ, 132 and 184, hal.
109, 138; Strabo, lib. X, hal. 453; Appoldorus, Bibliotheca, lib.
i. cap. 3 dan 7, hal. 17; Ludovicus Vives, Commentary on Augustine,
lib. VI, chap. IX. Note, hal. 239, seperti dikutip dalam Hislop, hal. 55 dan
56.
(24) Hislop, op. cit. hal.
41. Lihat juga Virgil, Ænid, lib. Viii and Ovid, Fasti,lib.
i.
(25) Kejadian 11:7-9
(26) Hislop, op. cit., pp. 31-35;
“Saturn”, Ecyclopedia Britannica; “Saturnus, Saturnalia,” The
Oxford Classical Dictionary, (Oxford: Oxford University Press, 1979), hal.
955-956.
(27) “Kaitan antara matahari dan Saturnus
mungkin timbul dari keduanya yang diambil sebagai simbol waktu. Kembalinya
matahari ke awal rasi bintang menandai selesainya tahun. Saturnus, adalah yang bergerak
paling lambat dari semua benda-benda langit, menyelesaikan revolusinya. . .
dalam kurun waktu sekitar 30 tahun, sebuah umur dewasa dari manusia. Oleh
karena itu, Saturnus terasa aneh menjadi simbol Waktu, dan karena waktu, takdir”
(The International Standard Bible Encyclopedia, James Orr, gen.
ed., [The Howard-Severance Co., 1915], Vol. I, hal. 298.)
(28) Fuss, op. cit., hal. 359-360.
(29) Roy Decker, Religion of Carthage,
“Human Sacrifice.”
(30) Quodvoltdeus of Carthage, translation
and commentaries, Thomas Macy Finn, (New Jersey: The Newman Press, 2004), hal.
14.
(31) s.d.a., hal. 115.
(32) Walaupun sebagai orang barbar, orang-orang Roma sangat
menyukai pengorbanan manusia, namun ada,
kasus tertentu dari pengorbanan manusia yang terjadi hingga akhir 216 dan 113
SM. Pengorbanan manusia lainnya disebut oleh Livy (2.42) dan Pliny the Younger
(Epistle,4.11) tampaknya menunjukkan bahwa apa pun “alasan” resmi
untuk “menghukum,” pada kenyataannya pengorbanan ini bertujuan untuk
menenangkan para dewa karena pertanda buruk itu.
(33) Robert Drews, “Pontiffs, Prodigies, and the
Disappearance of the Annales Maximi,”Classical Philology,
Vol. 83, no. 4 (Oct., 1988), hal. 289-299.
(34) Walaupun Saturnalia sedianya digelar pada tanggal
17 Desember, namun perilaku liar yang terkait dengan hari raya populer ini
sejak awal menyebabkan perpanjangan waktu perayaan, dari satu hari menjadi dua
hari, kemudian tiga, dan lima hari. Pada masa Cicero, Saturnalia berlangsung
selama tujuh hari.
(35) Fuss, op. cit., 359.
36) Ausonius, Eclog. i. p. 156, dikutip
dalam Hislop, op. cit., hal. 153.
(37) Lipsius, tom. ii. Saturnalia Sermonum
Libri Duo, Qui De Gladiatoribus, lib. i. cap. 5 seperti yang dikutip di
dalam Hislop, s.d.a.
(38) s.d.a.
(39) VIII Kal. Ian, atau delapan hari sebelum tanggal satu
Januari: yaitu, tanggal 25 Desember ketika dihitung secara inklusif seperti yang
dilakukan oleh orang Roma. Tetua Pliny menyatakan bahwa
titik balik matahari musim dingin (Bruma)
dimulai pada tingkat kedelapan Capricorn, delapan hari sebelum hari pertama pada
bulan Januari: “horae nunc in omni accessione aequinoctiales, non
cuiuscumque die significantur —omnesque eae differentiae fiunt in octavis
partibus signorum, bruma capricorni a. d. VIII kal. Ian.” (Lihat Naturalis
Historia, Lib. 18, 221.)
(40) “Waktu dari Kelahiran dan Kasih Kristus.
. . yang kurang dianggap oleh orang-orang
Kristen dari abad pertama. Mereka yang mulai pertama untuk merayakannya,
menempatkannya pada periode penghujung tahun; ketika Perawan Maria menerima kabar sukacita, pada
tanggal 25 Maret, yang ketika Julius
Caesar mengoreksi kalender adalah titik balik matahari musim semi. . . dan
kelahiran Kristus di titik balik matahari musim dingin, tanggal 25 Desember,. . . dan karena titik balik
matahari berpindah pada masa itu dari tanggal 25 Desember, kemudian ke tanggal 24, ke tanggal 23, ke tanggal 22, dan
mundur seterusnya.” (Sir Isaac Newton,Observations Upon the Prophecies
of Daniel and the Apocalypse of St. John, 1733, Part I, Ch. XI, hal. 144, penekanan
dan ejaan asli.)
(41) Lihat Chronography of AD 354 dimana
VIII Kal. Jan. tunjuk sebagai “hari kelahiran Invincible Sun” (dies natalis
Solis Invicti).
(42) Untuk lebih spesifiknya mengenai ritus
Saturnalia dan bagaimana hal itu sekarang telah dianut oleh semua orang Kristen,
lihat Hislop, op. cit., “Christmas and Lady-Day,” hal. 91-103.
(43) Tertullian, De Idolatria, c. 14,
Vol. I, p. 682 seperti yang dikutip daalam Hislop, op. cit., hal.
93, penekanan asli.
(44) Kisah Para Rasul 17:30, penekanan diberikan.
(45) “Setelah hari ulang tahun seseorang, dua hari
raya besar setan yang lain adalah Walpurgisnacht [1 Mei] and Halloween.”
Anton S. LaVey, The Satanic Bible, (New York: HarperCollins
Publishers, Inc., 1992), hal. 96.