Menggantikan Kebenaran dengan Paham Farisi Moderen
Banyak orang
Kristen tulus yang percaya bahwa ada nilai yang penting dalam semua
hal yang berbau Ibrani.
Ini adalah sebuah tipuan Setan yang dimaksudkan untuk
mengalihkan perhatian mereka dari semua isu-isu yang
sangat penting yang dipertaruhkan pada hari-hari
penutupan sejarah bumi ini.
Apakah anda pernah melihat sebuah iklan untuk peralatan
elektronik baru yang mengagumkan yang dijamin dapat memecahkan masalah yang anda
dan semua orang di dunia ini miliki, yang sangat mengganggu? Anda tertarik dan
bersemangat karena peralatan yang baru ini akan meningkatkan kehidupan anda!
Anda percaya kepada sang penjual yang
ramah dan karismatik. Anda dengan cepat menghubungi nomor telepon yang ada atau
mengklik link yang sudah disediakan. Dalam hitungan menit, anda membayarnya
dengan kartu kredit anda dan peralatan yang ajaib itu langsung terkirim ke
tempat anda! Dengan semangat anda menunggu sambil waspada! Akhirnya, kiriman
yang ditunggu-tunggu itu tiba! Ini dia! Ini dia! Namun, setelah membukanya, herannya
produk ini hampir tidak ‘semengkilap’ seperti yang diharapkan dan bahkan kurang
berguna. Anda merasa ditipu, bahkan mungkin menghubungi layanan pelanggan (dan tidak
berhasil), dan sekarang anda bersumpah untuk tidak pernah menjadi korban
penipuan pemasaran model ini lagi. Betapa banyaknya kisah pilu yang menyakitkan
hati seperti ini yang terjadi dalam hal-hal Rohani. Sejumlah besar orang
Kristen yang tidak terhitung banyaknya jatuh ke dalam perangkap yang sama ketika
sedang mencari kebenaran. Sebagian orang
menerima firman dari pendeta atau pastor mereka sebagai kebenaran, dan menolak
untuk mempelajari apa pun yang secara rohani tidak disetujui oleh para pendeta
atau pastor mereka. Bagi sebagian orang yang lain, Setan memiliki tipuan halus
yang telah disiapkan yaitu: asumsi bahwa terang yang lebih besar dapat
dipelajari dari orang-orang Yahudi.
Alkitab berisi sebuah peringatan yang serius: “Sadarlah
dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa
yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Petrus 5: 8).
Alasan mengapa setan bertambah marah diungkapkan di dalam Wahyu 12:12: “Iblis
telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat.”
Mereka yang dengan rindu menanti kembalinya Sang
Juruselamat akan waspada. Seperti
gadis-gadis yang bijaksana, mereka telah memperhatikan panggilan bahwa Sang
Mempelai datang. Dalam kasih mereka kepada-Nya, mereka telah mempersiapkan pelita
mereka, dan berusaha untuk membuat seluruh hidup mereka menjadi selaras dengan-Nya.Itulah yang seharusnya dilakukan.
Sayangnya, banyak orang Kristen tulus yang beraliran konservatif yang telah
dialihkan dari isu-isu nyata di hari-hari terakhir ini dengan ajaran bahwa ada
manfaat yang tersimpan di dalam segala hal yang berbau Ibrani – dan menjadi
(atau akan menjadi) semirip mungkin dengan kaum Yahudi dan mendukung negara Israel sebagai umat pilihan Yahuwah.
Pengajaran-pengajaran telah dikhotbahkan dan jutaan
dolar telah dikirim untuk mendukung negara Israel. John Hagee, seorang pendeta
senior dari sebuah jemaat dengan 18.000an-anggota, adalah salah satu penasihat
terkenal dari keyakinan ini.
Pada bulan Februari 2006, Pastor John Hagee, Pendiri
dan Ketua Nasional dari Persekutuan Kristen untuk Israel, memutuskan bahwa sudah
waktunya untuk membuat sebuah gerakan akar rumput nasional yang difokuskan untuk
mendukung Israel. Dia memanggil semua pemimpin Kristen di seluruh Amerika untuk
bergabung dengannya dalam meluncurkan gerakan baru ini. Lebih dari 400 pemimpin
Kristen masing-masing mewakili denominasi, gereja-besar, pelayanan media,
perusahaan penerbitan, atau universitas Kristen menjawab panggilan itu dan Persekutuan
Kristen untuk Israel lahir.1
Orang-orang yang lain, dalam keinginannya yang tulus
untuk menjadi sekudus mungkin, mengadopsi banyak praktek-praktek para rabbi
dalam berpakaian dan dalam area-area yang lainnya. Mereka menambahkan ke dalam
kosa kata mereka kata-kata dan ungkapan-ungkapan dari bahasa Ibrani –
kadang-kadang sampai ke titik di mana orang-orang kesulitan memahami maksud
mereka. Mereka memperbanyak uang untuk membangun kembali bait suci di Yerusalem
atau untuk membangun tempat perlindungan bom di Israel. Ini adalah pengalihan
utama yang telah menjadi bentuk yang sangat halus dari keyakinan keselamatan karena
perbuatan.
Nabi Yoel telah melukiskan gambaran yang jelas dari
generasi akhir ketika dia menyatakan: “Banyak orang, banyak orang di
lembah penentuan! Ya, sudah dekat hari Yahuwah di lembah penentuan!”. (Yoel
3:14). Adalah merupakan sifat alami manusia untuk menginginkan “guru”
rohani, apakah itu dukun, imam, pendeta atau rabbi, untuk memberitahu kepada
seseorang apa yang harus diyakini.
Tapi Yahuwah telah menetapkan bahwa tidak ada manusia manapun yang akan
melakukan peran ini. Semua orang harus datang langsung kepada Sang Juruselamat
untuk menerima air kehidupan. Kitab Suci mencatat: “Sebab beginilah firman Yahuwah semesta alam . . . .
siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya”. (Zakharia 2: 8).
Berdasarkan hal ini, dan ayat-ayat lain yang
sejenis, banyak orang percaya bahwa jika mereka bisa menjadi semirip mungkin
dengan kaum Yahudi dalam kehidupan, dan berpakaian, dan dalam praktek, mereka
akan menyenangkan Yahuwah. Sayangnya, kebanyakan dari apa yang mereka adopsi
adalah tradisi buatan manusia milik
orang-orang Farisi.
Dengan hancurnya Bait Suci (Thn 70 M) orang-orang
Saduki telah menjadi lenyap sama sekali, meninggalkan peraturan dari semua
urusan-urusan Yahudi di tangan orang-orang Farisi. Selanjutnya, kehidupan
bangsa Yahudi diatur oleh orang-orang Farisi; seluruh sejarah paham Yahudi dibangun kembali dari sudut pandang orang
Farisi, dan suatu hal yang baru diberikan kepada Sanhedrin yang terdahulu. Sebuah rantai tradisi yang baru menggantikan
tradisi imam yang lama . . . Paham Farisi membentuk karakter paham Yahudi dan
kehidupan dan pemikiran orang-orang Yahudi di masa kemudian.2
Mereka yang beralih ke tradisi-tradisi Yahudi untuk
meningkatkan kehidupan rohani mereka, pada kenyataannya, beralih ke paham Farisi.
Sarjana-sarjana Yahudi mengakui fakta bahwa agama Yahudi moderen adalah paham Farisi:
Paham Farisi menjadi Paham Talmud … [Namun] semangat orang Farisi kuno bertahan tak
berubah. Ketika orang Yahudi … mempelajari kitab Talmud, ia sebenarnya
mengulangi argumen-argumen yang digunakan di dalam akademi-akademi Palestina. .
. . Semangat pengajaran [orang-orang
Farisi] masih tetap ada dan dianggap penting. . . . dari Palestina ke Babel;
dari Babel ke Afrika Utara, Italia, Spanyol, Perancis dan Jerman; dari
tempat-tempat ini semua ke Polandia, Rusia, dan Eropa Timur pada umumnya, paham
Farisi kuno telah berkembang.3
Teguran yang paling lantang dari Sang Juruselamat
diarahkan kepada orang-orang Farisi. Dia menyebut mereka “pemimpin-pemimpin
buta”, “orang bodoh dan buta”, “ular” dan “keturunan
ular beludak”. Ketika menyebut orang-orang Farisi sebagai orang-orang
“munafik,” Yahushua menyamakan mereka dengan “kuburan yang
dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang
sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran”. (Matius
23:27).
Banyak orang Kristen tulus sekarang yang percaya
bahwa orang-orang Yahudi masih merupakan orang-orang spesial Yahuwah karena orang-orang Yahudi mengatakan seperti
itu kepada mereka. Namun, paham Yahudi moderen tidak lagi memiliki manfaat yang
lebih baik daripada rekan farisi kunonya. Mereka yang berpatokan kepada
orang-orang Yahudi untuk mengkonfirmasi terang yang ada sebenarnya menjadikan
tradisi buatan manusia dan meninggikan kaum Yahudi melebihi posisi perintah
ilahi. Yahushua dengan jelas telah memperingatkan hasil akhir bagi semua orang yang
beralih ke sumber ini untuk mendapat kebenaran:
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan
Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka
yang berusaha untuk masuk.
Celakalah kamu, hai
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab
kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang
saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia
orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri. (Matius 23:13 dan 15).
Paham Farisi, yang adalah paham Yahudi moderen,
terdiri dari hukum dan tradisi buatan manusia. Orang-orang Yahudi memiliki
ribuan hukum, tapi Yahuwah berkata bahwa Dia “membenci” tradisi-tradisi
ini:
Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku
tidak senang kepada perkumpulan rayamu.
Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku
korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban
keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang.
Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian
nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. (Amos 5: 21-23).
Ini adalah “pertemuan kudus” yang ditetapkan
oleh Yahuwah sendiri! Namun, cara mereka merayakannya telah menjadi begitu banyak
dilakukan dengan aturan dan hukum buatan manusia sehingga mereka justru
menghancurkan esensi rohani dari apa yang Sang Pemberi Hukum itu maksudkan
mereka alami! Dalam usaha mereka untuk
menjaga hukum ilahi dengan “sempurna”, orang-orang Farisi
menambahkan begitu banyak aturan dan persyaratan tambahan. Mereka mengajarkan
bahwa aturan-aturan tambahan akan membuat seseorang bebas dari dosa. Misalnya, Sabat dari matahari terbenam
sampai matahari terbenam yang tidak Alkitabiah. Sebuah sebutan yang disediakan khusus untuk
Hari Pendamaian. Dalam upaya yang terlalu bersemangat untuk “menjaga pinggiran
hari Sabat” perayaan Sabat mingguan diperpanjang hingga menjadi sama
dengan Hari Pendamaian itu.
Dalam
kata-kata-Nya yang bergema sampai hari ini, Yahushua mengecam karya-karya tambahan
orang-orang Farisi, Dia berkata: “Mereka
mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi
mereka sendiri tidak mau menyentuhnya”. (Matius 23: 4).
Orang-orang yang tulus ini tidak tahu bahwa praktek-praktek
yang mereka adopsi didasarkan pada aturan dan tradisi buatan manusia. Mereka
berpikir, kita telah menolak yang buruk
dan kembali ke Akar Ibrani, tetapi akar itu tidak lebih dari Babel!
- Menggunakan kata-kata berbahasa
Ibrani tidak menciptakan kebenaran dalam pikiran anda. - Memberikan uang untuk
membangun kembali bait suci tidak membuat anda membeli tiket masuk ke Surga. - Pindah ke Yerusalem (atau
Israel) tidak memiliki manfaat penyelamatan. - Kaum Yahudi moderen bukanlah otoritas tertinggi untuk
mengetahui apa yang menyenangkan bagi Yahuwah. Sebagian besar dari mereka
adalah orang-orang sekuler dan mereka yang tidak, bergantung pada perbuatan untuk
keselamatan mereka sendiri.
Pengembangan karakter tidak dipengaruhi dengan
pakaian yang anda kenakan atau kata-kata bahasa Ibrani yang anda tambahkan ke
dalam kosakata anda atau dengan nama Ibrani yang anda gunakan untuk menyebut nama
diri anda. Ini adalah hadiah yang diberikan kepada orang-orang yang imannya berpegang
pada janji-janji yang berharga.
Bahkan di hari-hari awal Kekristenan, ada sebuah kecenderungan
di kalangan umat Yahudi untuk meninggikan keyakinan, praktek-praktek dan
tradisi-tradisi dari kelas konservatif: yaitu orang-orang Farisi. Kepada mereka
yang tertarik pada tradisi-tradisi manusia, Paulus menulis:
Karena sudah banyak orang
hidup tidak tertib, terutama di antara
mereka yang berpegang pada hukum sunat. Dengan omongan yang sia-sia mereka
menyesatkan pikiran. Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena
mereka mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk
mendapat untung yang memalukan.
. . . Karena itu tegorlah
mereka dengan tegas supaya mereka menjadi sehat dalam iman, dan tidak lagi mengindahkan dongeng-dongeng
Yahudi dan hukum-hukum manusia yang berpaling dari kebenaran.
Mereka mengaku mengenal Yahuwah,tetapi dengan perbuatan mereka, mereka
menyangkal Dia. Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup berbuat sesuatu
yang baik. (Titus
1: 10-11, 13-14, 16).
Ini adalah sebuah peringatan bagi mereka yang memandang
kepada orang-orang Yahudi sebagai penyimpan hikmat ilahi. Dengan menjadikan
orang-orang Yahudi otoritas akhir atas hal-hal rohani, orang percaya dituntun
untuk menolak kebenaran yang sama yang juga ditolak oleh orang-orang Yahudi.
Sebuah contoh utama adalah hari Sabat yang sejati. Di bawah penganiayaan
Romawi yang berat setelah Konsili Nicea, orang-orang Yahudi meninggalkan Sabat
Alkitab ketika Hillel II “mereformasi” kalender. Kaum Yahudi, hari ini,
beribadah pada hari Sabtu berdasarkan kalender Gregorian [kalender masehi].
Akibatnya, jutaan orang Kristen yang tulus menganggap bahwa hari Sabtu adalah
hari Sabat yang Alkitabiah, dengan tidak ada alasan lain selain bahwa karena hari
itu dirayakan oleh orang-orang Yahudi dan, tentu saja orang-orang Yahudi tidak
akan beribadah pada hari apa pun kecuali pada hari Sabat yang sejati. Dengan
demikian, ujian akhir datang dan ditolak tanpa
alasan lain selain dari asumsi bahwa orang-orang Yahudi pasti memiliki
kebenaran karena mereka adalah orang Yahudi.
Namun bagaimanapun juga, Alkitab, menyajikan sebuah
sudut-pandang yang sangat berbeda. Orang-orang Yahudi dari zaman kuno,
orang-orang Yahudi di masa Sang Mesias dan orang-orang Yahudi pada zaman
sekarang, tidak memelihara hukum ilahi dengan cara yang Yahuwah maksudkan:
Yahuwah telah memperingatkan kepada orang Israel dan
kepada orang Yehuda dengan perantaraan semua nabi dan semua tukang tilik:
“Berbaliklah kamu dari pada jalan-jalanmu yang jahat itu dan tetaplah
ikuti segala perintah dan ketetapan-Ku, sesuai
dengan segala undang-undang yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu
dan yang telah Kusampaikan kepada mereka dengan perantaraan hamba-hamba-Ku,
para nabi.” Tetapi mereka tidak mau
mendengarkan, melainkan mereka menegarkan tengkuknya seperti nenek
moyangnya yang tidak percaya kepada Yahuwah, Eloah mereka. Dan mereka menolak ketetapan-Nya dan perjanjian-Nya, yang telah
diadakan dengan nenek moyang mereka, juga peraturan-peraturan-Nya yang telah diperingatkan-Nya
kepada mereka . . . sehingga mereka telah meninggalkan segala perintah Yahuwah,
Eloah mereka . . . . (2 Raja-raja 17: 13-16).
Tradisi buatan manusia tidak menyucikan jiwa. Tradisi-tradisi
ini hanya berfungsi untuk membuat seseorang merasa lebih unggul dari mereka
yang tidak melakukan hal yang sama.
“Hukum Yahuwah itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan
Yahuwah itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman”. (Mazmur 19: 7).
Tradisi buatan manusia, aturan tambahan yang berdasarkan pada interpretasi
manusia, membuat hukum ilahi menjadi rumit. Hukum Yahuwah itu sederhana dan
mudah. Yahushua menyisihkan semua tradisi orang Farisi dan mengklarifikasi sifat
alami dari keindahan, dan kebesaran namun sederhana dari hukum ilahi:
dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat,
bertanya untuk mencobai Dia: “Guru, hukum manakah yang terutama dalam
hukum Taurat?”
Jawab Yahushua kepadanya: “Kasihilah Yahuwah, Eloahmu,
dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama
dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada
kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Matius 22: 35-40).
“Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa
yang baik. Dan apakah yang dituntut Yahuwah dari padamu: selain berlaku adil,
mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Eloahmu?”. (Mikha
6: 8). Paulus menyatakan ketakutannya bahwa orang-orang percaya baru akan
beralih ke tradisi, dan menyisihkan kesederhanaan dari kebenaran itu: “Tetapi
aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati
kepada Yahushua, sama seperti Hawa
diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya”. (2 Korintus 11: 3).
Mereka yang beralih pada tradisi-tradisi yang ditemukan
dalam paham Yahudi yang merujuk pada semua janji-janji yang dibuat untuk
Israel, lupa bahwa janji-janji itu selalu
diberikan dalam kondisi ketaatan. Israel menolak Yahuwah ketika mereka
menuntut seorang raja: “Dan Yahuwah berfirman kepada Samuel:
“Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka
kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas
mereka”. (1 Samuel 8: 7). Fakta bahwa Yahuwah berpanjang sabar dengan
mereka bahkan setelah penolakan mereka terhadap Dia diringkas dalam ungkapan
yang sering diulang – ‘demi hamba-Ku Daud’. Tapi kasih ilahi tidak akan tinggal
di tempat dimana hal itu tidak diinginkan. Meskipun mungkin berlama-lama tinggal
disitu, kasih ilahi itu pada akhirnya akan, dengan sedih, mengikuti keinginan
hati yang bandel. Beberapa hari sebelum kematian Yahushua, dengan patah hati
Dia berduka:
“Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh
nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu!
Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam
mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Lihatlah
rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu:
Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata:
Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Yahuwah!” (Matius 23: 37-39).
Peringatan Paulus terhadap “pengikut Yahudi”
dan orang-orang Kristen yang tulus dengan sepenuhnya sesuai dengan gambaran ini!
Dengan jatuh ke dalam keyakinan bahwa ada, entah bagaimana, terdapat keuntungan
dalam menjadi lebih serupa dengan kaum Yahudi, dalam mengirimkan uang kepada
negara Israel, dalam membangun seluruh pengertian tentang akhir zaman disekitar
asumsi bahwa Yahushua tidak akan kembali sampai orang-orang Yahudi semua
bertobat, orang-orang Kristen yang tulus sedang mempersiapkan diri untuk dikejutkan
oleh kekejutan pada saat Kedatangan Kedua. Yahushua memperingatkan:
“Lihatlah, Aku datang seperti pencuri”. (Wahyu 16:15). Ketika Dia
kembali, banyak orang Kristen akan terkejut karena mereka belum melihat pertobatan
massal kaum Yahudi. Mereka menunda Kedatangan Kedua sama seperti hamba yang
jahat yang berkata, “Tuanku memperlambat kedatangannya”.
Janji-janji untuk Israel kuno sekarang tersedia
untuk Israel rohani.
Sebab kamu semua adalah anak-anak Eloah karena iman
di dalam Yahushua Yang Diurapi. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Yahushua,
telah mengenakan Yahushua. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang
Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan,
karena kamu semua adalah satu di dalam Yahushua Yang Diurapi. Dan jikalau kamu
adalah milik Yahushua, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak mewarisi
janji itu. (Galatia 3: 26-29).
Keselamatan masih tersedia untuk orang-orang Yahudi
secara individu, tetapi berkat rohani sekarang berlaku untuk semua orang yang mau
menerima berkat-berkat itu dan ini berlaku sampai penutupan sejarah bumi
“sampai genaplah zaman bangsa-bangsa lain itu”. (Lukas 21:24).
Keselamatan adalah sebuah karunia dari anugerah
ilahi. Mereka yang mencintai Sang Penebus mereka akan berusaha untuk menghormati
Dia dalam keindahan kekudusan, terlepas dari aturan dan tradisi buatan manusia.
Yahuwah mengajak mereka yang bekerja di bawah beban berat kuk farisi untuk
kembali kepada-Nya dan Dia akan memberi mereka kelegaan.
“Datanglah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan
berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”. (Matius 11:28).
Konten
Terkait:
1 http://www.cufi.org/site/PageServer?pagename=about_pastor_john_hagee
2 “Pharisees,”The Jewish Encyclopedia,
Vol. IX, (1901-1906 ed.), hal. 666.
3 Louis Finkelstein, The Pharisees: The
Sociological Background of their Faith, Vol. 1, sambungan edisi
pertama, hal. XXI, penekanan diberikan.