Letnan Kolonel John Patterson memiliki pekerjaan
yang harus dilakukan. Perjuangan untuk menyelesaikan Jalan Kereta rute Uganda-Mombasa
berjalan dengan baik. Pekerjaan John adalah untuk membangun sebuah jembatan di
atas Sungai Tsavo. Sebagai seorang pria yang senang berburu binatang besar,
John mengharapkan kemungkinan untuk dapat mengantongi beberapa piala ketika
sedang ditempatkan di sana. Sambil mengamati rumah barunya yang menyenangkan suatu
malam di bulan Maret pada tahun 1898, dia kurang menyadari bahwa di dekatnya
ada kehadiran sesuatu yang menyeramkan, makhluk jahat, yang bersembunyi menjelang
malam gelap.
Beberapa hari setelah kedatangannya, dua pekerja
terbaiknya menghilang. Mereka adalah yang pertama dari banyak orang. Tiga
minggu kemudian, John terbangun dengan sebuah berita bahwa salah satu pegawai
India-nya, Ungan Singh, telah dibunuh. Pada malam itu seekor singa terlihat mengulurkan
kepalanya melalui pintu tenda Singh. Singa itu menangkap leher Singh lalu menyeretnya
dan memakan dia. John dengan cepat mengatur rencana untuk memburu binatang itu,
karena sekali singa merasakan darah manusia, ia akan ketagihan. Namun, segala
sesuatu yang dia coba, gagal. Semakin banyak teriakan orang yang diseret dari
tenda-tenda mereka di malam hari menjadi makanan singa.
Atas semua kengerian ini, dengan cepat menjadi jelas
bahwa bukan hanya satu, tapi ada dua singa yang bekerja sama! Selama sembilan
bulan yang panjang, singa-singa ini menjadi ancaman tetap bagi semua orang yang
bekerja di perusahaan kereta api itu. Seiring waktu berlalu, singa-singa
menjadi semakin berani.1 Para pekerja India mulai khawatir bahwa binatang
ini bukanlah hanya sekedar hewan, tetapi setan. Memang, kemampuan luar biasa
mereka untuk menghindari penyergapan dan perangkap, dalam senyap menembus pelindung
yang kuat, mengabaikan hewan hidup dan menolak umpan beracun yang disediakan
bagi mereka, mendukung asumsi pekerja India ini.2
Pada awalnya mereka [singa-singa itu] tidak selalu
berhasil dalam usaha mereka untuk membawa lari korban, namun seiring
berjalannya waktu ketika mereka berhenti dan tidak mendapat apa-apa, mereka
menjadi semakin berani menerjang bahaya untuk mendapatkan makanan favorit
mereka. Teknik mereka kemudian menjadi begitu luar biasa, dan mereka menguntit
orang-orang dengan sangat baik dan tepat waktu dan begitu yakin akan sukses, sehingga
para pekerja menjadi sangat yakin bahwa mereka sama sekali bukan binatang
nyata, tetapi mereka adalah setan dalam bentuk singa. . . Mereka juga sangat
menunjukkan, memiliki sekolah yang hebat dan luar biasa untuk mencari tahu
rencana kami sebelumnya, sehingga tidak peduli bagaimana caranya atau bagaimana
menggodanya tempat kami berbaring menunggu mereka, mereka selalu menghindari
tempat tertentu dan menangkap korban mereka untuk malam itu dari beberapa kamp yang
lain. . . tidak ada yang bisa mengacaukan atau menakuti mereka sedikitpun, dan selain
sebagai makanan mereka sangat memandang remeh manusia. Setelah menandai korbannya,
mereka tidak akan membiarkan apapun mencegah mereka mengambil korbannya, apakah
korbannya itu dilindungi oleh pagar tebal, atau di dalam tenda tertutup, atau
duduk memutari api unggun. Tembakan-tembakan, teriakan dan obor-obor bagi
singa-singa itu hanya serupa ejekan.3
Singa-singa itu telah begitu berani sehingga mereka
berhenti menyeret korbannya ketempat yang jauh, tetapi memakan mereka dari
tempat yang masih dapat didengar oleh mereka yang selamat. Puncak dari teror
ini terjadi pada bulan Desember ketika pekerjaan pada rel kereta api itu
terhenti selama tiga minggu.
![]() |
Salah satu singa pemakan-manusia dari Tsavo. |
Satu pemburu binatang besar berpengalaman yang disewa
untuk membunuh singa itu dibunuh sendiri oleh binatang yang tidak lagi memiliki
rasa takut kepada manusia itu. Akhirnya, setelah hampir kehilangan nyawanya
sendiri dalam usaha itu, John Patterson membunuh singa pemakan manusia pertama.
“Hadiah itu memang salah satu yang bisa dibanggakan, panjangnya dari ujung
hidung hingga ujung ekor sembilan kaki delapan inci, ketika berdiri tiga kaki
sembilan inci tingginya, dan butuh delapan orang untuk membawa dia kembali ke perkemahan.”4
Beberapa minggu kemudian, singa kedua berhasil dibunuh. “Ia mengukur
sembilan kaki enam inci dari ujung hidung hingga ujung ekor, dan berdiri tiga
kaki sebelas setengah inci tingginya.”5 Dengan itu berakhirlah
mimpi buruk yang kejam itu yang telah merenggut nyawa tidak kurang dari 35 jiwa.6
Ada hal mendasar yang menakutkan mengenai kehadiran sesuatu
yang menyeramkan, kuat, cerdas dan jahat, yang mengintai tepat di dekat
pandangan anda. Anda tidak bisa melihat penampakannya dengan jelas, tetapi anda
tahu bahwa itu ada: hanya nampak sekilas, sekedar bayangan perasaan bahwa anda
berada dalam bahaya. Begitulah pengalaman para pembangun rel kereta api yang berhadapan
dengan singa pemakan manusia di Tsavo. Seseorang hanya bisa membayangkan kuatnya
emosi dan ketegangan, dengan mengetahui bahwa sesuatu yang jahat itu
berkeliaran di dekatnya, cerdas, sabar menunggu kesempatan untuk bisa membunuh
lagi.
Tapi untuk kepentingan ilustrasi, mari kita sedikit
memutari fakta ini. Misalkan Letnan Kolonel Patterson, dalam sebuah usaha putus
asanya untuk menemukan singa-singa pemakan-manusia dan untuk melindungi anak
buahnya, menghubungi penduduk lokal dengan singa-singa terlatihnya yang
terkenal: singa-singa yang telah dilatih untuk memburu dan membunuh singa-singayang lain. Misalkan Patterson menyewa
penduduk lokal itu untuk membawa binatang jinaknya, singa-singa yang terlatih itu
ke perkemahan. Setelah kekagetan dan kegelisahan sebelumnya, para pekerja akan mulai
santai ketika mereka melihat bagaimana lembut dan ramahnya singa-singa peliharaan
itu. Para pekerja berteman dengan singa-pengawal mereka: memelihara mereka, menidurkan
mereka, memberinya makan pada jam makan, dan menerima mereka sebagai bagian
penting dari kehidupan perkemahan. Singa-singa jinak itu tidak memiliki harapan
untuk berhasil melacak singa-singa liar pemakan-manusia, tetapi mereka
tampaknya menakut-nakuti singa-singa liar itu pergi.
Namun, setelah beberapa minggu yang tenang, singa-singa
pemakan-manusia itu menyerang lagi, dan lagi dan terus lagi; selalu dengan
kesadaran luar biasa mengetahui letak perangkap dipasang. Kenyataan mengerikan
akhirnya disadari bahwa teman-teman hewan mereka, singa-singa yang
“terlatih, lembut” yang sebenarnya bertanggung jawab atas kematian
para pekerja yang mengerikan. Ketika berfokus pada bahaya, mereka sebenarnya
telah membawa ancaman mematikan langsung ke perkemahan.
Pada titik mana orang-orang yang membuat rel kereta
api ini berada dalam bahaya? Ketika mereka hidup di ujung pisau ketegangan itu,
meringkuk di tenda, menggigil di balik pelindung, ketika menyadari bahwa ada singa
pemakan-manusia jahat sedang menguntit di perkemahan? Atau ketika mereka
menyambut singa-singa pemakan-manusia datang ke perkemahan, menganggap mereka tidak
berbahaya, memelihara dan memberi mereka makan, dan semua orang tidak menyadari
bahwa singa-singa itulah pemakan-manusia
itu sendiri yang ada disekitar orang-orang yang menikmati perlindungan mereka?
Ini bukan sekadar sebuah spekulasi belaka. Sebaliknya hal seperti ini telah terjadi dalam skala yang lebih besar,
tidak ada seorang pun yang pernah memandang jauh
ke depan, atau mempelajarinya lebih dalam
untuk mengenalinya.
Singa-singa Babel yang secara terbuka mengintai perkemahan
Kekristenan telah menjadi singa-singa yang beribadah di hari Minggu. Pemelihara
Sabat Sabtu, telah yakin dengan kesadarannya untuk beribadah pada hari ketujuh
dalam setiap minggu, telah berfokus keluar;
dan adalah bahaya untuk mempercayai
bahwa ada orang, paus atau yang lainnya, yang memiliki kekuatan untuk mengubah
hukum abadi dari satu-satu-Nya Eloah yang sejati. Adalah baik bahwa bahaya
kebohongan ini akan terungkap. Namun, ada bahaya yang jauh lebih besar dari itu.
Ini lebih jahat, lebih efektif karena tidak diakui sebagai bahaya. Hal ini
tersembunyi di depan mata. “Singa-singa peliharaan” yang telah dianggap
tidak berbahaya yaitu hari Sabtu, jantung
yang sebenarnya dari Misteri Babel.
Seperti para pekerja di Rel Kereta rute Uganda-Mombasa
dalam kisah ubahan yang telah fokus pada singa-singa di luar, sambil mengabaikan bahaya dari singa-singa yang “dijinakkan”
di tengah-tengah mereka, dewa dari hari Sabtu telah disembunyikan. Ketika
Nimrod/Saturnus dibunuh karena penyembahan berhala, itu sangat mengguncang
semua orang yang telah menghormati dia karena dia memiliki kekuatan yang luar
biasa. Bahwa seorang raksasa seperti dia bisa dibunuh, dan dengan cara yang sedemikian
mengerikan, telah menjadikan penyembahan berhala menjadi tersembuyi.7
Sekarang ketika Shem telah begitu kuat membentuk
dalam pikiran orang-orang untuk mendorong mereka membuat sebuah contoh buruk
dari si Murtad besar, dan ketika bagian-bagian tubuh dari si murtad itu
dipotong-potong dan dikirim ke kota-kota utama, tempat di mana sistemnya telah
didirikan tanpa keraguan disitu, maka akan dengan mudah dirasakan bahwa, dalam
situasi seperti ini, jika penyembahan berhala akan dilanjutkan – jika, di atas
semuanya, penyembahan berhala ini akan mengambil langkah maju, maka tidak ada
jalan lain selain dijalankan secara rahasia. Teror pada sebuah pembunuhan, yang
telah dijatuhkan pada seseorang yang begitu perkasa seperti Nimrod, membuat kebutuhan
itu, setidaknya untuk beberapa waktu ke depan, dengan sangat hati-hati harus
digunakan. Dalam keadaan ini, maka, mulailah,. . . sistem “Misteri”
itu, yang, menjadikan Babel sebagai pusatnya, tersebar ke seluruh dunia. Dalam
Misteri ini, di bawah meterai kerahasiaan dan sebuah sumpah suci, dan melalui
semua sumber-sumber daya sihir yang produktif, orang-orang secara bertahap
dibawa kembali ke dalam semua bentuk penyembahan berhala yang telah dipaksakan
secara terbuka, sementara hal-hal yang baru ditambahkan ke dalam penyembahan
berhala yang membuatnya menjadi lebih menghujat daripada sebelumnya.8
Beberapa orang-orang benar tidak dapat sepenuhnya menahan
aliran kemurtadan dan pemberontakan. Pembunuhan Nimrod hanya membenntuk penyembah
berhala bawah tanah sampai, pada kesempatan pertama, mereka meledak seperti semburan
besar, terus berkembang dalam kekuasaan dan pengaruh yang lebih besar,
mencemari setiap budaya dengan luapannya.
Kekristenan mula-mula kehilangan kesalehan khas aslinya
setelah penyembahan berhala diterima dan menjangkiti Kekristenan. Penggabungan Kristen
Babel baru ini, dengan Saturnus yang tersembunyi sangat dalam sebagai dasarnya,
mulai mendapatkan kekuasaan atas bentuk-bentuk yang lebih tradisional dari penyembahan
berhala pada abad keempat sesaat setelah ibukota Kekaisaran Romawi dipindahkan
dari Roma ke Konstantinopel.
Memang, dari sejak awal, Paus telah menujukkan roh
kesombongan dan ambisinya; namun, pada abad ketiga, pengakuan mereka untuk
mendapatkan penghormatan utama ditetapkan hanya pada keagungan tahta mereka, dan
menjadi seperti itu di kota kerajaan, ibukota Romawi. Namun, ketika, kursi
kerajaan dipindahkan ke Timur, dan kota Konstantinopel terancam akan menggelapkan
Roma, beberapa alasan baru untuk menjaga martabat Paus harus dicari. Alasan
baru itu ditemukan ketika, sekitar tahun 378, Paus menjadi pewaris kunci yang
menjadi simbol dari dua dewa berhala terkenal di Roma. Janus memiliki sebuah
kunci,9 dan Cybele memiliki sebuah kunci;10 dan ini
adalah dua kunci yang Paus hias di lengannya sebagai tanda dari kekuasaan
rohaninya.11
![]() |
Lambang Vatican City menampilkan kunci Janus dan Cybele, yang sekarang diklaim oleh Paus. Lambang ini juga muncul pada latar belakang putih dan emas di bendera Vatikan. |
Ini adalah langkah yang brilian. Dengan menampilkan
dirinya kepada para penyemba berhala
sebagai wakil dari Janus dan Cybele, dan dengan demikian menjadi pewaris sah
dari “kunci” mereka, paus menjamin untuk dirinya sendiri posisi
kekuasaan di antara mereka. Langkah berikutnya adalah tinggal meyakinkan
orang-orang Kristen bahwa dia adalah penerus sah dari rasul Petrus dan pemilik
sah dari “kuncinya“
Dengan demikian, meskipun martabat Roma untuk sementara
sebagai kota harus menjadi buruk, martabatnya sendiri sebagai Paus akan lebih baik
dari sebelumnya. Diatas bukti kebijakan ini dia bertindak. Beberapa waktu dibiarkan
berlalu, dan kemudian, ketika pekerjaan rahasia dari Misteri kejahatan ini telah
mempersiapkan jalan untuk itu, Paus untuk pertama kalinya melakukan pengumuman
menegaskan keutamaannya, seperti yang didasarkan pada kunci-kunci yang
diberikan kepada Petrus. Sekitar tahun 378 dia telah naik ke posisi yang
memberinya, dalam perkiraan para penyembah berhala, kekuatan kunci-kunci yang dimaksud.
Pada tahun 431, dan bukan sebelumnya, dia secara terbuka mengakui kepemilikan dari
kunci-kunci Petrus.12
Mengambil keuntungan dari orang-orang Kristen yang mudah
percaya, paus menjamin bagi dirinya sendiri posisi kekuasaan utama sebagai pemimpin
Gereja Kristen dan juga pemimpin agama penyembah berhala.
Tidak sulit untuk melihat bagaimana penyembah
berhala akan bersatu mengelilingi paus dan semuanya menjadi lebih mudah ketika
mereka mendengar bahwa paus mendapatkan kekuasaannya dari kepemilikan kunci-kunci
Petrus. Kunci-kunci yang dipegang oleh paus adalah kunci-kunci “Petrus” yang
terkenal diantara para anggota penyembah berhala dalam Misteri Kasdim . . . .
ada seorang “Petrus” di Roma yang menduduki tempat tertinggi dalam keimaman penyembah berhala. Imam tersebut yang
menjelaskan Misteri kepada anggota yang kadang disebut dengan istilah Yunani,
Hierophant; tetapi dalam Kasdim primitif, bahasa yang sebenarnya dari Misteri,
gelarnya itu, sebagaimana diucapkan tanpa titik-titik, adalah “Petrus” – yaitu,
“sang penafsir.”13, 14
Imam besar misteri penyembah berhala, Penafsir Agung
yang mengajarkan rahasia tersembunyi kepada para anggota sampai tingkat
tertinggi secara alami dilukiskan dengan kunci Janus dan Cybele, karena dialah orang
yang menerima pengungkapan misteri ini.
Demikianlah kita dapat melihat bagaimana kunci Janus
dan Cybele kemudian dikenal sebagai kunci-kunci Petrus, “penafsir”
Misteri itu. Ya, kita memiliki bukti kuat bahwa, di dalam negara-negara yang
jauh terpisah satu dengan yang lainnya, dan jauh dari Roma, Kunci-kunci ini
dikenal oleh anggota penyembah berhala tidak hanya sebagai “Kunci-kunci
Petrus”, tetapi juga sebagai kunci-kunci Petrus yang terkait dengan Roma . . . Adanya gelar seperti itu adalah terlalu
berharga untuk diabaikan oleh kepausan . . . ketika paus datang, seperti yang
dia lakukan, ke dalam hubungan yang lebih intim dengan keimaman penyembah
berhala; ketika mereka datang pada akhirnya . . . dibawah kendalinya, apakah
yang lebih alami dari tujuan untuk tidak hanya mendamaikan penyembahan berhala
dengan Kekristenan, tetapi membuatnya tampak bahwa “Petrus-Roma” kafir, dengan kunci-kuncinya, yang artinya “Petrus
dari Roma,” dan bahwa “Petrus dari Roma”
itu adalah rasul yang olehnya Tuhan Yesus Kristus memberikan “kunci Kerajaan
Sorga”? Karenanya, dari kata-kata yang berbunyi sama tersebut, orang-orang dan
hal-hal yang dasarnya berbeda dikacaukan; dan Penyembahan berhala dengan
Kekristenan dicampur aduk bersama-sama, sehingga ambisi imam jahat yang
menjulang mungkin terpuaskan; jadi, bagi orang-orang Kristen yang buta akan
kemurtadan tersebut, Paus adalah wakil dari rasul Petrus, sedangkan untuk
anggota penyembah berhala, dia hanya wakil Petrus, penafsir Misteri terkenal
mereka.15
Gelar yang disandang Paus sangat deskriptif. Kata
“katolik” berarti “universal.” Sebagai kepala Gereja
Katolik, ia juga kepala Gereja Katolik Roma.
Rahasia ini dengan hati-hati dipelihara dalam pusat dari suatu pencampuradukan
yang saling berhubungan dari ritual-ritual, lambang-lambang, upacara-upacara
dan ritual-ritual yang merupakan identitas dewa tersembunyi itu. Dengan asumsinya
mengenai kekuasaan dalam mewarisi kunci Janus dan Cybele, paus menjadi pemimpin
yang sah dan satu-satunya dari misteri Babel. Nama dari penggabungan sistem
agama ini seperti yang diberikan dalam Alkitab adalah “Misteri
Babel.”16
Yang kita punya sekarang hanya pertanyaan mengenai
nama apa yang olehnya Nimrod dikenali sebagai dewa Misteri orang Kasdim. Nama itu. . . adalah Saturnus. Saturnus
dan Misteri adalah dua-duanya kata-kata orang Kasdim, dan keduanya adalah
istilah yang berkaitan. Karena Misteri menandakan
sistem yang tersembunyi, maka Saturnus menandakan dewa yang tersembunyi.17
Bagi mereka para pemula dewa itu telah terungkap; untuk semua yang lain dia
tersembunyi. Sekarang, nama Saturnus di Kasdim diucapkan: Satur; namun, seperti yang diketahui oleh para sarjana
kasdim, hanya terdiri dari empat huruf, itu adalah – Stur.
Nama ini mengandung dengan jelas Nubuatan angka 666.
S = 60
T =
400
U =
6
R = 200
666
Jika Paus adalah, seperti yang telah kita lihat,
wakil sah dari Saturnus, bilangan Paus itu, sebagai kepala dari Misteri
Kedurhakaan, adalah 666. Tapi lebih jauh ternyata,. . . nama asli dari Roma itu sendiri adalah
Saturnia, “kota Saturnus.” Hal ini juga dibenarkan bersama oleh Ovid,18
Pliny,19 dan oleh Aurelius Viktor.20 Dengan demikian,
maka, Paus. . . merupakan satu-satunya
wakil sah dari Saturnus asli yang pada hari ini ada, dan dia memerintah tepat
di kota tujuh gunung di mana Saturnus Romawi sebelumnya memerintah; dan, dari
kediamannya di mana, seluruh Italia “lama sebelumnya dipanggil dengan
namanya,” yang biasa disebut “tanah Saturnus.”21
![]() |
Lambang Paus Benedict XVI |
Rahasia dari Misteri Babel yang telah dikubur begitu
dalam adalah bahwa semua peribadatan
dengan menggunakan kalender palsu sebenarnya diarahkan kepada dewa yang tersembunyi,
Saturnus, alias malaikat-pemberontak, Nimrod. Walaupun peragaan yang nampak
diluar pada ritual-ritual dan upacara-upacara secara umum ditampilkan pada hari
Minggu, dewa yang tersembunyi yang
menjadi landasan dari semua peribadatan itu tetaplah Saturnus. Gambar dilengan baju dari paus saat ini, Benediktus XVI,
jelas melambangkan ini. Setiap paus sejak abad ke-12 telah memiliki lambang
pribadinya sendiri. Masing-masing telah sama-sama memasukkan “kunci Petrus”
ke dalam rancangannya.
Website Vatikan menjelaskan simbol yang terlukis di lambang
pribadinya sebagai “kepala orang Moor dengan warna alami… Ini merupakan
lambang kuno Keuskupan Freising [Bavaria],… Kepala orang Moor bukan hal yang
langka dalam ilmu lambang Eropa …. Hal ini umum dipakai dalam adat istiadat
Bavarian”22 Cangkang kerang di bagian bawah dijelaskan: “….
cangkang kerang telah digunakan selama berabad-abad untuk membedakan para peziarah.
Benediktus XVI ingin memelihara agar simbolisme ini tetap hidup…. . “Hewan
itu digambarkan: “Seekor beruang coklat, dengan warna alami, digambarkan… penafsiran
sederhananya: beruang yang dijinakkan oleh kasih karunia Tuhan adalah Uskup
Freising sendiri; kantong pelana adalah beban keuskupannya….”23
Ini dapat menjadi sebuah penjelasan politik yang
benar, sederhana dan cocok bagi orang banyak, tetapi itu bukan makna
tersembunyinya yang terdalam. Lambang Paus ini diciptakan khusus untuknya oleh
Uskup Agung Andrea Cordero Lanza di Montezemolo (kemudian dijadikan Kardinal.)
Siapapun juga yang terbiasa dengan ilmu lambang yang akan ditugaskan untuk
merancang lambang pribadi paus baru juga sudah terbiasa dengan arti ilmu
lambang tradisional. Seekor beruang melambangkan: “kekuatan, licik, keganasan
dalam perlindungan seseorang kerabat.”24
![]() |
Santo Yakobus Pembantai-orang Moor. Patung terkenal ini dipamerkan di Katedral Santiago de Compostela. Sementara satu Muslim diinjak-injak sampai mati di bawah kuku kudanya, dua orang Moor sekarat lainnya mengapit dia di kedua sisi. Tepat di bagian depan ada kepala orang Moor yang terpisah dari tubuhnya, membabi buta menatap pembunuhnya. |
Sebuah kepala orang Moor “waktu kembali ke Abad
Pertengahan ketika di masa itu dianggap suatu kehormatan untuk memenggal kepala
orang Moor.”25 Simbologi seperti ini tidak hanya menghina ras,
tetapi juga merupakan penghinaan terhadap setiap
Muslim Moor, tanpa kecuali, dari agama Islam. Perang Salib tanpa ampun
membantai semua umat Islam, Yahudi dan Kristen kerasulan. Selama Perang Salib itulah
akan dianggap sebagai suatu kehormatan untuk memenggal orang-orang Moor karena agamanya.
Makna ini ditegaskan oleh lambang cangkang kerang.
Meskipun mungkin benar bahwa cangkang kerang “telah digunakan selama
berabad-abad untuk membedakan jemaat,” itu secara khusus melambangkan Santo
Yakobus, santo pelindung Spanyol. Makamnya di Santiago de Compostela, salah
satu dari tiga “kota suci” Katolik.26 Karena Santiago de
Compostela dekat pantai Spanyol, sebuah cangkang kerang menjadi simbol suci bagi
orang suci itu yang terletak di sana. Santo Yakobus lebih dikenal sebagai
Santiago Mantamoros: Santo Yakobus Pembantai
Orang Moor! Menurut tradisi, “Santo Rasul Yakobus muncul sebagai
pedang prajurit yang terhunus ganas di atas kuda untuk membantu tentara Kristen dalam pertempuran melawan bangsa Moor
selama masa Penjajahan. Karena kesuciannya, setiap pertempuran yang dihadiri
oleh Santo Yakobus Pembantai Orang Moor selalu menghasilkan kemenangan bagi
orang-orang Kristen dalam melawan musuh
Muslim mereka.”27
Simbol-simbol mengerikan ini telah diseleksi dengan
seksama. Simbol-simbol ini digunakan dalam pengaturan yang berbeda oleh
Kardinal Ratzinger sebelum menjadi Paus Benediktus. Pada tahun 1981, Ratzinger telah
menetapkan Dewan Kongregasi untuk Ajaran Iman, sebelumnya dikenal sebagai
Kantor Inkuisisi Kudus. Hal ini membuatnya menjadi penerus Inquisitor Agung.
Bahkan sebelum menjadi Paus terpilih, Benediktus adalah seorang teolog
terkemuka dan berpengetahuan. Keputusannya untuk memasukkan beruang, kerang dan
kepala orang Moor adalah pilihan yang memiliki tujuan, seperti yang diaminkan
oleh Vatikan, “Kardinal Joseph Ratzinger, sebagai Paus terpilih dan
mengambil nama Benediktus XVI, telah memilih sebuah lambang yang kaya simbolisme dan makna yang
memancarkan sejarah kepribadian dan keuskupannya.”28
Pada bulan September 2006, Benediktus memicu kemarahan
umat Islam di seluruh dunia ketika dia mengutip sebuah teks yang tidak jelas
dari abad pertengahan, dengan mengatakan; “Tunjukkan apa yang baru yang dibawa
oleh Muhammad, dan anda akan menemukan hanya hal-hal yang jahat dan tidak
manusiawi, seperti perintahnya untuk menyebarkan iman yang dia khotbakan dengan
pedang.” Umat Muslim marah dan menuntut sebuah permintaan maaf.
“Salih Kapusuz, wakil ketua partai AKP Turki
yang sedang berkuasa, mengatakan pernyataan Paus Benediktus adalah salah satu
hasil dari ketidaktahuan menyedihkan atau sebuah pembalikan fakta yang
disengaja. “Dia memiliki mentalitas gelap yang berasal dari kegelapan Abad
Pertengahan,” katanya. “Dia akan masuk ke dalam sejarah dalam
kategori yang sama dengan para pemimpin seperti Hitler dan Mussolini.”29
Paus tidak pernah memberikan permintaan maaf, malahan memilih untuk hanya
mengungkapkan kesedihan karena beberapa orang telah marah.
Fakta bahwa paus sengaja memilih untuk menyertakan
lambang-lambang yang menghasut seperti yang ada pada “lambang kaya
simbolisme dan makna” itu untuk alasan khusus menyebarkan ke dalam sejarah
“kepribadiannya dan Keuskupannya” yang menimbulkan pertanyaan: Apa tepatnya perencanaan Benediktus
untuk kepausannya?
Selain mengerikan, konotasi barbar menemani penggunaan
kepala orang Moor pada lambang pribadi seseorang, masih ada tingkat simbolisme yang
lebih dalam yang harus dipahami. Sebuah kepala dengan pewarnaan dan fitur
seorang pria dari ras Negro mengungkapkan perbandingkan dengan bagaimana Nimrod
digambarkan.
Saya telah memperhatikan fakta bahwa Nimrod, anak
dari Kush, adalah seorang negro. Sekarang, ada tradisi di Mesir, dicatat oleh
Plutarch, bahwa “Osiris berkulit hitam,”
yang, di sebuah daerah di mana warna kulit pada umumnya adalah kehitaman, pasti
tersirat sesuatu yang lebih dari yang normal dalam kegelapannya. Plutarch juga
menyatakan bahwa Horus, anak dari Osiris, “adalah berkulit kuning langsat,”
dan dengan cara ini, untuk sebagian besar, itu mewakili Osiris. Tapi kami
memiliki bukti yang tidak diragukan lagi bahwa Osiris, dewi agung-ratu Mesir, anaknya
dan suaminya, juga digambarkan dengan jelas sebagai orang negro. Dalam Wilkinson
dapat ditemukan sebuah gambaran dari dia dengan fitur yang jelas berasal dari
orang Etiopia asli atau negro.30
Ilustrasi dari The Manners and Customs of the
Ancient Egyptians31 ini langsung menghubungkan Osiris dengan
Nimrod. Nama “Nimrod” berasal dari Nimr, seekor “macan tutul”, dan rada atau rad
“menaklukkan”. Oleh karena itu, nama itu berarti “menaklukkan
macan tutul”. Dengan demikian, seekor macan tutul dikaitkan erat dengan
Nimrod dan para imam besar Osiris mengenakan kulit leopard ketika dipanggil
untuk memimpin acara-acara yang besar. “Gaun itu langsung menghubungkan dia
[Osiris] dengan Nimrod. Fitur-negro Osiris ini berpakaian dari kepala sampai
kaki dengan gaun berbintik, bagian
atasnya adalah sebuah kulit macan tutul, pada bagian bawah juga terlihat sesuai
dengan itu.”32
Gambar lain dari Osiris33 menunjukkan dia
dengan kulit yang lebih gelap dari kulit orang-orang Mesir pada umumnya yang
sudah gelap dan, lebih jauh lagi, menggambarkan dia sebagai raksasa. Perhatikan
imam yang berdiri di depan Osiris. Ini bukan seorang anak kecil; dia memiliki
jenggot. Imam itu memakai kulit macan tutul, menunjukkan bahwa dia adalah imam
Osiris. Seniman tidak mengambil “lisensi artistik,” yang menggambarkan
angka proporsional. Namun, gambar ini konsisten dengan berbagai akun yang membenarkan
bahwa Nimrod itu bertubuh raksasa.
Di tempat lain juga, Nimrod digambarkan berkulit
hitam. “Di India, bayi Krisna (ditegaskan sebagai dewa berkulit hitam),
dalam pelukan Dewi Dewaki, digambarkan berambut seperti wol dan ditandai berfitur
Negro atau ras Afrika.”34 Pada gambaran yang lebih moderen juga
menunjukkan Crishna/Krishna memiliki warna kulit yang berbeda dari kulit ibunya.
![]() |
![]() |
Ukiran ini dari The Hindu Pantheon, menunjukkan fitur Hindu Nimrod, Krishna ditandai dengan rambut Afrika (Edward Moor, London: T. Bensley, 1810). | Karya seni modern masih menggambarkan Krishna dengan kulit gelap. |
Bukti yang kuat telah menunjukkan bahwa Nimrod
memang memiliki karakteristik fisik dari ras Negro. Dengan Nimrod/Saturnus yang
merupakan dewa dari hari Sabtu, dan Nimrod yang digambarkan dalam penampilan
seperti bangsa Afrika, kepala orang Moor adalah sebuah simbol yang tepat bagi
dewa tersembunyi ini, Saturnus dan hari ibadah, Sabtu. “Saturnus, dewa
yang tersembunyi, – dewa Misteri, yang digambarkan oleh Paus, rahasia yang
hanya terungkap bagi para penggagasnya”35 adalah yang dilambangkan
dalam lambang Paus Benediktus sebagai kepala orang Moor. Dengan jelas
menampilkan lambang yang hanya dipahami oleh penggagasnya yang mengindikasikan
posisi Paus sebagai Penafsir Misteri Agung.
Dalam nubuatan, beruang melambangkan bangsa Media-Persia.36
Pengudusan hari Minggu sebagai hari suci berasal dari agama-agama misteri
Persia, khususnya Mithraisme. Oleh karena itu seekor beruang, sangat tepat melambangkan
pengudusan hari Minggu. “Tujuan fungsional dari lambang [jubah] telah
diidentifikasi.”37 Oleh karena itu, sebagai dua lambang yang
terpampang di lambang pribadi Paus Benediktus terkubur sangat dalam simbol dari
hari Minggu dan hari Sabtu, tujuan mereka adalah untuk mengidentifikasi
pemiliknya, bagi para penggagasnya, sebagai otoritas kepala atas kedua hari ibadah itu. Bagi orang awam,
hal ini dilakukan melalui praktek dengan prinsip bahwa seseorang dapat
menghadiri misa hari Minggu pada hari Sabtu setelah pukul 16:00 dan baginya itu
dianggap sebagai misa akhir pekan.38
Tapi masih ada satu misteri terakhir yang harus dipecahkan:
identitas dewa utama yang tersembunyi. Siapakah yang diwakili oleh Nimrod? Rasul Paulus menjawab pertanyaan
ini: “Tetapi apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka [orang
kafir] adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Yahuwah. Dan aku
tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat.”39
Kekuatan yang mengilhami Nimrod dan semua para pemujanya tidak lain adalah
Setan, si musuh itu.
Sekarang, melalui penyelidikan ini, hal itu akan
benar-benar ditemukan, bahwa sementara Saturnus adalah nama pemimpin yang terlihat, Teitan adalah nama binatang
itu, nama dari pemimpin yang tidak
terlihat [Wahyu 13]. Teitan adalah bahasa Kasdim dari Sheitan, nama sesungguhnya
dari Setan yang telah disebut dari sejak dahulu kala oleh orang-orang Kurdistan
penyembah-Iblis; dan dari Armenia atau Kurdistan,40 pemujuaan-Iblis
ini yang terkandung dalam Misteri Kasdim yang masuk ke barat ke Asia Kecil, dan
dari situ ke Etruria dan Roma. Tak bisa dipungkiri. . . bahwa Teitan, dalam kepercayaan
penyembah berhala, identik dengan Naga, atau Satan.41
Mungkin sulit bagi pembaca modern untuk melihat
hubungan antara “Setan” dan “Teitan.” Namun, ada
hubungannya dalam ilmu asal kata. Kasdim Kuno sering mengubah Sh atau S ke T.
Perhatikan contoh berikut:
Ibrani Shekel (untuk menimbang) Shabar (untuk istirahat) Seraphim Asar (menjadi kaya) |
Kasdim Tekel Tabar Terafim Atar |
Hapuslah semua dusta, lambang-lambang, ritual-ritual
kafir dan nama Kristen; apa yang tersisa pada intinya adalah identitas dewa
tersembunyi di balik semua agama palsu kuno dan modern: Setan. Ini bukan dakwaan terbuka melawan Katolik
Roma. Sebaliknya, ini adalah pengakuan bahwa “misteri kejahatan”42
yang dibicarakan oleh rasul Paulus pada abad pertama telah merembes ke seluruh dunia, termasuk kedalam orang-orang
Yahudi dan umat Protestan. Abad-abad yang berlalu telah mengubur kebenaran
tentang misteri Babel begitu dalam sehingga tidak ada selain dari para anggotanya
yang mengetahui kebenaran bahwa: semua orang yang menyembah pada hari Saturnus telah
dengan bodohnya menyembah Saturnus/Sheitan/Setan. Dalam kitab suci, Babel
adalah simbol kebingungan dan agama palsu. Namun, kebanyakan ahli setuju bahwa
nama sebenarnya berarti “Gerbang para dewa.”
Hari di mana seseorang beribadah mengarahkan
langsung penyembahannya pada Pribadi Yang Berkuasa/dewa dari hari itu. Beribadah
dengan kalender palsu akan membuat sebuah pintu gerbang ke dewa-dewa palsu
(setan). Ini adalah prinsip yang diakui oleh Kristus sendiri ketika Ia berkata,
“Karena Anak Manusia adalah Tuan atas hari Sabat.”43
Penguasa hari Minggu adalah Solis Invicti (matahari yang tidak terkalahkan). Penguasa
hari Sabtu adalah Saturnus/Sheitan/Setan. Tuan atas hari Sabat adalah Sang
Pencipta. Untuk mengarahkan ibadah seseorang pada Penguasa yang benar, kita
harus beribadah pada hari dari Pribadi Yang Berkuasa/dewa itu, yang ditentukan
dengan kalendernya masing-masing. Mengesampingkan pekerjaan dan menguduskan
hari suci untuk beristirahat, adalah suatu tindakan pengakuan kesetiaan kepada
keilahian yang mengklaim hari itu.
Jangan tergoda untuk menganggap bahwa beribadah pada
hari Minggu adalah tidak terlalu jahat dibanding pada hari Sabtu. Ibadah pada
hari Sabtu mengarahkan ibadah seseorang langsung kepada dewa tersembunyi,
Saturnus/Sheitan/Setan. Namun, dua hari ibadah ini terikat tak terpisahkan.
Ibadah pada hari Minggu, hari “pertama” dalam setiap minggu,
melanggengkan kebohongan bahwa hari Sabtu, adalah hari “tujuh” dalam
setiap minggu, sebagai hari Sabat yang benar. Semua orang yang beribadah dengan
kalender buatan penyembah berhala/kepausan, melakukan dan mempertahankan hal
yang sama yang dilakukan oleh misteri Babel di abad ke-4 Sebelum Masehi yang diibaratkan
menyamar sebagai orang Kristen, ikut bergabung dalam penyembahan Nimrod. Dengan
demikian, mereka memberikan penghormatan kepada kekuasaan yang menginspirasinya,
yaitu: Setan.
Umat Protestan pemelihara hari Minggu dan pemelihara
Sabat Sabtu telah dipersalahkan karena secara moral telah mengutamakan Katolik
Roma. Sir George Sinclair dari Ulbster menyatakan: “Romanisme adalah
sistem yang dimurnikan dari kekafiran yang di Kristenkan, dan perbedaan utama
dari aslinya adalah lebih kejam, lebih jahat, lebih berbahaya, lebih tidak
toleran.”44 Memang, dakwaan terbuka yang kuat ini mencakup
semua orang-orang Kristen, karena seluruh dunia
telah bersatu dalam menggunakan kalender palsu Babel/misteri Romawi.
Pertikaian pada masalah penyembahan, dimulai ketika Lusifer
pertama berusaha untuk merebut penyembahan yang hanya diperuntukkan bagi satu-satu-Nya
Eloah yang benar, dan akan mengamuk dengan intensitas yang terus meningkat
sampai akhir zaman. Perihal ini adalah peperangan terakhir dalam kontroversi
besar antara Sang Pencipta dan Lusifer. Fakta bahwa misteri Babel kini sedang dibuka,
dan dewa tersembunyi, Saturnus, sekarang telah terungkap bahwa dialah
setan-yang disembah itu, mengungkapkan yang tidak bisa dilakukan oleh siapapun,
karena waktu yang dibicarakan dalam kitab Wahyu yang akan terjadi menjelang
kedatangan Kristus kembali telah terjadi atas kita.
Dalam penglihatan pewahyuan, sesaat sebelum penghakimannya, untuk pertama kalinya, Yohanes
melihat Gereja Murtad dengan nama Babel Besar “yang tertulis pada
dahinya” (Wahyu 17: 5). Apa artinya penulisan nama itu “di dahi“? Bukankah itu secara alami
menunjukkan bahwa, sebelum penghakiman terjadi atasnya, karakter sebenarnya itu
harus begitu benar-benar dikembangkan, agar setiap orang yang memiliki mata
untuk melihat, yang setidaknya memiliki pengetahuan rohani, seakan-akan, dipaksa,
,. . . untuk mengenali ketepatan luar biasa dari gelar yang Roh. . . [Yahuwah]
telah sandangkan kepadanya. Penghakimannya sekarang jelas dipercepat; dan menjelang
terjadinya, Ketentuan dari. . . [Yahuwah], sesuai dengan Firman. . . [Yahuwah],
dengan cahaya yang memancar dari seluruh penjuru, membuatnya lebih dan lebih
jelas bahwa Roma adalah sesungguhnya Babel dalam kitab Wahyu; bahwa karakter
penting dari sistemnya, objek agung yang disembahnya, upacara-upacaranya, pengajaran-pengajaran
dan aturan-aturannya, ritual-ritual dan perayaan-perayaannya, imamat dan
perintah-perintah mereka, semuanya telah diturunkan langsung dari Babel kuno.45
Pertikaian ini jauh lebih besar dari pertikaian Katolik
melawan Protestan atau pemelihara hari Minggu melawan pemelihara Sabat Sabtu.
Surga sekarang mengungkapkan kepada pikiran yang telah lama diselubungi dengan
asumsi dan tradisi kesalahan dari peribadatan misteri orang-orang kafir berbeda
dengan kebenaran dari peribadatan kepada Sang Pencipta. Untuk menyembah dewa kafir
seseorang hanya perlu menentukan hari-hari ibadah dengan menggunakan kalender
kafir. Untuk menunjukkan kesetiaan kepada Sang Pencipta, kalender luni-solar-Nya harus digunakan untuk menemukan hari
Sabat-Nya. Perihal ini adalah keputusan yang dihadapi setiap orang di planet
ini: Siapa yang kamu layani?
1 Presiden AS dan pencinta alam terkenal, Theodore
Roosevelt, dalam mengomentari kisah itu, menyatakan: “Saya berpikir bahwa
kejadian singa pemakan manusia dari Uganda . . . adalah akun yang paling luar
biasa yang harus kita catat….” (Surat pribadi ke FC Selous dalam
membalas, The Man-Eaters of Tsavo,
oleh John H. Patterson.)
2 Alkitab sendiri mengacu pada binatang yang
kerasukan roh jahat. Lihat Matius
8:31-32.
3 Patterson, The
Man-Eaters of Tsavo, “The First Appearance of the Man-Eaters,” Pasal
2.
4 Patterson, op. cit., “The Death of the First
Man-Eater,” Pasal 8.
5 Patterson, op. cit., The Death of the Second
Man-Eater,” Pasal 9.
6 Sebuah film dari kisah ini pada tahun 1996, Ghost The Darkness, mengklaim ada 135
orang meninggal. Jumlah ini didasarkan pada pernyataan yang dibuat oleh
Patterson pada tahun 1925. Buku Patterson, yang diterbitkan pada tahun 1907,
menyatakan bahwa 28 pekerja India tewas “di samping sejumlah penduduk asli
Afrika malang di antaranya yang tidak memiliki catatan resmi.” Hasil
penelitian forensik terbaru, yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences, menempatkan angka
pada 35 orang dimakan dengan sebanyak 75 orang tewas namun tidak dimakan. Lihat
juga The Lion’s of Tsavo: Exploring the
Legacy of Africa’s Notorious Man-Eaters, (New York: McGraw-Hill, 2004), oleh
Dr. Bruce Patterson.
7 Homer, menggambarkan Nimrod “seorang pemburuh
hebat; dan seorang yang berperawakan raksasa . . . Penyair memanjati dia
Pelorian; yang menjadi tanda sesuatu yang besar, dan berlaku untuk setiap tokoh
yang menjulang tinggi . . . .” (William Holwell, A Mythological, Etymological, and Historical Dictionary, (London:
C. Dilly, 1793) hal. 308.
8 Alexander Hislop, The Two Babylons, (New Jersey: Loizeaux Brothers, Inc., 1959) hal.
66 dan 67.
9 Ovid, Fasti,
lib. I. II. 95, 99, Vol. III, hal. 18.
10 “Cybele,” Tooke’s Pantheon of the Heathen Gods and Illustrious Heroes, tr.
Andrew Tooke, (London, 1806), originally Pantheum
Mythicum Seu Fabulosa Deorum Historia oleh Sarjana Yesuit François Pomey,
hal. 153.
11 Hislop, op. cit., hal. 207.
12 “Untuk membuktikan kebenaran dari pengakuan
ini pertama kali dilakukan pada tahun 431, Lihat Elliot’s Horæ, Vol. III, hal. 139.
Pada tahun 429 ia memberi petunjuk dalam hal itu, tapi itu nanti setelah
tahun 431 baru pengakuan ini dibuat secara luas dan jelas.” (Hislop, s.d.a., baik kutipan maupun catatan kaki,
penekanan asli.)
13 Lihat John Parkhurst, An Hebrew and English Lexicon, Without
Points, (London, 1799), hal. 602.
14 Hislop, op. cit., hal. 208.
15 Hislop, sda.,
hal. 208-210, penekanan asli; lihat juga Jacob Bryant, A New System or an Analysis of Ancient Mythology, (London: J.
Walker, 1807) Vol. I, hal. 308-311, 356, 359-362.
16 Wahyu 17:5
17 “Dalam Misa Litani, para jemaat diajarkan
demikian untuk berdoa: “Tuhan yang TERSEMBUNYI, dan Juruselamatku,
kasihanilah kami.’ –(M’Gavin’s Protestant,
Vol. II., hal. 79, 1837.) Bagaimana bisa
doa ‘Tuhan yang Tersembunyi’ ini muncul, kecuali dari penyembahan kuno
Saturnus, ‘Dewa yang Tersembunyi’? Karena Kepausan telah mengkanon dewa Babel
dengan nama Santo Dionysius, dan Santo Bacchus, para ‘martir’, jadi namanya dia
yang sesungguhnya yaitu ‘Satur’ juga terdaftar dalam kalender: setiap 29 Maret adalah
perayaan ‘Santo Satur,’ sang martir. – (Chambers’s
Book of Days, hal. 435)” Hislop, op. cit., hal. 269, catatan kaki.
18 Fasti, lib. VI. II. 31-34, Vol. III, hal. 342.
19 Historia Naturalis, lib. III. 5, hal. 55.
20 Origo Gentis Romanæ, cap. iii.
21 Hislop, op. cit., hal. 269-270, italics asli, penebalan
ditambahkan.
22 Lihat
www.vatican.va/holy_father/benedict_svi/elezione/stemma-benedict-svi_en.html. Walaupun hal itu telah menjadi “hal umum
dalam adat Bavarian,” tidak ada yang mengetahui bagaimana tradisi ini
berawal.
23 Sda.
24 Lihat www.heraldry.ws/info/article05.html; also,
www.fleurdelis.com/meanings.htm
25 Sda.
26 Dua yang lain adalah Roma dan Yerusalem.
27 Lihat www.crusades-encylopedia.com, St. James the Moor Slayer, penekanan
ditambahkan.
28 Lihat
www.vatican.va/holy_father/benedict_svi/elezione/stemma-benedict-svi_en.html, penekanan
ditambahkan.
29
www.telegraph.co.uk/news/worldnews/1529021/Muslims-condemn-Pope-for-insulting-Prophet.html
30 Hislop, op. cit., hal. 43, penekanan ditambahkan.
31 Sir John Gardner Wilkinson, op. cit., Vol. VI,
Plate 33.
32 Lihat Hislop, op. cit., hal. 44 and 45; Wilkinson,
op. cit., Vol. IV, hal. 341 dan 353.
33 Osiris biasanya dilukiskan sebagai mumi yang mengenakan
kain kafan putih karena ia adalah dewa akhirat.
34 Hislop, op. cit., footnote, p. 238, penekanan asli.
35 Hislop, sda.,
hal. 271.
36 Lihat Daniel 7; bandingkan dengan Daniel 2:38-40.
37 www.stedmundsbury.gov.uk/seb/live/arms.cfm
38 Kantor Uskup Skylstad, Keuskupan Katolik Spokane,
Washington. Setelah penyelidikan, Asisten Uskup menyatakan, “Apa pun yang
dilakukan setelah jam 04.00 pada hari Sabtu sore dapat dianggap misa akhir
pekan. Nikmatilah seluruh akhir pekan. Anda tidak perlu pergi lagi pada hari
Minggu.”
39 I Korintus 10:20
40 Frederick Walpole, The Ansayrii, (London: Richard Bentley, 1851) hal. 397. Lihat juga, Sir Austen H. Layard, Nineveh and Its Remains, (London: John
Murray, 1853), Vol. I, hal. 287-288. Bangsa
Turki, yang berasal dari sungai Efrat, menuliskan itu dengan cara yang sama. Dalam Redhouse’s
Turkish Dictionary, diucapkan “Satan,” ditulis “shèytun” (J. W.
Redhouse, London: Bernard Quaritch, 1880, hal. 277.)
41 Hislop, op. cit., p. 276, penekanan asli.
42 II Tesalonika 2:7
43 Matius 12:8
44 Letters to
the Protestants of Scotland, First Series, (Edinburgh, 1852), hal. 121, seperti
yang dikutip dalam Hislop, op. cit., hal. 285.
45 Hislop, op.
cit., hal. 2-3.