World's Last Chance

Nubuatan Alkitab, Pembelajaran Alkitab, Video, Artikel, & Masih Banyak Lagi!

While WLC continues to uphold the observance of the Seventh-Day Sabbath, which is at the heart of Yahuwah's moral law, the 10 Commandments, we no longer believe that the annual feast days are binding upon believers today. Still, though, we humbly encourage all to set time aside to commemorate the yearly feasts with solemnity and joy, and to learn from Yahuwah's instructions concerning their observance under the Old Covenant. Doing so will surely be a blessing to you and your home, as you study the wonderful types and shadows that point to the exaltation of Messiah Yahushua as the King of Kings, the Lord of Lords, the conquering lion of the tribe of Judah, and the Lamb of Yahuwah that takes away the sins of the world.
WLC Free Store: Closed!
Nubuatan Alkitab, Pembelajaran Alkitab, Video, Artikel, & Masih Banyak Lagi!

Mengapa WLC tidak menggunakan Hari Setelah Bulan Purnama sebagai Hari Bulan Baru?

Title: Mengapa WLC tidak
menggunakan Hari Setelah Bulan Purnama sebagai Hari Bulan Baru?

Pertanyaan: Mengapa WLC tidak
menggunakan Hari Setelah Bulan Purnama sebagai Hari Bulan Baru?

Jawaban: Tim WLC percaya bahwa
perhitungan Bulan Purnama sebagai Hari Bulan Baru adalah sebuah kesalahan yang
mengerikan. Tidak ada bukti apapun yang dapat mendukung anggapan bahwa Bulan Purnama
adalah penanda untuk Hari Bulan Baru. Mereka yang mengajarkan bahwa Bulan Purnama
adalah Bulan Baru melakukannya terutama karena didasarkan pada empat asumsi/penafsiran.
Kita sekarang akan melihat masing-masing asumsi/penafsiran ini secara singkat.

Menurut mereka
yang menganjurkan perhitungan Hari Bulan Baru dengan berpatokan pada Bulan Purnama…

(1) Klaim: “Sebuah gerhana
matahari total terjadi pada siang hari (dan berlangsung selama tiga jam – Matius
27:45) pada hari penyaliban Yahushua (pada hari ke-14 bulan lunar). Sebuah
gerhana matahari hanya dapat terjadi selama konjungsi. Oleh karena itu, bulan
harus dimulai pada saat bulan purnama”.

Masalah/Asumsi: Meskipun benar bahwa sebuah
gerhana matahari hanya dapat terjadi pada saat bulan sedang dalam posisi
konjungsi (berada tepat diantara bumi dan matahari), masalah yang sangat jelas
dengan pernyataan ini ditemukan dalam fakta bahwa tidak ada gerhana matahari total
yang terjadi di Yerusalem pada musim semi tahun 31 M.1 (http://eclipse.gsfc.nasa.gov/phase/phases0001.html)2. Bahkan,
Yerusalem tidak pernah berada di jalur gerhana total dalam waktu kapanpun
selama abad pertama. Pukulan telak lain pada anggapan ini adalah bahwa gerhana
matahari umumnya hanya bertahan sekitar 7-8 menit, bukan 3 jam. “Gerhana
matahari total terpanjang selama periode 8000 tahun dari tahun 3000 SM sampai
5000 M akan terjadi pada tanggal 16 Juli 2186, ketika gerhana total akan
berlangsung selama 7 menit 29 detik”. (http://en.wikipedia.org/wiki/Solar_eclipse). Kegelapan yang melingkupi
wilayah pada saat Penyaliban adalah sebuah keajaiban, dan tidak dapat
dijelaskan dengan fenomena yang terjadi secara alami. Mengklaim bahwa ada
gerhana matahari total, yang berlangsung selama tiga jam, pada saat penyaliban
Yahushua adalah berlebihan dan tidak dapat dibuktikan oleh bahkan satu buktipun.


1 Nubuatan 70 Minggu (Daniel 9) menetapkan dengan
pasti tahun Penyaliban Yahushua.

2 Untuk lebih spesifik, metode yang diusulkan untuk
memperhitungkan Tahun Baru yang dikaji pada poin #2 (dibawah)
menuntut bahwa gerhana matahari total harus terjadi pada siang hari di
Yerusalem pada tanggal 10 April, 31 M. Tidak ada kejadian seperti itu. Klaim ini tidak dapat dibuktikan oleh bahkan
satu buktipun
.


(2) Klaim:
“Sebuah pembelajaran
mendalam terhadap kata Yunani yang diterjemahkan sebagai ‘gelap’ dalam catatan
Lukas tentang penyaliban mengungkapkan bahwa matahari terhalang oleh bulan,
yang hanya dapat terjadi pada saat konjungsi”.

“Dan matahari menjadi gelap, dan tabir
Bait Suci terbelah di tengah-tengah”. (Lukas 23:45, KJV)

Beberapa orang, yang menganjurkan penggunaan metode
Bulan Purnama, telah mengklaim bahwa kata yang diterjemahkan “menjadi gelap”
dalam bagian ini adalah kata Yunani ekleipō
[Strong G1587], akar kata dari “gerhana” di zaman moderen. Mereka
mengatakan bahwa hal ini membuktikan bahwa penyebab kegelapan di lokasi
Penyaliban adalah gerhana matahari. Seperti yang dibahas pada poin sebelumnya
(#1), ini adalah sebuah kemustahilan mutlak. Kegelapan yang melanda lokasi Penyaliban
adalah manifestasi supranatural, kesaksian Yahuwah. Namun demikian, mari kita
melakukan kajian pada masalah-masalah dari pernyataan ini.

Masalah/Asumsi: Kata yang diterjemahkan
dalam ayat ini sebagai “menjadi gelap” adalah skotizō [Strong G4654], bukan ekleipō
[Strong G1587].

“Dan [G2532] matahari [G2246] menjadi gelap [G4654], dan
[G2532] tabir [G2665] Bait Suci [G3485] terbelah [G4977] di tengah-tengah. [
G3319]” (Lukas 23:45, KJV)

Skotizō berarti “menutupi
dengan kegelapan, menggelapkan, ditutupi dengan kegelapan,…”. Hal ini
dapat merujuk pada kegelapan kiasan (misalnya, Efesus 4:18) atau kegelapan nyata
(misalnya, benda-benda langit; Wahyu 8:12). Ekleipō,
walau itu adalah akar kata untuk “gerhana” moderen dan dapat merujuk
pada gerhana matahari, namun umumnya itu berarti “gagal, meninggalkan, memupuskan,
lewat,…”. Tidak arti dari kata ini yang khusus diperuntukkan pada
matahari atau benda-benda langit.

Ekleipō ditemukan hanya dalam tiga ayat
Alkitab, tidak satupun dari ayat ini yang khusus untuk pergerakan relatif bulan
terhadap matahari:

“Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan
dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu sudah gagal [G1587 – ekleipō], kamu
diterima di dalam kemah abadi”. (Lukas 16:9, KJV)

“Tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya
imanmu jangan gugur [G1587 – ekleipō].
Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu”.
(Lukas 22:32, KJV)

“Seperti
jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah,
tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan [G1587 – ekleipō]“. (Ibrani 1:12, KJV)

Bahkan dalam terang penggunaan umum/arti dari kata
ini (ekleipō), yang dengan tidak terbantahkan
telah membuktikan kesalahan klaim yang dikaji ini, membawa pengulangan bahwa
kata ini bahkan tidak ditemukan dalam ayat bukti yang ditawarkan untuk menopang
Bulan Purnama sebagai dasar perhitungan Hari Bulan Baru, meskipun beberapa orang
menyatakan seperti itu.


(3) Klaim:
“Perempuan dalam kitab
Wahyu pasal 12, yang berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya,
dan bintang-bintang di atas kepalanya adalah pengumuman Hari Tahun Baru. Pada
suatu hari setiap musim semi, rasi bintang Virgo terlihat terbit di timur
dengan bulan purnama di bawah kakinya. Dia juga “berselubungkan
matahari” dalam arti bahwa tidak terjadi kegelapan yang menyeluruh saat fenomena
ini muncul. Dia memiliki 12 bintang di kepalanya, yang berarti bahwa ia adalah kepala
tahun. Oleh karena itu, bulan purnama di bawah kaki Virgo adalah penanda untuk Hari
Bulan Baru, dan awal tahun”.

“Maka
tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan
matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas
bintang di atas kepalanya”. (Wahyu 12:1, KJV)

Masalah/Asumsi: Tidak ditemukan dalam ayat ini
sesuatupun yang menyiratkan bahwa fenomena ini adalah penanda untuk Hari Bulan
Baru, atau awal tahun. Juga ayat ini tidak mengatakan bahwa perempuan itu
berdiri pada sebuah “bulan purnama”. Jika kita mau jujur
​​mengevaluasi setiap detail dari gambaran tentang perempuan ini, maka kita
harus mengakui bahwa selain berdiri di bulan, dia juga berselubungkan matahari.
Daripada menafsirkan dengan bebas bahwa “berselubungkan matahari”
berarti bahwa tidak terjadi kegelapan yang menyeluruh saat fenomena ini muncul,
kita seharusnya mencari waktu disaat Virgo (“perawan”) secara harfiah
berselubungkan matahari (dengan jalur tengah matahari melalui rasi bintang itu)
sementara bulan berada di bawah kakinya. Apakah fenomena seperti itu ada? Ya,
hal itu terjadi setiap musim gugur, sering (tetapi tidak selalu) bertepatan
dengan awal Bulan Ketujuh.

Virgo, clothed with the sun, and the moon under her feet

Virgo: Fenomena ini terjadi pada salah
satu bulan setiap musim gugur. Namun, tidak ada dalam ayat itu, yang menunjukkan
bahwa ini ada kaitannya dengan Hari Bulan Baru atau Tahun Baru. Mereka yang
membela metode perhitungan Bulan Purnama yang mendasarkan pemenuhan sebagian
dari penjelasan ayat ini (Why.12:1) pada musim semi sedang membangun secara
eksklusif dengan asumsi dan dugaan yang tidak berdasar.

Sementara Wahyu 12:1 adalah sebuah konfirmasi ilahi
bahwa gereja yang sejati sepanjang sejarah telah mengandalkan Matahari, Bulan,
dan Bintang untuk menentukan hari Sabat dan Hari-hari Raya, tidak ada di dalam
ayat tersebut yang menyiratkan bahwa penjabaran mengenai perempuan itu memiliki
sebuah kaitan dengan Hari Bulan Baru atau awal tahun.1 Mereka yang
mencoba untuk menggunakan kitab Wahyu pasal 12 sebagai bukti penggunaan metode
perhitungan Bulan Purnama, walaupun mereka mungkin memiliki niat baik, telah
menambahi ayat itu dan mendasarkan penafsiran mereka secara eksklusif dia atas
sebuah spekulasi.


1 Masalah lain yang timbul dari anggapan bahwa Bulan
Purnama di bawah kaki Virgo merupakan penanda untuk memulai tahun adalah presisi
aksial. Karena titik balik matahari bergerak ke arah barat sepanjang  gerak relatif ekliptika pada bintang-bintang
yang tetap, waktu fenomena ini (bulan purnama di bawah kaki Virgo) secara
perlahan mengambang. Pada zaman sekarang, fenomena ini umumnya terjadi pada
akhir bulan April atau awal bulan Mei. Namun, hanya 2.000 tahun yang lalu, peristiwa
yang sama ini berlangsung beberapa minggu sebelumnya, pada akhir bulan Maret
atau awal bulan April. Jika kita maju cepat 2.000 tahun dengan menggunakan
tingkat presisi yang sekarang, fenomena ini tidak akan berlangsung sampai akhir
bulan Mei atau awal bulan Juni.


(4) Klaim:
“Mazmur 81:3
mengatakan bahwa sangkakala harus dibunyikan pada saat Bulan Purnama karena itu
adalah Bulan Baru”.

“Tiuplah sangkakala pada bulan baru, pada waktu
yang ditetapkan [H3677], pada hari raya kita
[H2282]”. (Mazmur 81:3, KJV)

H3677 (keh’-seh) – Sepertinya berasal dari H3680; penuh
benar atau bulan purnama, yaitu, perayaannya: – (waktu) yang ditetapkan. (Strong’s
Greek & Hebrew Dictionary
)1

H2282 (khag) – Kata ini mengacu terutama untuk
“perayaan yang di rayakan dengan berziarah”. (The New Strong’s
Expanded Dictionary of Bible Words
)

Masalah/Asumsi: Hari Bulan Baru tidak
pernah disebut sebuah khag di dalam
Alkitab. Beberapa orang yang mendukung metode ini akan berpendapat bahwa hal ini
tidak benar dengan menunjuk pada Hosea 2:11 dan Yehezkiel 45:17, tetapi
“bulan-bulan baru” dalam ayat-ayat ini disebutkan terpisah dari
hari-hari Sabat dan khag. Bahkan jika
Hari Bulan Baru telah dirujuk sebagai khag,
terdapat kendala kedua di bagian ini yang tidak dapat diselesaikan oleh mereka
yang mengajarkan bahwa Mazmur 81:3 membuktikan bahwa sangkakala harus ditiup
pada Bulan Purnama karena itu adalah Bulan Baru: Dalam konteksnya, kitab Mazmur
pasal 81 berbicara tentang keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Penafsiran
paling masuk akal dari ayat 3 ini adalah bahwa hal itu mengacu pada bulan
purnama yang bertepatan dengan Paskah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi. (Bangsa Israel
dipimpin keluar dari Mesir pada malam hari (Ul. 16:1) pada hari pertama Roti
Tidak Beragi (Bil. 33:3) – pada tanggal 15).

Sebuah bukti kuat yang melawan Bulan Purnama sebagai
penanda untuk Hari Bulan Baru dicatat ketika mempelajari waktu-waktu perayaan.
Dua perayaan ziarah penting berlangsung pada tanggal 15 bulan. Perayaan itu adalah
Hari Raya Roti Tidak Beragi dan Hari Raya Pondok Daun. Dalam pemeliharaan
ilahi-Nya, Yahuwah telah menetapkan waktu dari dua perayaan-perayaan ini
bertepatan dengan Bulan Purnama, untuk meringankan beban perjalanan umat-Nya.
Bapa kita yang penuh kasih adalah Eloah yang rinci, dan tidak ada hal yang luput
dari perhatian-Nya. Ketika Dia mengharuskan sebuah peziarahan, Dia telah
mengatur waktu mana yang paling nyaman bagi umat-Nya.2 Kita juga dapat
melihat pada kenyataan bahwa tidak ada keharusan melakukan ziarah pada saat
musim dingin. Dengan demikian, jika Dia telah berhati-hati untuk menghindari memberikan
perintah untuk berziarah di musim dingin, Dia juga akan dengan penuh kasih berhati-hati
untuk menghindari menetapkan sebuah perayaan ziarah pada saat bulan telah hampir
benar-benar gelap.


1 Beberapa orang telah menyarankan bahwa keh’she, berdasarkan pada akar katanya
dari (H3680; Kasah), harus diterjemahkan sebagai “bulan terselubung”
sebagai lawan dari “bulan purnama”, yang berarti bahwa sangkakala
harus dibunyikan pada saat bulan gelap (pada saat konjungsi) sebagai penanda untuk
Hari Bulan Baru. Penafsiran ini juga membantah metode perhitungan Bulan Purnama
sebagai Bulan Baru, dan mendukung metode perhitungan fajar setelah konjungsi.

2 Menggunakan metode perhitungan Bulan Purnama, hari
Sabat kedua setiap bulan, termasuk hari Sabat besar dari Hari Raya Roti Tidak
Beragi dan Hari Raya Pondok Daun, akan berlangsung dalam kegelapan total.


Bulan Baru:
Chodesh (H2320)

Kata Ibrani yang diterjemahkan dalam Alkitab sebagai
“bulan baru” adalah Chodesh
[H2320]
. Akar kata dari Chodesh
adalah chadash [H2318], yang berarti
“menjadi baru, memperbaharui, memperbaiki”.

Sebuah masalah yang sangat jelas muncul ketika
metode perhitungan Hari Bulan Baru dengan Bulan Purnama, dalam hal bulan mulai
dari hari pertama sedang meredup (kehilangan cahaya), bukan diperbaharui. Segera setelah bulan telah
bersinar penuh, cahayanya akan meredup. Ini berarti bahwa antara malam ketika Bulan
Baru dinyatakan dan keesokan harinya yang dianggap sebagai “Hari Bulan
Baru”, bulan telah kehilangan cahayanya, dan akan terus kehilangan cahaya
sampai pertengahan bulan, setelah itu barulah bulan akan mulai menambah
cahayanya kembali. Metode perhitungan Bulan Purnama menentang semua logika dan
tidak benar berdasarkan arti kata – Chodesh/chadash.


Membedakan Hari
melalui Penampakan Bulan

Hal lain yang perlu diperhatikan di sini adalah
bahwa karena akan ada satu atau dua hari gelap pada pertengahan bulan saat
menggunakan metode perhitungan Bulan Purnama, maka fase seperempat bulan akan
tidak teratur mengumumkan hari-hari Sabat. Ketika memperhitungkan Hari Bulan
Baru dengan Bulan Purnama1, fase berikutnya dari bulan menjadi tidak
konsisten dan tak terduga, sehingga merampas bulan yang berperan sebagai
penanda ilahi, dan membuat pengidentifikasian hari yang dapat diandalkan melalui
penampakan bulan menjadi sangat sulit, bahkan mustahil.


1 Perlu dicatat bahwa bulan dapat nampak bersinar penuh selama lebih dari
satu hari setiap bulan. Hal ini akan membuat perhitungan yang konsisten untuk
pengamat menjadi sangat sulit.

Walaupun ada ayat-ayat sekunder lainnya yang dikutip
oleh mereka yang mendukung metode perhitungan Bulan Purnama, namun hal itu
tidak perlu ditanggapi, karena semuanya (tanpa kecuali)
tidak lebih dari upaya penjelasan untuk memaksa pengandaian mereka ke dalam ayat
itu, sebuah upaya menyesatkan untuk membuat Alkitab sesuai dengan ide-ide mereka.
Tidak ada satu bukti pun yang dapat mendukung metode perhitungan Bulan Purnama.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Bulan Baru
yang Alkitabiah, silahkan lihat “Hari Bulan Baru: Fajar
Setelah Konjungsi
“.

This site is registered on wpml.org as a development site. Switch to a production site key to remove this banner.